Firman berlari tanpa arah. Kakinya bergerak otomatis, melompati bebatuan, meluncur di tanah yang licin, menembus semak-semak berduri yang merobek celana dan kulitnya. Paru-parunya terbakar, setiap tarikan napas terasa seperti menelan pecahan kaca.Tapi dia tidak berhenti.Tidak berani berhenti.Di belakangnya, suara Pak Darto bergema di antara lembah-lembah Gunung Rinjani."FIRMAN!"Suara itu menggelegar, memantul dari tebing ke tebing, seolah datang dari segala arah sekaligus."Kamu terakhir! Kamu mengerti? TERAKHIR!"Firman tersandung akar pohon, jatuh terguling, bangkit lagi dengan lutut berdarah. Tangannya mencengkeram pohon kecil di sampingnya untuk menjaga keseimbangan, napasnya terengah-engah seperti orang tenggelam yang baru sampai ke permukaan.Matanya menatap sekeliling dengan panik. Hutan pinus mengelilinginya, pohon-pohon tinggi menjulang seperti penjaga sunyi yang acuh tak acuh pada penderitaannya. Kabut mulai turun, membuat jarak pandang makin terbatas.Ke mana dia harus
Last Updated : 2025-11-27 Read more