All Chapters of Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!: Chapter 11 - Chapter 20

Di luar pintu toilet, Kate berhenti sejenak. Matanya menangkap pemandangan yang begitu manis, Alan duduk di sofa dengan dua bocah kecil di pangkuannya.Angel duduk tenang di sisi kanan, memeluk boneka kecil di dadanya, sementara Angelo bersandar manja di dada Alan. Di depan mereka, layar televisi menayangkan kartun lucu dengan warna cerah dan lagu ceria yang terus berulang.“Ankel, itu pasti sakit,” seru Angelo. Dahi kecilnya mengerut melihat salah satu karakter kartun itu terjatuh. Si adik memang seorang anak yang perasa."Gak nanis, gak takit," sahut Angel."Itu pasti sakit," keukeuh Angelo yang pernah jatuh dan merasakan sakit waktu itu. "Kalau itu kau, pasti menanis!"Angelo bangkit dan buru-buru membela diri, “Nggak nangis! ail matanya kelual”.Alan terkekeh melihat perdebatan lucu kedua keponakannya. Semantara Kate yang mendengar itu buru-buru mendekat dan bertanya, "Apa Jelo pernah jatuh? Kapan? di mana?" tanyanya agak khawatir.Angel mengangguk. "Jelo jatuh, menanis"."Tapi i

Kate melongo melihat sang anak perempuan yang sama sekali tidak menolak ajakan Matt, dan dengan santainya mengikuti Matt. Kate mencoba menghalangi Angel yang berdiri di samping Matt."Angel, ayok pulang." Hampir seharian anak itu bermain, jika Jello selelah ini, seharusnya Angel juga merasa lelah dan perlu tidur siang.Tetapi, Angel menggeleng. Telunjuknya terangkat dan mengarah pada kertas dinding serta dekorasi lucu di kedai es krim ini. “Pink, Mommy." Mata gadis cilik itu berbinar, merah mudah merupakan warna favorit anak itu."Angel pasti capek, kita pulang yah,” bujuk Kate. Sayangnya, Angel tak menggubris ucapan ibunya, Angel menaiki sofa dengan susah payah. Melihat itu, Matt membantu bocah tersebut hingga Angel bisa duduk dengan nyaman.Angel menegadah tangan, meminta es krim pada Matt, karena lelaki itu membantu memegang es krim Angel.“Tidurkanlah." Matt bicara pada Kate, ia menunjuk sofa di depannya. "Kau terlihat kesusahan," tambahkan sebab kate tak menggubris.“Aku baik-bai

Mereka pulang ke apartemen saat hari mulai gelap. Matt mengantar Kate dan mengabaikan penolakan Kate. Ya percuma saja, maka Kate membiarkan pria itu membantunya menggendong Angel yang tertidur, sementara dirinya menggendong Angelo yang juga kembali tidur saat di perjalanan.Matt menidurkan Angela di samping Angelo, memastikan kedua anak itu nyaman. Lalu, pandangannya menyapu ruangan kecil yang Kate sebut sebagai kamar. Keningnya berkerut sejenak, namun ia memilih untuk tetap diam, tidak mengeluarkan komentar apa pun. Matt menatap kedua anak kembar yang tertidur pulas di kasur kecil itu. Ada perasaan campur aduk yang susah dia gambarkan. Perasaan hangat dan haru, yang menurutnya aneh sekali. Ia menahan napas sejenak, memandang mereka dengan seksama, seolah mencoba menangkap setiap detail wajah mungil itu. Kedua anak kembar ini, mengingatkan Matt akan seseorang.Suara dari arah luar kamar mengagetkan Matt. Dia kemudian keluar dan menurtup pintu dari luar. Hendak mencari Kate, langkahnya

Kate menyesap kopi kaleng yang dibelinya dari mesin dekat stasiun. Pandangannya terpaku pada layar komputer. Deretan jadwal rapat, meeting klien, dan agenda pameran produk sudah tertata rapi di kalender digitalnya. Tangannya bergerak lincah mengetik surat penawaran. kesibukannya cukup mengalihkan perhatian Kate dari bayangan akan kejadian kemarin di tengah rumahnya bersama Kate. Sejujurnya mereka tidak lebih dari bercumbu karena Kate segera sadar dan mengusir Matt.Namun tetap saja, sungguh Kate merasa melakukan hal bodoh untuk ke sekian kalinya karena membiatkan Matt hampir membuainya dalam kepasrahan. Kate menggebrak meja pelan. “Harusnya aku membunuh laki-laki itu!” Ia mengerang pelan saat bayangan itu lagi-lagi mengalihkan fokusnya. Kate terkejut saat bunyi telepon di meja mengagetkannya. “Ya, hallo?” “Halo, Kate. Saya Trafor,” pria ini merupakan salah satu Resepsionis di bawah. “Di sini ada seseorang bernama Emilio ingin bertemu dengan pak Nick." Kate mendengarnya. Mengerut

“Sore ini kita ada survei, lalu makan malam dengan grup Campbell. Besok paginya, kunjungan ke salah satu tempat kayu lokal.” Kate menatap tablet di tangannya, suaranya tenang dan teratur saat membacakan agenda dan memastikan semua jadwal sudah tercatat rapi.Nick mendengarkan dengan takjim, lalu berkomentar, “Kau sudah cek berkas presentasinya?”Kate yang duduk di samping supir menoleh dan mengangguk ke arah Nicholas yang duduk sendirian di belakang. “Sudah, Pak". Yakin Kate. "Tapi saya akan tinjau ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan".Nicholas mengangguk pelan, lalu bersandar santai di kursinya. “Baik. Terima kasih, Kate.” Kate hanya mengangguk singkat menanggapi.Begitu Nicholas sibuk menatap layar ponselnya dengan dahi berkerut, Kate menutup iPad-nya. Ia menarik napas pelan, lalu meraih ponsel dan mulai bertukar pesan dengan Alan, menanyakan kabar anak-anak yang sudah ia tinggalkan hampir tiga jam. Senyum kecil terulas di bibirnya saat melihat foto yang dikirim Alan, dua waj