Semua Bab Kembar Dua: Daddy, Berhenti Mengganggu Mommy!: Bab 31 - Bab 40

Selama 34 tahun Matt hidup dan bernapas di dunia. Tidak sekalipun ia bersinggungan dengan yang namanya anak-anak. Dia memang pernah menjadi anak kecil. Tetapi tak pernah merasa ingin memiliki anak. Tetapi kini, Matt bahkan memikirkan cara berinteraksi dengan wajar bersama dua anak kembar berusia 4 tahun lebih. Apalagi salah satunya tampak belum menerima kehadirannya. “Mom, Jello mau pipis.” Matt menatap Angelo yang berbicara pada ibunya. Dengan lembut Kate mengangguk. Kemudian berbicara pada Angel. “Angel mau pipis juga?” Tetapi anak itu menggeleng. “Kalau begitu. Tunggu sebentar ya?” Angel mengangguk tanpa banyak protes. Maka tinggallah Matt berdua dengan Angel. Anak perempuan yang dengan bahagianya memakan es krim. “Es krim itu, dessert favoritmu?” Matt pikir dia harus kursus dalam memberikan pertanyaan kepada anak kecil. Baik dari intonasi maupun kalimatnya. Angel melirik Matt, menatapnya dengan tatapan poos, lalu mengangguk. “Es klim enak, Angel bahagia karena es klim

“Sialan Matt.” Umpat Kate bagai tersambar petir, menyadari hal penting yang terlewatkan. “Apa?” Matt tampak bingung, memandang Kate yang menatapnya ngeri. “kau tidak memakai pengaman!” “Dan sejak kapan aku suka benda itu.” Dengusnya. Berdiri santai mengambil pakaiannya. Kate geram melihat betapa santai pria itu menanggapi kekhawatirannya. “Aku tak mau mengulang hal yang sama.” Angela dan Angelo memang bukan kesalahan, tetapi karena kebodohannya, mereka hadir dalam kondisi memiliki seorang ibu yang tak siap dalam hal ekonomi. Kedua anaknya sangat sengsara jika boleh dibilang. “Apa kau punya persediaan pil?” Kate yang tengah meloloskan dres rumahannya, guna menutupi tubuh polosnya itu, memberikan tatapan tajam. “Kau sungguh tak berubah, Matt.” “Jika aku berubah, kau tak akan menikmati permainan kita barusan.” Apakah Kate menyesal karena telah memberikan akses pada Matt dengan menyentuhnya lagi? Tidak, karena sesungguhnya Kate tergoda dan membiarkan Matt memberikan

"Mommy..." Kate reflek menoleh. Dari tempatnya berdiri di dekat ambang pintu, ia melihat Angel yang mengucek mata di atas kasur."Hai, honey." Kate berjalan mendekati tempat tidur. "Terbangun?" tanyanya pelan, sepelan duduknya di tepi ranjang."Om mana Mommy?" tanya anak itu dengan suara kecil yang parau."Uncle Alan masih bekerja sayang. Angel merindukan uncle?""Om es klim?""Ya?""Om es klim, Mommy."Angel mengulang dengan tenang. Ia tidak merengek, dan justru hal itu yang membuat Kate merasa gelisah.Angel menguap lebar, lalu merangkak naik ke pangkuan Kate, menyandarkan tubuh mungilnya di sana. Kate meraih tubuh kecil itu, menahannya agar tetap nyaman. Ia tatap anaknyaAda kekhawatiran samar di hatinya.Ia tahu, begitu Angel menaruh rasa nyaman pada seseorang, ia akan terus menempel tanpa jarak. Dan Kate tidak yakin ia siap jika itu terjadi pada lelaki yang satu itu.Lalu, ponsel Kate yang tergeletak di atas meja rias menyala. Cahaya layarnya memantul samar di cermin, menerangi s

“Angel, Jello. Habiskan sarapan kalian.”Matt tersentak keluar dari lamunannya. Suara Kate, tenang namun bernada perintah, membuatnya menoleh. Ia masih belum terbiasa melihat Kate dalam mode seorang ibu, lebih lagi di dapur kecil yang terasa seperti... rumah.“Angel kenyang, Mommy,” ucap Angel pelan sambil memainkan pancake yang tersisa setengah, menusuk-nusuknya dengan garpu kecil.Kate menghela napas panjang. Porsi makan Angel memang tidak sebesar Jello. Anak perempuannya itu kerap menyisakan makanan, dan Kate tahu ia harus mulai mendidiknya sejak dini, bukan sekadar soal makanan, tetapi soal disiplin dan menghargai apa yang ada di hadapan mereka.“Kalau menyisakan makanan, Angel tidak bisa ikut Mommy. Nanti tunggu di rumah sendiri,” katanya tetap tenang sambil meneguk air putih.Batita yang belum genap lima tahun itu, menatap piringnya, lalu menatap Kate seolah mencari celah untuk menghindar. Tak menemukan apa pun, tetapi anak itu tetap tak menyentuh makanannya lagi. Jello, di sisi

Tak bisa Kate pungkiri, bahwa kehadiran Matt hari ini, cukup banyak membantunya. Bahkan tanpa Kate duga, Matt mau repot-repot membujuk Angel, gadis kecil yang hari ini sulit sekali diajak bekerja sama. Tetapi Matt berhasil membuat Angel menurut tanpa paksaan.Kate hanya bisa memperhatikan dari jauh, kadang tercengang melihat cara Matt menunduk setinggi mata Angel, berbicara pelan, dan menunggu sampai gadis itu mengangguk. Ia bahkan membantu memandikan Angel, mengusap rambut hitam tebal itu dengan lembut seolah sudah terbiasa merawat anak kecil.Beberapa menit kemudian, Matt keluar dari kamar mandi dengan Angel berjalan di sampingnya. Gadis kecil itu sudah berbalut handuk, rambutnya masih basah menetes, menempel di pipi dan bahunya. Langkahnya kecil tapi ringan, tampak jauh lebih segar daripada sebelumnya.Sementara itu, Angelo sudah rapi. Rambutnya disisir miring ke sisi kiri, mempertegas rahang mudanya dan membuatnya tampak lebih menggemaskan sekaligus tampan. Kate selalu suka memand