Todos os capítulos de Kekasih Gelap Sang Istri Milyarder: Capítulo 11 - Capítulo 20

Lima tahun lalu, Rose hanyalah gadis muda yang mencoba bertahan di dunia modeling. Ia hidup dengan serba kekurangan. Uang pas-pasan, kos kecil di pinggiran kota, dan jadwal kerja yang tidak manusiawi. Rose berasal dari pedesaan yang jauh dari kota, namun ia memiliki mimpi dan memutuskan untuk merantau mengejar mimpi itu sendirian.Hari itu, ia tampil dalam sebuah peragaan busana kelas atas. Desainernya terkenal. Hadirin yang datang adalah elit kota. Para sosialita, pengusaha besar, selebritas, dan orang-orang yang hanya bisa ia lihat melalui layar TV.Ia berjalan di runway dengan gaun putih bertabur kristal, rambutnya disanggul rapi, wajahnya dipoles sempurna. Untuk beberapa menit, ia merasa menjadi versi terbaik dari dirinya.Dan di tengah kerumunan wajah mahal itu, ada satu tatapan yang berbeda.Tatapan seorang pria muda dengan jas hitam rapi, tubuh tinggi, dan mata sehitam kopi pahit. Tatapan itu tajam, namun penuh rasa kagum. Tatapan yang membuat Rose merasakan sesuatu yang tidak

Malamnya, Rose berbaring mematung, menatap gelap langit-langit kamar yang hanya diterangi cahaya redup dari lampu tidur. Tidak peduli seberapa sering ia memejamkan mata, bayangan Ethan tetap muncul di kepalanya. Senyumnya yang hangat, cara ia menatap dengan penuh perhatian, dan nada suaranya yang tenang seakan selalu memahami.Besok mereka akan bertemu lagi. Dan bukannya merasa bersalah karena bertemu pria lain di belakang Noah… Rose justru merasa berdebar.Di sebelahnya, Noah tidur dengan dengkuran berat, seolah hari itu benar-benar menguras energinya. Rose menatapnya sekilas. Ada waktu ketika suara itu membuatnya merasa aman. Namun kini yang ada hanya jarak dingin dan perasaan kesal.Ia membalikkan tubuh, mencoba memaksa pikirannya berhenti berfantasi tentang Ethan. Namun justru bayangan pria itu menyelinap semakin jelas. Cara Ethan memperlakukannya tanpa menyuruh, tanpa memaksa, bahkan tanpa menuntut apa pun, membuat Rose merasa seperti dirinya sendiri. Perasaan yang sudah lama hil

Siang itu, taman kota mulai dipenuhi suara anak-anak yang berlarian dan orang-orang yang hendak istirahat dan makan siang. Namun di balik pepohonan rindang, seorang pria berjaket cokelat duduk di bangku dengan kamera di tangannya. Ia tidak mencolok, dan memang tidak berniat untuk itu.Nama pria itu Steve, wartawan yang dikenal tidak segan mengambil jalan kotor demi mendapatkan “berita.”Lensa kameranya baru saja menangkap adegan yang mungkin tak akan dipercaya siapa pun tanpa bukti. Olivia Rose, model yang juga istri Noah Ferdinand, tengah mencium seorang pria asing dengan penuh hasrat. Ia tersenyum licik saat melihat gambar-gambar hasil tangkapannya.Tiga gambar. Dan masing-masing bernilai jauh lebih dari sekadar berita tabloid.“Jackpot,” gumamnya sambil tersenyum miring. “Noah Ferdinand… sepertinya aku bisa dapat banyak dari ini.”***Beberapa jam kemudian, Steve melangkah ke lobi kantor Ferdinand Corp dengan percaya diri. Ia sudah menyiapkan sedikit ancaman halus untuk memancing N

Rose baru saja meletakkan tasnya di meja ruang tamu ketika suara pintu utama terbuka. Ia menoleh dan mendapati Noah masuk dengan wajah kacau, dasi longgar, dan napas sedikit memburu.Ia langsung tahu ada sesuatu yang tidak biasa.Tanpa menyapa, tanpa menanyakan ia dari mana, Noah langsung menaiki tangga menuju kamar. Gerakannya tergesa, hampir panik, seolah sedang dikejar waktu.Rose mengerutkan dahi dan langsung mengikuti suaminya ke atas.Di dalam kamar, ia menemukan Noah membuka lemari pakaian dengan gerakan cepat, mengambil kemeja, celana, dan beberapa pakaian formal. Ia melemparnya ke atas ranjang, lalu menarik koper dari bawah tempat tidur.“Kenapa? Ada apa?” tanya Rose hati-hati.Tidak ada balasan. Noah terus memasukkan pakaian ke dalam koper secara asal, tidak rapi seperti biasanya. Seperti sedang terburu-buru. Seperti hendak pergi dan mendadak.“Noah?” ulang Rose. “Ada apa sebenarnya?”Akhirnya Noah berhenti sejenak, menatap Rose dengan mata yang tampak lelah.“Ada masalah pe

Bandara malam itu terasa dingin dan lengang ketika Noah tiba dengan wajah letih serta koper di tangan. Namun begitu ia melangkah masuk ke area tunggu VIP, seorang wanita dengan coat mewah dan senyum menggoda menyambutnya.Giselle.“Sudah siap, Pak Ferdinand?” tanyanya dengan nada manis yang disembunyikan di balik profesionalisme tipis-tipis.Noah tidak menjawab, hanya mengangguk singkat. Di belakang Giselle, seorang pria tampan bersetelan rapi juga ikut berdiri.Hans, asisten pribadi Noah, pria yang dikenal sangat profesional dan tidak pernah ikut campur urusan pribadi bosnya.Mereka bertiga lalu berjalan menuju pesawat charter yang telah disiapkan perusahaan. Giselle sengaja melangkah sedikit lebih lambat dari Noah, membiarkan jarak beberapa langkah antara mereka, agar ia bisa memperhatikan cara Noah mengatur napasnya.Ada sesuatu yang gelisah di wajah pria itu. Dan Giselle sangat menyadarinya.Dalam hati, ia tersenyum. Ia tahu penyebab Noah gelisah mungkin berkaitan dengan Rose.Beb