Rexandra mendudukkan tubuh Cassandra dengan hati-hati di atas tempat tidur, lalu berlutut, melepaskan sepatu hak Cassandra satu per satu dengan gerakan pelan dan penuh perhatian. Setelahnya, dia menarik selimut hingga membungkus tubuh yang masih bergetar itu. “Aku siapin kompres dulu,” ujar Rexandra lembut, mengelus pucuk kepala Cassandra sebentar sebelum perlahan bangkit berdiri. Namun baru selangkah dia berbalik, tangan Cassandra mencengkram lemah lengannya. “Rexa …,” ucapnya lirih, suaranya bergetar, nyaris tenggelam oleh napasnya sendiri. Rexandra langsung menoleh. Raut wajahnya berubah cemas. Dia lalu duduk kembali di sisi Cassandra, menatapnya penuh kekhawatiran. “Kenapa?” tanyanya pelan. “Papa, Rexa …,” gumam Cassandra dengan mata berkaca-kaca. “Papa?” Satu alis Rexandra terangkat, bingung. “Papa kenapa?” “Ervan,” ungkap Cassandra tersendat. Sekejap saja, rahang Rexandra mengeras. Sorot matanya menggelap, tajam, dipenuhi amarah yang dia tahan mati-matian di hadapan gad
Last Updated : 2025-12-15 Read more