Kabut pagi mulai surut dari lembah Bandung. Di puncak bukit yang menghadap ke timur, Arjuna Wisangjati berdiri dalam keheningan. Cahaya mentari menembus pucuk pinus, menari di permukaan Kujang Layung yang kini berpendar biru keperakan. Udara masih membawa aroma tanah lembab dan dupa dari persembahan semalam.Kujang itu terasa hidup di tangannya, berdenyut pelan seperti jantung yang menyatu dengan napasnya. Arjuna menatapnya lama, lalu berbisik pelan, “Kau bukan lagi senjata, Layung... kau adalah bagian dariku.”Cahaya itu merespons, berkedip lembut, seolah mengiyakan.Langkah-langkah terdengar mendekat. Raksa dan Ratih muncul dari balik pepohonan, wajah mereka letih, tapi lega.“Juna,” ujar Raksa pelan, “Apakah kau sudah bertemu dengan bayangan itu?”Arjuna mengangguk. “Sudah. Dan aku tahu sekarang, bukan dia yang harus kulawan, tapi ketakutanku sendiri.”Ratih mendekat, menatap Kujang Layung yang bersinar lembut. “Kujang itu… sepertinya ia berbeda,” katanya perlahan.“Ia memang hidup
最終更新日 : 2025-11-03 続きを読む