All Chapters of Legenda Tongkat Semesta: Chapter 101 - Chapter 110

Di kaki sebuah gunung besar tepatnya disebuah hutan persik, terdapat dua orang pemuda yang tengah mengejar seekor rusa buruan.Mereka mengenakan pakaian tebal yang terbuat dari bulu hewan, mulai alas kaki hingga keatas kepala.Penampilannya mirip sekali dengan beruang dengan bulu kecoklatan, di punggung mereka terdapat sebuah tabung kecil dari kulit kayu yang di dalamnya menyimpan banyak anak panah.Selain busur panah, dua pemuda itu juga terlihat membawa sebuah pedang yang diselipkannya di pinggang bagian belakang.“Apa kau menemukannya, Jun,” tanya Zuan, mereka adalah kakak beradik yang merupakan seorang pemburu, bernama Sin Zuan dan Sin Jun.“Tidak, Kakak, tapi tadi aku melihatnya lari kemari,” jawab Jun, dia merupakan adik dari Zuan, usia mereka terpaut 2 tahun membuat keduanya tidak nampak berbeda.Zuan dan Jun terus mencari buruan mereka hingga sampai di sisi lain hutan, tempat itu sudah bukan merupakan hutan persik, tetapi sudah memasuki hutan Oak, hutan gelap yang terdapat ban

Merasa sudah dua hari tidak makan, Sin Zuan dan Sin Jun pun langsung menyantap masakan Lintang, mata mereka melebar merasakan kenikmatan sebuah masakan yang belum pernah mereka rasakan.“Luar biasa, daging apa yang pemuda itu masak, Jun, mengapa rasanya bisa seenak ini?” ucap Zuan seraya terus memasukan daging panggang sebanyak mungkin kedalam mulutnya.“Entahlah, Kakak, sebaiknya jangan banyak bertanya karena kita tidak akan mengerti penjelasannya, ayo makan saja, jarang sekali kita menikmati makanan seenak ini,” ujar Sin Jun.Seperti Kakaknya, dia juga makan dengan rakus seakan tidak mau kalah, keduanya berhenti ketika perut mereka terasa sakit hingga tidak kuat lagi memakan daging panggang tersebut.Lintang hanya tersenyum melihat kakak beradik itu, dia tidak mengira bahwa pemburu ternyata memiliki selera makan yang rakus.Sin Zuan dan Sin Jun kini duduk bersandar pada dinding goa menikmati makanan yang telah masuk keperutnya, awalnya mereka ingin segera pulang, namun ketika mendap

Esok hari desa Tachi sangat ramai sekali dengan banyaknya penduduk yang berkumpul di pusat desa.Terdapat sebuah panggung besar yang tengah menampilkan berbagai tarian aneh yang dilakukan para lelaki, mereka menari dengan memikul padi dan hasil panen lainnya di atas pundak.Selain tarian, terdapat juga sastra drama yang diperankan oleh para pemuda desa dengan lakon asal sejarah terbentuknya desa Tachi.Selain hiburan, ditempat perayaan juga terdapat berbagai kios sederhana yang menjajakan berbagai makanan khas desa tersebut, berikut semua hasil panen dari masing-masing kebun penduduk.Semua pembesar dan kepala desa duduk ditempat khusus yang di sediakan oleh panitia acara, tempat itu seperti panggung berukuran kecil yang terdapat banyak kursi kayu dan memiliki atap dari daun tanaman.Termasuk Sin Zuan dan Sin Jun, keduanya ternyata merupakan tamu kehormatan karena sudah menjadi seorang pendekar, dimana seorang pendekar di desa itu sangat dihormati dan disegani.Berbeda dengan orang la

Lintang kembali ke desa Tachi, dia jugalah yang mengobati Zuan dan Jun dari semua luka, membuat Sin Wey semakin curiga dengan identitas Lintang sebenarnya.Mendengar namanya bermarga Lin, Sin Wey jelas merasa curiga, dimana marga Lin adalah marga milik klan terbesar kedua setelah klan Huan yang merupakan marga keluarga Kaisar.Klan Lin adalah klan kuno yang menguasai 4 dari 6 provinsi di wilayah kekuasaan Kaisar Huan, mereka merupakan klan terpandang yang memiliki banyak kekayaan.Kekaisaran Huan terbagi menjadi 3 kekuasaan besar, pertama adalah kaisar itu sendiri yang berasal dari Klan Huan, ke-dua adalah klan Lin yang bekerja dibawah kekaisaran sebagai penanggung jawab 4 provinsi, dan yang ke-tiga adalah klan Xian, keluarga itu bertanggung jawab atas 2 provinsi.“Kemampuanmu dalam bidang pengobatan sungguh hebat, Lin Tang,” puji Sin Wey.Lintang hanya tersenyum lembut membalas pujian Sin Wey, dia bingung entah harus menjawab apa.Pemuda itu memang tidak terbiasa di puji seperti itu,

“Apa kalian akan bicara atau mati di tanganku,” ancam Lintang .Dalam waktu singkat pemuda itu dapat melumpuhkan semua perompak, jumlah mereka tersisa sekitar 19 orang.“Sekarang jelaskan, apa kalian mengetahui kelompok Darah Besi?” kembali Lintang bertanya.“A-a-ampun tu-tuan pendekar,” jawab salah satu penyamun yang kini tengah meringis kesakitan mendapat luka pukulan dari Lintang.“Bicara yang jelas! atau lidahmu ingin aku potong?” Ancam Lintang.“Baik, tuan pendekar, kami sedikit mengetahuinya,” ucap perompak itu dengan cepat, keningnya mengucurkan keringat dingin membayangkan bagaimana lidahnya dipotong.“Hahaha, bagus, cepat ceritakan,” pinta Lintang senang.Mereka menjelaskan bahwa kelompok Darah Besi merupakan kumpulan perompak seperti mereka, namun menurut kabar, perompak Darah Besi terkenal kejam dan suka membantai korbannya.Selain itu, perompak Darah Besi juga merupakan kumpulan pendekar golongan hitam yang buron dari perguruan mereka.“Begitulah yang kami tahu, tuan pende