Todos os capítulos de LELUHUR TERKUAT: Capítulo 21 - Capítulo 30

Kakek berambut putih itu menatap lukisan itu dengan penuh semangat, matanya hampir seperti hendak meloncat keluar saking terkejutnya.“Luar biasa… lukisan ini menggambarkan busur yang dilenturkan dan anak panah yang dilepaskan!” katanya dengan suara bergetar.“Dalam lukisan ini terkandung semangat kesepian dan kepahlawanan yang agung. Jika seseorang bisa memahaminya dengan tenang, dia mungkin akan menyentuh Jalan Agung (Dao) yang bahkan belum pernah dicapai oleh para pendahulunya!”“Orang yang mampu menggambar lukisan seperti ini,” lanjut sang kakek, “pasti seorang ahli yang tak terbayangkan kekuatannya.”“Barangkali dia telah memahami Jalan Agung dan telah mengerti seluruh hakikat dunia!”“Aku tidak menyangka… di dunia ini masih ada sosok sehebat itu. Ah, betapa aku ingin bertemu langsung dengan sang ahli sejati itu!”Sambil berbicara, si kakek bahkan menepuk dadanya dan menghentak kaki — penuh penyesalan karena tak dapat melihat sang pelukis.

“Murid, apakah mataku salah lihat?”Kakek berambut putih itu mengucek matanya dan menatap langit dengan wajah tercengang.Xiao Shi juga melihat seekor naga sejati melayang di antara awan, dan saat ini ia pun tertegun.Mendengar ucapan sang kakek, Xiao Shi refleks mengucek matanya juga.“Guru, sepertinya aku juga salah lihat.”Keduanya saling berpandangan.Apakah kami berdua salah lihat?Tidak mungkin!Satu-satunya kemungkinan adalah—memang benar ada naga sejati yang menembus awan, dan mereka melihatnya dengan mata kepala sendiri.“Apakah naga itu juga ada hubungannya dengan sang Tuan?”Kakek berambut putih itu tak bisa menahan diri untuk menebak.Sepanjang perjalanan, mereka menghadapi raja iblis yang menghadang jalan, dan kini bahkan melihat naga sejati.Dalam hidupnya yang panjang, kakek berambut putih itu belum pernah mengalami hal yang begitu mengguncang.Kini, keinginannya

“Aku siapkan makanannya dulu, ya.”Ye Qingyun langsung bersiap untuk menyiapkan hidangan.Melihat Ye Qingyun sendiri yang hendak memasak, Chen Tianhua langsung terkejut.Bagaimana mungkin seorang ahli sepertinya dibiarkan turun tangan sendiri?Ia segera menoleh ke Xiao Shi.“Muridku, pergilah bantu Tuan Ye di dapur.”Xiao Shi tertegun dan merasa sedikit canggung.Bukan karena tidak mau, tapi memang ia sama sekali tidak bisa.Sejak kecil ia hidup dimanjakan di Keluarga Xiao.Jangankan memasak, untuk mengenali sayuran yang ditanam di tanah saja ia tidak bisa.Namun karena ini adalah perintah gurunya, ia tidak berani menolak dan akhirnya mengikuti Ye Qingyun ke dapur.Tak lama kemudian—Xiao Shi keluar lagi dengan wajah memerah karena malu.“Ada apa?” tanya Chen Tianhua dengan nada sedikit kesal.“Aku diusir oleh Tuan Ye... katanya aku canggung dan malah bikin repot di dapur,” jawab Xiao Shi

“Aku naik gunung untuk menemui Tuan Ye.” kata Bai Suyi. Memang benar, kali ini ia datang untuk mencari Ye Qingyun. Terakhir kali, saat ia mengikuti Chi Yanyu ke Gunung Fuyun, Ye Qingyun sempat menolongnya dengan melakukan terapi bekam untuk mengobati penyakit dalam tubuhnya. Kini, tepat setengah bulan kemudian, Bai Suyi datang sesuai janji. Chen Tianhua melirik Bai Suyi. Sekilas saja, ia sudah bisa menilai bahwa tingkat kultivasi gadis ini tidak terlalu tinggi — hanya berada di tahap akhir Ranah Pembukaan Roh (Kailing Realm). Namun bakat bawaannya sangat bagus, dan ia memiliki tubuh yang cocok untuk berlatih kultivasi sejak lahir. Jika dibandingkan dengan Xiao Shi, sedikit saja lebih rendah. Meski begitu, Chen Tianhua tak bisa menahan keinginan untuk menjadikannya murid. “Gadis, kau murid dari sekte mana?” tanya Chen Tianhua.

Beberapa hari kemudian. Ye Qingyun turun gunung untuk jalan-jalan bersama anjingnya. Si Big Mao berjalan lambat di depan, sementara Ye Qingyun mengikuti di belakang dengan langkah santai. Kelinci itu tergeletak di pelukan Ye Qingyun, tampak malas dan mengantuk. Sejak mengikuti Ye Qingyun, kelinci itu hanya tahu makan dan tidur setiap hari, tidak melakukan hal lain sama sekali. Belum lama berselang, tubuhnya sudah menjadi gemuk bulat. Bulu-bulunya pun tumbuh semakin lebat. Namun entah mengapa, jika awalnya bulu kelinci itu berwarna putih, kini telah berubah menjadi abu-abu. Ye Qingyun merasa sedikit heran. Ia terus berjalan hingga tiba di pasar di kaki gunung. Namun di sana, terdengar tangisan samar dan keributan dari arah pasar. Ye Qingyun segera melangkah lebih dekat. Ia melihat banyak orang berkerumun de