Todos os capítulos de LELUHUR TERKUAT: Capítulo 31 - Capítulo 40

Ye Qingyun masih sangat ingat bahwa Istana Pingxi milik Chi Yanyu pernah ditindas oleh Keluarga Song dari Xiling dan bahkan diburu oleh mereka. Namun, berkat bantuannya, Chi Yanyu akhirnya memperoleh pertolongan dari Kaisar Wu, Dongfang Su, serta pemimpin Sekte Xuanjian, Xu Changfeng. Secara logika, Keluarga Song seharusnya tidak lagi mampu berbuat banyak. Lalu kenapa sekarang mereka justru menculik dirinya? Apakah Keluarga Song tahu bahwa dirinyalah yang memberi nasihat kepada Chi Yanyu? Apakah mereka ingin membalas dendam padanya? Apa yang harus dia lakukan sekarang? Ye Qingyun mulai panik. Dia hanyalah orang biasa—tak memiliki kekuatan kultivasi sama sekali. Jika jatuh ke tangan Keluarga Song, bisa dipastikan dia akan mengalami siksaan yang tak manusiawi. Dan jika benar-benar terjadi sesuatu padanya, tak akan ada seorang pun yang bisa datang menyelamatkan. “Jadi begini... bisa tolong lepaskan aku saja, bagaimana?” Ye Qingyun memohon dengan nada penuh ketakutan. Pria be

Ye Qingyun tidak menyadari sama sekali bahwa di belakangnya muncul bayangan Buddha. Saat melihat Song Xiaotian berlutut di tanah dengan kedua tangan terlipat dan wajah penuh kesalehan, Ye Qingyun mengira pria itu memang seorang penganut Buddha. “Karena kau percaya pada ajaran Buddha, maka urusannya jadi mudah,” kata Ye Qingyun dengan tenang. “Lihatlah, biarkan aku yang memberi pengaruh pada kalian berdua, ayah dan anak.” Ye Qingyun berusaha menjaga ketenangan dan kewibawaan seorang pertapa. “Song Xiaotian, Song Chenglong — kalian berdua telah melakukan banyak perbuatan jahat dan menimbun karma buruk. Semua dosa itu suatu hari akan berbalik menimpa kalian.” Sambil berbicara, Ye Qingyun berusaha keras meniru gaya bicara para biksu yang pernah ia lihat. Ia mengingat postur dan nada suara mereka, lalu menirukannya sebisa mungkin. Mungkin karena hal itu, bayangan Buddha di belakang Ye Qingyun menjadi semakin nyata dan terang, bahkan perlahan menampakkan wajah yang mirip deng

“Ke arah timur?”Ye Qingyun mengerutkan kening.Ia benar-benar ingin menyelamatkan Guo Xiaoyun.Namun masalahnya — Ye Qingyun tahu betul bahwa dirinya masih lemah. Jika ia pergi begitu saja, bisa jadi ia hanya akan mati sia-sia.Lawan mereka adalah kultivator jahat.Dari namanya saja sudah jelas — “jahat”.Pasti kejam dan tanpa belas kasihan.Ye Qingyun tidak berani mempertaruhkan nyawanya secara gegabah.Satu-satunya pilihan adalah meminta bantuan.Masalahnya, meskipun Ye Qingyun mengenal banyak ahli kuat,ia sama sekali tidak bisa menghubungi siapa pun.Apa yang harus kulakukan?Apa yang harus kulakukan sekarang?!Ye Qingyun mulai panik.Walau hubungannya dengan Guo Xiaoyun hanya sebatas pertemuan kebetulan,tapi Ye Qingyun sungguh menyukai anak pengemis kecil yang keras kepala itu.Jika bocah itu mati begitu saja,Ye Qingyun akan merasa sangat sedih,bahkan mungkin menyesal

Ketika Ye Qingyun melihat Bai Suyi, ia langsung tahu bahwa orang-orang yang datang itu berasal dari Sekte Jiuling. Lelaki tua berpenampilan seperti dewa abadi dan berjiwa Tao itu kemungkinan besar adalah Gongsun Yue, ketua Sekte Jiuling — sosok yang namanya sejajar dengan Xu Changfeng, ketua Sekte Xuanjian. Ye Qingyun menyelipkan kembali pistolnya ke pinggang dan benar-benar santai. Karena orang-orang dari Sekte Jiuling sudah datang, urusan sisanya tidak perlu ia tangani sendiri. “Hmm?” Gongsun Yue juga melihat Ye Qingyun — dan pria aneh yang sedang berlutut di depannya. Ekspresinya berubah, matanya menatap tajam ke arah pria aneh itu. “Apakah orang ini si iblis tua Xie Tian?” “Pak Ye?” Bai Suyi menatap Ye Qingyun dengan kaget. Ia sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini. Selain itu, penampilan Ye Qingyun kali ini jauh berbeda dari saat di Gunung Fuyun — mengenakan rompi antipeluru, helm baja, dan pistol di pinggang. Tampak sangat aneh dan tidak biasa. Y

“Guru di sini, muridmu Guo Xiaoyun memberi hormat!” Ye Qingyun sebenarnya hanya mengatakannya dengan santai. Namun tak disangka, bocah kecil itu langsung menangkap maksudnya — ia berlutut di tanah dan menunduk memberi hormat pada Ye Qingyun. Tindakan tiba-tiba itu membuat Ye Qingyun sedikit kaget. “Uh… baiklah, mulai sekarang, kau adalah muridku, Ye Qingyun.” Ye Qingyun mengusap kepala Guo Xiaoyun, lalu buru-buru masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, ia keluar lagi sambil membawa sebuah amplop merah. “Ini untukmu.” Guo Xiaoyun menerimanya dengan bingung. “Guru, ini apa?” “Angpao untukmu,” jawab Ye Qingyun sambil tersenyum. “Angpao?” Guo Xiaoyun semakin heran. Ye Qingyun tertawa kecil. “Menurut adat di kampung halamanku, kalau seseorang resmi menjadi murid, maka gurunya harus memberi angpao.” “Oh…” Guo Xiaoyun membuka amplop itu — di dalamnya ada selembar uang perak. Seratus tael! Mata Guo Xiaoyun langsung membulat. Seratus tael! Begitu banyak! Tangannya gemetar m