All Chapters of Kekasih Sang Tuan Peri: Chapter 11 - Chapter 20

Terakhir, yang bisa dilakukan Ji An hanyalah menutup matanya rapat-rapat. Menunggu rasa sakit menghantamnya.Namun, alih-alih rasa sakit hebat yang datang, ia merasakan tubuhnya ditabrak pelan oleh sesuatu. Saat berikutnya, dia merasa setengah tubuhnya terbalik dengan kepalanya berada di bawah.Saat matanya kembali membuka, yang memenuhi pandangannya adalah sesuatu yang berwarna putih.Penasaran, ia menengok ke atas. Kemudian segera mengerti. Ia sebenarnya sedang digendong oleh seseorang!Tapi.. bagaimana ini mungkin?!Tubuh mereka terus jatuh ke area hutan di bawah.Ketika jarak mereka semakin dekat dengan tanah, orang itu segera melompat ke salah satu pohon, kemudian saat berikutnya ia melompat dari pohon tinggi itu ke tanah dengan begitu mudah.Ji An diturunkannya dari bahunya.Begitu kakinya menginjak tanah kembali, Ji An menengadah menatap orang di depannya.Penyelamatnya adalah seorang pria. Pria itu bertubuh tinggi, dan tingginya melebihi tinggi badan rata-rata para pria yang

Sang tuan penolong masih belum terlihat hingga akhir siang hari.Ji An telah memutuskan untuk melarikan diri hari itu.Kekhawatirannya terlalu besar untuk diabaikan.Lebih baik mengikuti nalurinya untuk bertahan hidup.Ia telah menemukan sebuah kain katun biasa dari lemari satu-satunya di ruangan tengah, yang bisa digunakannya sebagai tas.Sepanjang siang ia sudah bekerja keras untuk membuat beberapa makanan kering yang bisa dibawa sebagai bekal.Yang terpenting, ia telah mengambil sebuah pemantik api dari dapur.Bisa membuat api adalah yang terpenting saat berada di hutan. Ia bisa mengusir hawa dingin, juga mengusir beberapa binatang ataupun serangga yang takut api, juga bisa digunakan untuk memasak makanan.Memastikan di luar tidak ada siapa-siapa, Ji An berjalan hampir seperti mengendap-endap dengan membawa bungkusan di bahunya.Setelah dirasa cukup jauh dari area kabin berada, ia mempercepat langkahnya, hampir seperti berlari.Jauh di atas pohon, Feng Jin telah mengamati tingkah l

Saat itu musim gugur sudah dimulai. Aroma tanah yang lembab dan dedaunan yang membusuk dapat tercium di udara.Berdiri di atas lembah, di bawah sudah mulai terlihat lautan pepohonan keemasan berpadu dengan lautan kemerahan dimana-mana.Di waktu ini, orang-orang desa biasanya akan pergi ke hutan untuk mengumpulkan jamur.Jamur berangan, jamur pinus, jamur kuping hitam dan yang paling banyak diburu adalah jamur ulat.Jamur ulat banyak digunakan dalam campuran obat dan memilki khasiat yang sangat baik bagi tubuh.Ji An saat ini sedang berkeliling dengan penuh semangat di area hutan tidak jauh dari kabin.Ia baru saja mengumpulkan banyak jamur pinus dari area hutan yang ditumbuhi oleh kelompok besar pohon pinus.Sedangkan jamur ulat yang berharga masih sangat sulit ditemukan.Meski begitu ia telah bertekad untuk mengumpulkan apa saja yang bisa ditukarkan dengan perak maupun yang bisa dimakan.Karena ini merupakan area hutan yang paling dalam, sangat jarang orang yang bisa sampai kemari se

Saat tiba di dekat kediaman, dari jauh sudah terlihat seorang pria paruh baya sedang berdiri mondar-mandir di depan rumah, yang tak lain adalah ayahnya.Ji An mempercepat langkahnya. Ia agak gugup. Terakhir kali ayahnya sudah menyuruhnya untuk tidak bepergian terlalu lama.Dihitung-hitung sudah empat hari ia berada di luar rumah. Menceritakan yang sebenarnya hanya akan membuat orang tua itu khawatir.Ia menggigit bibir bawahnya berpikir keras.Ia perlu mengarang alasan yang lain untuknya.Merasakan ada gerakan di kejauhan, Ji Deyan mengangkat kepalanya untuk melihat.Sosok gadis muda itu sedang berjalan dengan sebuah bungkusan yang disampirkan di bahu kanannya.Saat mata mereka bertemu di kejauhan, senyum gadis itu otomatis melebar.Sementara ia, hanya sisa-sisa kecemasan yang tampak di wajahnya.Melihat putrinya berjalan dari kejauhan, ia yang sedari kemarin mulai cemas, kini perlahan mengendur.Akhirnya anak gadis itu pulang juga.Ia menghela napas panjang, menatap langit, menunggun

Entah Ji An harus merasa senang atau sedih. Senang karena setidaknya masih ada waktu satu tahun untuknya, kalau saja iblis ini belum berhasil dikeluarkan. Sedih karena ia harus menderita sakit kepala yang tak tertahankan dengan adanya iblis yang masih bersembunyi di tubuhnya. Ia hanya menatap Feng Jin dengan sedikit kekhawatiran di matanya. "Bersabarlah. Kali ini aku akan mencoba mengeluarkannya ketika bulan penuh muncul." Pria itu tampak mencoba menenangkannya, meski ekspresinya masih acuh tak acuh. Kemudian ia mendongak melihat bulan di langit. Masih lima belas hari lagi hingga mencapai bulan penuh. Meski Ji An tidak mengerti alasannya, ia hanya mengangguk tanpa suara. Ia memanggil lagi, "Ng itu..Feng..Jin?" Ah. Ia masih perlu beberapa waktu untuk terbiasa memanggilnya dengan nama itu. Feng Jin menarik pandangannya dari langit dan menoleh menatapnya, menunggunya melanjutkan. "Karena sudah di sini, bagaimana kalau tinggal untuk makan malam dulu sebelum pergi?" Pr