All Chapters of HASRAT TERLARANG SUAMI ORANG: Chapter 51 - Chapter 60

Bu Lili merenung sebentar kalau melihat peringai Dona tadi saat mengobrol Dona tipikal wanita yang tidak neko neko sih."Ibu belum bisa menilai Karana belum berinteraksi sering dengan Dona," jawab Bu Lili."Jadi harus sering interaksi ya," jawab Leon."Tentu saja kalau sudah sering bertemu dan mengobrol akan ketahuan sikap dan sifatnya bagaimana," ucap Bu Lili."Kalau begitu aku akan sering membawa Dona bertemu dengan Ibu," balas Leon."Sebelum kamu resmi bercerai dengan Monica jangan sering bersama Dona," tegur Bu Lili."Memangnya kenapa sih Bu?" tanya Leon karena pasti akan Sulit kalau tidak bertemu Dona sedetik saja."Monica dan Ibunya akan terus mengusik Dona kalau kamu sering terlihat bersama Dona. Apa kamu nggak kasihan dengan mental Dona?" tanya Bu Lili."Iya juga sih," jawab Leon lalu hatinya menjadi kacau.Leon sangat kesal kenapa dia dulu harus menikah dengan Monica. Kenapa tidak bertemu dengan Dona sejak awal. Kalau begini kan dia jadi kacau. Mau bertemu dengan Dona saja ha

Pak Malik sangat marah dia menggebrak meja. Dia berdiri dengan wajah yang sangat marah menatap Bu Lili dan Leon yang ada di depannya. 'Aku pikir kamu akan menahan anakmu agar tidak menceraikan Monica," ucap Pak Malik. "Tapi ternyata Ibu justru mendukung Leon untuk segera menceraikan aku!" seru Monica. "Anak salah kok dibela, harusnya kamu meminta Leon untuk mempertahankan rumah tangganya," bentak Bu Wati.Leon sangat marah dia berdiri dan ingin melayangkan tinju pada Pak Malik. Sayang sekali, Bu Lili menahan amarah Leon agar tidak dilampiaskan ke Pak Malik. Mereka ini memang sengaja mencari titik lemah agar bisa mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. "Cih, jangan pancing amarah putraku dengan truk murahan seperti ini," ucap Bu Lili meremehkan. "Bu Lili, selama ini Ibu tidak pernah ada untuk keluarga Leon. Orang tuaku yang selalu ada jika ada masalah. Lantas Leon mau menceraikan aku Ibu malah mendukungnya?" tanya Monica."Orang tuamu membantu apa merecoki rumah tangga anak?" ta

Bu Lili tersenyum menatap Leon dengan sorot mata tegas. Sebuah rencana sudah dia siapkan untuk melawan Monica jika wanita jahat itu sampai mengusik Dona. "Pokoknya ibu sudah menyiapkan senjata untuk melawan Monica si wanita ular itu beserta antek anteknya," jawab Bu Lili. "Yah ibu main rahasia-rahasiaan," ucap Leon manyun. "Nanti pada saatnya kamu akan tahu," balas Bu Lili sambil tertawa. Leon ikut tertawa walau sebenarnya penasaran dengan apa yang direncakan oleh Ibunya. Untuk melawan Monica memangnya ada kartu yang bisa membuat wanita gila itu tahkluk. "Bu, lapar, Ayo makan lagi," ajak Leon. "Ayo kita lanjutkan makan. Mereka itu menganggu saja!" seru Bu Lili. "Semoga lain kali tidak ada gangguan saat kita makan, ya," balas Leon. Bu Lili mengangguk, lalu Leon ikut makan dengan tenang. Setelahnya Leon berangkat kerja karena sudah sangat siang. Tidak mungkin Leon cuti lagi karena sudah sering tidak masuk mengurus urusannya yang sangat memusingkan. Sampai di kantor meja Dona

Dona terbuyarkan lamunananya. Dia mendadak kesal sekali dan manyun tidak jelas. "Kenapa sih?" ucap Leon sembari menyentil lembut dagunya. "Ihh sebel banget, pasti semua sudut rumah yang kamu tinggali pernah dipakai untuk berhubungan adegan panjang menyenangkan," jawab Dona sewot sendiri. Mimik wajahnya tidak bisa bohong kalau dia sedang cemburu dan marah. Leon tertawa kecil melihat tingkah Dona yang seperti bocah itu. Bukan ilfiel justru Leon sangat senang melihat Dona cemburu. Bukankah itu tanda cinta Dona pada Leon. "Aku dan Monica jarang melakukan itu, semua itu karna Monica sangat takut untuk hamil," ucap Leon. "Apakah itu benar. Kenapa kamu bisa bertahan sampai lima tahun lamanya?" tanya Dona. "Bukankah menunda melakukan hubungan suami istri itu membuat kepala sakit," lanjut Dona. Leon tersenyum manis lagi, pertanyaan seperti itu memang bagus. Lelaki mana yang bisa tahan tidak bersentuhan dengan sang istri. Tapi mau bagaimana lagi kalau sang istri tidak mau melayani sang

Leon menggelengkan kepalanya pelan. Tentu saja apa yang ditanyakan oleh Dona bukan hal yang utama. "Menikah bukan hanya melakukan adegan ranjang saja, Dona. Tapi patuh sama suami dan melakukan apapun berdua itu juga salah satu hal untuk menjalin rumah tangga," jawab Leon. "Aku pikir di pikiranmu berumah tangga hanya untuk melakukan adegan ranjang saja," ucap Dona. 'Tidak dong, emang aku orang yang doyan begituan saja apa. Aku memilihmu bukan untuk berhubungan badan saja," balas Leon. "Terima kasih kalau begitu," ucap Dona. Leon memeluk Dona erat, dalam hatinya tidak pernah sedikitpun berkeinginan menjadikan Dona sebagai pelampiasan napsu belaka. Berkat sikap dan sifat Dona yang menjadi impian Leon. Pria tampan itu bertekad untuk mengikat Dona menjadi pasangan seumur hidup."Jangan khawatir. Aku sangat mencintaimu sehingga kamu akan aku jaga seumur hidup," ucap Leon."Iya," balas Dona singkat lalu dia merebahkan kepala dipundak Leon. Sedangkan Leon merangkul Dona erat. "Aku t