All Chapters of HASRAT TERLARANG SUAMI ORANG: Chapter 31 - Chapter 40

Robi mengernyitkan dahi atas pertanyaan Dona. Apa wanita cantik di depannya itu akan meminta Leon mengganti butik yang lebih mahal karena Leon sering mengajak Monica ke butiknya. "Monica sering ke butikku bersama teman-temannya," jawab Robi. "Apa dia datang bersama Leon juga?" tanya Dona. "Kadang bersama Leon. Kadang bersama temannya kadang bersama Orang tuanya," jawab Robi. Dona cemberut, dia tidak ingin Napak tilas dimana tempat Monica pernah diajak ke situ oleh Leon. 'Aku tidak mau dicap lagi sebagai wanita yang menginginkan apa yang dimiliki istri sah," ucap Dona. 'Lalu kamu apakah ingin ke butik lain?" tanya Robi. Jika Dona menginginkan butik lain, Robi sangat menyayangkannya. Karena sudah sejak lama Leon belanja di butiknya dan merupakan pelanggan VIP. "Tergantung Leon, apakah dia memperbolehkan aku membeli baju di butik lain atau tidak," jawab Dona. Robi tertawa kencang, agaknya Dona sangat kebucinan dengan Leon. Apapun yang L

Dokter menghela nafas panjang sebelum menjelaskan. Dia menatap wajah sendu sekaligus panik orang yang ada di depannya ini. "Kabar gembiranya, Putri Bapak hamil," jawab Dokter. "Apa?" tanya Pak Somad dan istrinya bersamaan. Mereka sangat syok atas apa yang didengarnya. "Alhamdulillah aku akan segera memiliki anak," ucap Leon senang dan kembali bersemangat. "Tapi istri Bapak mengalami keguguran, kami sudah berhasil melakukan tindakan untuk membersihkan rahimnya," ucap Dokter selanjutnya. Bagaikan disambar petir disiang bolong, begitulah peribahasa yang cocok untuk Leon. Bahagia diawal menjadi sedih belakangan. Setelah menjelaskan lebih rinci Dokter pamit pergi dan memperbolehkan keluarga untuk membesuk Dona yang berbaring di bed UGD. "Dona," ucap Leon lalu berlari menuju ranjang Dona. "Putriku," panggil Pak Somad sembari memeluk sang putri. Sebelumnya Pak Somad mendorong Leon agar menjauh dari Dona. Putri yang paling dia cintai seumur hid

Reflek Pak Somad langsung melindungi putrinya. Sebagai seorang Ayah, Pak Somad tidak ingin putri kesayangannya terluka lagi. Baik fisik maupun mentalnya. "Mau apa kalian ke sini?" tanya Pak Somad dengan wajah tegang. "Kami hanya ingin menjenguk putrimu," jawab Pak Malik. "Paman tidak usah memasang wajah galak begitu aku jadi takut," ucap Monica manja. Pak Malik tak kalah ingin memasang wajah imut seperti Monica. Dia berkata, "Kami datang dengan niat baik tapi malah disambut dengan tidak baik," Wajah mereka seolah benar benar peduli tapi yang asli mereka sangat merasa puas atas insiden yang menimpa Dona. Mereka datang dengan tujuan meledek Dona. "Kalian sudah datang jauh jauh ke sini Aku sebagai Ayah mengucapkan terimakasih," ucap Pak Somad. "Nah gitu dong, sambut orang yang tulus ini dengan ketulusan juga," ucap Pak Malik. "Masih untuk kami mau membesuk seseorang yang pernah membuat hancur rumah tangga dan kebahagiaanku,' sahut Monica.

Dona menangis sesenggukan, di tangannya ada pisau dapur yang siap menghunus lehernya. Sepertinya Dona tidak kuat kuat menahan hinaan dan cacian dari para tetangganya. "Biarin Pak, Biarkan Dona mati saja!" seru Dona sambil menangis "Jaman Nak, mari buka lembaran baru Nak. Jangan seperti ini. Masa depanmu masih panjang," bujuk Pak Somad. "Tidak, lebih baik Dona mati daripada terus di hujat seperti ini. Dona malu Pak,".ucap Dona sambil sesenggukan. "Singkirkan pisau itu segera Dona," bujuk Pak Somad lagi. Dona menggelengkan kepalanya. Dia masih menangis dan wajahnya seperti hilang arah. Padahal semua ini disebabkan olehnya sendiri. Dona berpacaran dengan suami orang, kebablasan hingga akhirnya keguguran. Hidupnya dia rusak sendiri dengan bermain gila bersama suami orang. Dona terkena bujuk rayu suami orang dan terlena oleh cinta yang hanya sesaat saja. "A-yah akan menelpon Leon," ucap Pak Somad terbata sambil mengeluarkan ponsel "Leon?" ucap Dona me

Dona melirik Leon sejenak. Tentu saja dia lega bertemu Leon. Andai aja tadi Leon tidak didatangkan mungkin kepala Dona masih pusing tujuh keliling dan akan segera mengakhiri hidup. Untuk apa hidup kalau tidak boleh bertemu dengan Leon. Yah namanya juga lagi kebucinan. Jatuh cinta lagi hangat hangatnya masa tidak boleh bertemu dalam waktu yang lama. "Ayah, aku bahagia bertemu Leon," ucap Dona. "Baguslah kalau begitu. Hari sudah semakin sore. Ayo kita makan dulu," ajak Pak Somad. "Leon juga ikut makan 'kan Yah?" tanya Dona. "Ya," jawab Pak Somad. "Ayo kita makan sekeluarga," ajak Dona sembari menggandeng Leon. Pak Somad menggelengkan kepalanya. Kenapa Dona begitu menyukai Leon. Padahal pria itu mendekatinya saat masih mempunyai Istri. Tapi mau bagaimana lagi saat ini Dona sedang tidak bisa dinasehati karena sedang jatuh cinta. Bukankah orang yang sedang jatuh cinta susah untuk dinasehati. Yah sementara demi kesembuhan Dona Pak Somad terpaksa memberikan restu. "Makanlah