“Jangan kesal, hari ini aku menikah, bahagialah sedikit! Nanti temani aku minum beberapa gelas lagi, kita nggak boleh pulang sebelum mabuk!”Aku tersenyum paksa, tapi hatiku terasa tertekan seperti ditindih batu.Beberapa jam berikutnya, aku menjalaninya dengan penuh kecemasan.Mataku terus mengawasi Wina, takut dia melakukan sesuatu.Aku juga takut Roy mencurigainya. Wina tampak bersikap tenang, terus berada di sisi Jully dan sesekali tatapan kami bertemu.Namun, dia langsung membuang muka, seperti menghindari sesuatu.Menjelang akhir pesta pernikahan, aku dan Roy mengantar para tamu di pintu keluar.Wina datang untuk berpamitan dengan Jully, “Kak, aku pulang dulu. Aku bakal datang mencarimu lagi besok.”“Nggak mau tinggal sebentar lagi?” Jully menarik tangannya dan melanjutkan, “Biar kakak iparmu saja yang mengantarmu.”“Nggak perlu, kak. Aku bisa naik taksi sendiri.”Ujar Wina, pandangannya menyapu aku dan Roy, lalu berpamitan, “Kakak ipar, Kak Peter, aku pergi dulu.”Roy hendak me
Read more