Berkat Jevan, Vanka menjalani serangkaian tes hari itu dengan cepat. Ia hanya tinggal menanti satu kali wawancara lagi dengan direktur rumah sakit yang merupakan orang tua Jevan.“Tenang aja. Nggak usah nervous,” suara Jevan terdengar pelan di samping Vanka.Vanka memandang pada laki-laki itu. “Makasih ya, Jev, udah nungguin.”“Dari dulu juga aku nunggu,” jawab Jevan sambil tersenyum kecil, seolah itu hanya candaan biasa.Vanka memilih tidak menanggapi. Ia tahu kalimat itu punya riwayat.Syukurlah nama Vanka segera dipanggil. Ia berdiri, menarik napas dalam, lalu melangkah masuk ke ruang wawancara.Wawancara itu berjalan lebih tenang dari yang Vanka bayangkan. Ia duduk tegak, menjawab setiap pertanyaan dengan jujur dan runtut, menjelaskan latar belakang pendidikannya, pengalamannya bekerja, hingga alasan ia ingin kembali ke dunia rumah sakit setelah sekian lama berhenti. Sesekali ia berhenti sejenak untuk menimbang kata-kata, memastikan tidak terdengar berlebihan atau defensif. Ia tid
Last Updated : 2025-12-15 Read more