Begitu keluar dari paviliun, Vanka menutup pintu pelan-pelan agar pembicaraannya nanti tidak terdengar oleh Shankara dan Lengkara. Ia berjalan tepat ke dekat pagar tembok, lalu menempelkan ponsel ke telinganya.“Halo, Kak Jevan," sapanya sopan.Terdengar suara ramah dari seberang. "Hai, Van, apa kabar? Aku lihat banyak panggilan tak terjawab. Tadi aku lagi nyetir, jadi baru bisa nelepon balik.""Iya, Kak. Nggak apa-apa."Jevan tertawa kecil, membuat Vanka berpikir apa yang lucu?"Nggak usah manggil Kak, Van. Kita udah nggak kuliah lagi.""Oh, oke, dokter Jevan." Vanka meralat sapaannya.Tawa Jevan semakin jelas, seolah ia benar-benar terhibur. "Van, kamu malah tambah formal. Nggak usah panggil dokter juga. Panggil nama aja. Cukup Jevan."Vanka berdeham, canggung. "Tapi kan—""Aku lebih tua dari kamu?" potong Jevan cepat, masih dengan nada geli. "Iya. Maksudku, ya gitu. Soalnya di kampus dulu—""Dulu kita mahasiswa," ujar Jevan ringan. "Sekarang kita sama-sama kerja. Dan di dunia ker
Last Updated : 2025-12-11 Read more