All Chapters of Bilur Bulir Bertaut: Chapter 11 - Chapter 20

Di pikiran Naomi saat ini adalah Mareeq susah bicara pada orang yang tidak dikenal dekat. Naomi merasa perlu menjadi jembatan di antara keadaan itu. Naomi merasa tidak ada kata suka ataupun cinta.Mareeq meskipun posisi tertinggi di divisi itu memang sering terlihat tidak mau kalah dengan Rahaal. Beberapa kali ketika Rahaal melakukan hal yang membuat kagum setim, Mareeq juga melakukan hal yang sama. Jadi, bukan karena dia melakukannya karena Naomi. Pikir Naomi.Leon terlihat menghampiri meja Naomi. Naomi dan Flora terlihat mengakhiri pembicaraan kecil mereka. Sebelum Leon bicara, Naomi sudah menyambutnya dengan senyuman."Naomi, kamu sudah mengambil makanan dan minuman?" Tanya Leon."Iya, sudah."Jawab Naomi."Pulang kerja nanti bisa kita bicara?""Pulang kerja? Boleh" jawab Naomi."Kalau begitu sampai jumpa nanti di lobby,"pamit Leon.Flora yang mendengar itu langsung menatap Naomi dengan senyum mencurigakan."Kenapa?" T

Mareeq mendapatkan tugas untuk mengurusi masalah pekerjaan di cabang luar negeri. Di perusahaan yang sebelumnya dia pernah bekerja. Proyek yang baru dihandle oleh Rahaal dan Claudia.Claudia jadi lebih sering mengurus pekerjaan berdua dengan Rahaal. Mereka jarang melibatkan tim. Entah apa yang mereka rencanakan. Tapi, Claudia ditunjuk untuk menggantikan posisi Mareeq sementara.Sementara itu, kontes yang pernah dibicarakan sudah dimulai. Kontes Duta Perusahaan. Hari ini dan seminggu ke depan adalah pendaftarannya. Naomi tanpa pikir panjang mendaftarkan diri secara online. Tapi, kemudian Naomi menyadari bahwa Flora dan Abi juga mendaftar. Flora berkeliling ruangan untuk meminta dukungan nanti. Karena sudah kalah start dari Flora, jadi Naomi tidak meminta dukungan dari divisinya.Naomi duduk di rooftop seperti biasa. Kali ini tidak ada Mareeq karena dia masih ada di luar negeri. Sepertinya kantor cabang di sana mengalami masalah besar. Naomi dengar akan m

Ketika Naomi pergi ke toilet. Dia melihat Max keluar dari ruang HRD. Apa yang terjadi? Karena penasaran, Naomi menghampirinya dan menyapa."Max, lama kita tidak bertemu. Apa kabar?" Tanya Naomi."Aku baik. Bagaimana kabarmu?" Tanya Max balik."Aku baik juga. Apa yang kamu lakukan dari ruang HRD?" Tanya Naomi tanpa basa-basi."Oh, aku mengajukan pemindahan ke kantor lain." Max pun menjawab dengan to the point."Kamu pindah? Claudia akan kehilangan kamu donk?""Kami sudah putus." Ujar Max sambil menunduk. Dia berusaha terlihat menyembunyikan kekecewaan."Kalian sudah putus? Sejak kapan?" Naomi tampak terkejut."Hampir sebulan. Aku mengajukan pemindahan karena sudah tidak nyaman bekerja di sini." Max berusaha tersenyum menjelaskan.Selama ini Naomi tahu bahwa yang pertama kali mengejar adalah Claudia. Ya, dibantu oleh Flora kemudian mereka jadian. Di awal, mereka sangat terlihat saling jatuh cinta satu sama la

"Aku baru mengetahui bahwa kamu sudah beristri dan memiliki anak."Mareeq masih fokus menyetir dan tidak ada perubahan. Matanya terlihat sedikit melebar, menunjukkan keterkejutan. Tapi, Naomi merasakan mobil berjalan lebih lambat."Apa yang salah dengan itu?" Tanya Mareeq."Kamu selalu membicarakan hal di luar pekerjaan. Tapi, kamu tidak membicarakan tentang keluargamu. Jadi, aku kecewa seperti aku yang paling tahu kamu, tapi aku juga yang paling tidak tahu kamu."Mareeq menginjak rem perlahan dan meminggirkan mobil di tepi jalan yang sepi. Mobil berhenti total. Ia akhirnya mematikan mesin. Gerakannya lambat dan sangat terukur, menunjukkan bahwa ia sedang mengendalikan diri.Ia segera menyandarkan satu tangannya di setir. Ia menoleh ke arah Naomi. Dia ingin melihat ekspresi apa yang dibuat Naomi sebelum dia mengatakan sesuatu."Aku bukan orang yang pandai bicara atau berbohong. Aku juga bukan orang yang suka menceritakan urusan pribadi. Tapi

"Naomi," Lanjut Rahaal.Naomi sedikit terkejut. Baru kali ini Rahaal menyebut namanya. Dia menyebut dengan intonasi lembut. Mungkin sebenarnya terdengar biasa saja, tapi bagi Naomi yang baru kali ini mendengar terasa aneh.Naomi memandang ke Rahaal. Dia ingin tahu dengan wajah seperti apa dia menyebut namanya. Tatapan Rahaal sangat tajam padanya, tanpa berkedip."Pikirkan baik-baik dan jangan membuat keputusan karena seseorang. Masa depanmu kamu yang menentukan.""Aku mengerti.""Sampai saat ini aku masih memilih untuk tinggal." Jawab Rahaal memberikan informasi apa yang dia pilih.Naomi mengartikan kalimat ini dengan sangat jelas. Dia tidak ingin Naomi mengikuti Mareeq. Atau mungkin tepatnya dia tidak ingin Naomi mengikuti mereka. Claudia mengatakan ini keinginan mereka berdua. Tapi, Rahaal mengatakan akan tetap tinggal. Entah siapa yang harus Naomi percaya.Di jam pulang kantor, Naomi melihat ke pengumuman mutasi. Rahaal masih belum