“Allah …, Allah …, Allah ….” Zahra beringsut mundur, menjauhi Ammar yang menatapnya dengan wajah basah. Wanita itu memeluk kakinya, menenggelamkan kepala di antara dua lutut. Suara tangisannya menggema, memantul di antara dinding kamar yang menjadi saksi terputusnya ikatan halal di antara dua anak manusia.“Sakit, Mas, sakit sekali.” Zahra mengangkat wajah dan menatap Ammar yang menyelonjorkan kaki di lantai sambil bersandar di kasur. “Sakit ….” Zahra memukuli dadanya berkali-kali. Luka yang selama ini menggerogoti jiwanya, malam ini seperti disiram air garam hingga berkali lipat sakitnya.“Maafkan aku, Ra, maaf ….” Ammar menunduk, tidak kuasa melihat Zahra yang sesenggukan di sampingnya. “Kamu benar, berpisah adalah pilihan yang tepat. Andai memaksamu menerima keputusanku menikahi Zahra, aku pasti tidak akan kuat melihatmu tersiksa seperti ini setiap harinya.” Ammar memukul lantai dengan kencang. Buku-buku tangannya terasa perih, tapi lebih sakit lagi hatinya.“Menangislah, Ra, tumpa
Last Updated : 2025-11-15 Read more