Lahat ng Kabanata ng Sungguh Nikmat Jadi Tabib Desa!: Kabanata 21 - Kabanata 30

Menatap tempat tidurnya, lalu memikirkan orang tua dan adik perempuannya, dia menyadari bahwa merekam juga sama. Keadaan keluarga mereka benar-benar memprihatinkan.Dhana duduk di tepi tempat tidur. Dengan sekejap pikiran, kesadarannya memasuki Dimensi Teratai. Di sana, dia menyaksikan pemandangan yang luar biasa.Tempat ini adalah miniatur sebuah dunia.Di dalamnya terdapat gunung dan sungai, serta makhluk-makhluk yang aneh dan menakjubkan.Namun, Dhana tidak fokus pada mengagumi pemandangan. Dia mencari-cari di mana paviliun harta karun berada. Tak lama kemudian, dia melihat sebuah gubuk kayu kecil.Seorang wanita berbaring di dalamnya.Wanita itu berpakaian merah menyala, dengan rambut putih dan kulit keriput.Itu adalah Kaisar Dewa Teratai. Kedua matanya tertutup lembut dan kulitnya pucat, tampaknya sedang tertidur.Dhana berjalan mendekat dan berlutut di hadapan Kaisar Dewa Teratai."Guru, terima kasih atas warisan yang kamu berikan padaku. Aku akan mencari sembilan wanita itu sec

Tulang-tulangnya telah tumbuh dan menyatu di beberapa titik secara tidak teratur.Dhana terpaksa mengambil tindakan drastis. Menghancurkan tulang-tulang tersebut lebih dulu untuk memisahkannya, kemudian menyusunnya kembali.Setelah semua tulang disusun kembali, Dhana mengeluarkan jarum lain dan menusukkannya dengan presisi ke area tulang kaki yang patah."Jarum pertama untuk meredakan rasa sakit, jarum kedua untuk menyembuhkan tulang."Bagi orang lain, patah tulang ayahnya adalah masalah serius. Tapi bagi Dhana, itu hanyalah penyakit ringan.Dengan dua jarum saja, ayahnya akan pulih kembali.Sekar berdiri di dekatnya, mondar-mandir dengan gelisah.Saat mendengar Bejo berkata tidak merasakan apa-apa, kecemasannya mencapai puncak."Bejo, apa sudah terasa lagi?"Bejo menggelengkan kepala. "Nggak sama sekali. Rasanya seperti dibius. Dari lutut ke bawah nggak terasa apa-apa.""Dhana, berhenti sekarang juga! Ayo kita cari cara untuk membawa ayahmu ke rumah sakit. Jangan begini, bisa-bisa mal

Senyum Sekar semakin cerah mendengar ucapan Dhana.Jika penyakitnya bisa sembuh, dia tidak akan menderita lagi.Selama dua tahun, telinganya terus berdenging, matanya terus berair, dan mulutnya berkedut tak terkendali. Penderitaan itu benar-benar tak tertahankan.Beberapa orang bahkan memperingatkan bahwa dia mungkin akan mengalami stroke dan lumpuh di satu sisi.Sekar ketakutan, tapi dia tidak bisa apa-apa.Selama dua tahun terakhir, hanya tekad kuatlah yang membantu menopangnya merawat dua anak dan suaminya.Dengungan di telinganya bagaikan gemuruh guntur. Kebanyakan orang tidak akan tahan. Sekar bahkan berpikir lebih baik dia tuli daripada mendengarkan dengungan ini. Dia sungguh tidak tahan.Telinganya berdenging dan kepalanya berdenyut-denyut.Singkatnya, itu adalah penderitaan yang terlalu berat untuk manusia.Berkali-kali Sekar berpikir, lebih baik dia mati saja. Apa gunanya menjalani hidup yang menyedihkan seperti itu?Tapi, dia ingat pada dua anaknya dan suaminya yang kakinya p

Anton berlutut di tanah, membakar dupa dan uang arwah sambil bergumam pada dirinya sendiri. Intinya, dia meminta Dhana untuk berhenti mengganggunya.Saat tiba di depan pintu rumah Anton, Dhana melihat cahaya api di dalam. Dia melihat melalui dinding halaman dengan Mata Roh Teratai dan tidak bisa menahan gelak tawa.Dhana sungguh tidak menyangka Anton yang arogan dan sok berkuasa itu bisa merasakan takut. Bahkan sampai membakar uang arwah untuknya. Sungguh konyol.Anton sepertinya benar-benar percaya dia sudah mati.Dhana berpikir dalam hati, ‘Anton, ke mana perginya kesombonganmu? Kenapa sekarang jadi penakut? Hahaha ....’Dia tertawa pelan, memandangi Anton menggunakan Mata Roh Teratai.Setelah mendapat warisan itu, Dhana memiliki pendengaran yang sangat tajam. Bahkan melalui dinding, gumaman Anton terdengar jelas baginya.Tampaknya, Anton benar-benar ketakutan.Dhana mengambil tisu yang berjelaga dari sakunya dan mengoleskannya tebal-tebal di sekitar matanya.Lalu mengoleskan sedikit

Orang itu adalah Ratna Yuwana, putri dari kepala desa, Pandu Yuwana. Dia cantik mempesona, lembut menawan, menjadi wanita paling memesona di Desa Mawar.Ratna adalah teman sekelas Dhana. Mereka juga lulus kuliah bersama-sama."Ratna, kamu juga mau mancing?"Ratna memiliki kecantikan yang halus dan menawan, tidak kalah dari Mawar. Di seluruh Desa Mawar, mereka berdua terkenal karena kecantikan mereka.Selama masa kuliah, mereka berdua sempat bertukar pandangan menggoda.Tapi kemudian, mereka tidak memiliki kesempatan untuk bersama."Aku nggak mau mancing," jawab Ratna. "Aku kemarin kehilangan kalungku habis pergi ke danau. Aku curiga kalung itu jatuh di sekitar sini. Karena khawatir diambil orang, aku sengaja datang mencarinya sekarang."Dhana pun bertanya, "Sudah ketemu?"Ratna menggeleng, terlihat sedih."Aku datang sebelum matahari terbit. Sudah kucari ke mana-mana, tapi tetap nggak ketemu. Harga kalung itu lebih dari empat juta, sayang sekali."Saat berbicara, Ratna menatap Dhana."