Saat pulang malam itu, aku sengaja membahas masalah lilin aromaterapi itu.“Bu, lilin itu bagus juga. Bagaimana kalau ibu siapkan beberapa lagi untuk kubawa setelah menikah nanti? Supaya aku bisa tidur nyenyak.”Gerakan ibu saat makan pun agak terhenti, ekspresi wajahnya tampak agak canggung.“Aku hanya beli satu lilin itu. Kamu pakai di rumah saja, jangan di bawa ke kampus. Nanti kalau ditanya teman-teman yang lain, kamu juga susah membaginya.”Sambil berbicara begitu, ibu sambil mengambil sepotong ikan dengan sendoknya dan menaruh di piringku, ekspresi wajahnya sangat ramah.“Lihat, kamu begadang belakangan ini, wajahmu sampai pucat. Makan yang banyak, istirahat yang cukup.”Di atas meja terhidang semua masakan kesukaanku. Jika biasanya, aku pasti akan sangat senang.Namun sekarang, aku tidak selera sama sekali.Makanan terasa hambar di mulutku, aku hanya memasukkan makanan ke mulutku tanpa perasaan.Padahal ibu begitu menyayangiku, tidak ada yang aneh sama sekali. Tapi mengapa… mung
Baca selengkapnya