Semua Bab Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai: Bab 41 - Bab 50

Starla tersenyum pahit. "Darrel, dulu kamu juga bilang akan melindungiku.""Kamu bilang kamu akan melindungiku seumur hidup, nggak akan biarkan siapa pun menyakitiku. Tapi beberapa tahun ini aku hidup seperti apa, kamu tahu itu. Selama 26 tahun hidupku, semua luka yang kuterima ... semuanya berasal darimu.""Itu berbeda.""Apa yang berbeda? Karena aku bersekongkol dengan pamanku untuk membunuh orang tuamu dan merebut Grup Gilvano?""Memangnya bukan begitu?"Starla tertawa kecil. "Kalau aku bilang kecelakaan itu sebenarnya adalah ...."Krit! Fidora membuka pintu ruang tangga dan berjalan masuk. Di tangannya membawa segelas kopi. "Oh, ternyata kalian di sini? Susah sekali mencari kalian. Darrel, aku buatkan kamu kopi. Mau coba?"Darrel menerimanya, menyeruput sedikit. "Blue Mountain?""Ya, kamu paling suka Blue Mountain. Aku bahkan menggilingnya dan membawanya setiap hari. Seduhan begini rasanya nggak sepekat saat dimasak langsung. Nanti kalau sudah pulang, biar aku buatkan yang lebih en

Fidora menghela napas lega. Asal bukan sesuatu yang dikatakan oleh Starla, itu sudah cukup.Situasi sekarang membuatnya semakin merasa ada yang tidak beres. Setiap kali menyangkut urusan Starla, Darrel akan berubah menjadi seseorang yang benar-benar berbeda.Darrel yang dia kenal adalah sosok yang tenang, dewasa, berwibawa, dan lembut. Namun, setiap kali menyebut Starla, dia tidak bisa mengendalikan emosi terdalamnya. Entah itu marah atau gusar, semuanya adalah emosi yang tidak pernah dia perlihatkan di hadapannya.Fidora tidak bodoh. Darrel memang sangat menjaganya dan sangat lembut padanya, tetapi selalu terasa seperti ada satu lapisan tipis yang memisahkan mereka. Di mata orang luar, dia sangat beruntung. Namun, hanya dirinya sendiri yang tahu, rasa terima kasih Darrel jauh lebih besar daripada cinta.Darrel berterima kasih karena dia pernah menemaninya di masa-masa terendah, tetapi sepertinya Darrel tidak pernah sekali pun mengucapkan kata-kata cinta.Dulu dia mengira Darrel hanya

"Hanya saja ...." Pria itu menoleh, menatap ke dalam matanya. "Kamu masih mencintai mantan suamimu?"Cinta? Starla menggeleng sambil tersenyum pahit. "Aku sudah lama nggak punya kelayakan untuk mencintai. Hanya untuk tetap hidup saja, aku harus mengerahkan seluruh tenagaku.""Pikirkan lagi, jangan buru-buru menjawabku." Pria itu berpikir sejenak, lalu menambahkan, "Anggap saja ini hadiah ulang tahunmu yang ke-26 dariku.""Pak.""Mm?"Dalam kegelapan, Starla mengamatinya dengan saksama. "Kita pernah saling kenal sebelumnya?"Pria itu memalingkan wajah, kembali ke dalam bayangan. Suaranya mendadak menjadi berat. "Starla, hal-hal yang nggak ingin kubicarakan, sebaiknya jangan kamu tanyakan.""Maaf.""Aku ngantuk. Ayo kita tidur.""Baik."Sama seperti semalam, dia berbaring menyamping, pria itu berbaring di belakangnya. Sangat dekat. Begitu dekat hingga napasnya dipenuhi aroma parfum lembut dari tubuh pria itu."Starla."Starla terkejut. "Hah?""Tetap di sisiku dengan baik. Aku akan member

"Ibu, jangan dibahas lagi ...."Mata Willa juga memerah. "Sudah, sudah, jangan dibahas lagi. Star, nanti kalau bayinya sudah agak besar, ajak dia pergi lihat ayahmu ya."Starla mengangguk keras. "Ya."Tak lama kemudian, dia menerima telepon dari Darrel."Kamu di mana?"Benar, mereka sudah janjian. Hari ini mereka harus pergi ke pengadilan negeri untuk mengurus perceraian."Kamu sudah sampai? Aku langsung ke sana."Darrel langsung menutup telepon.Willa bertanya dengan cemas, "Darrel ya? Anak kalian nangis?"Starla menjawab secara samar, "Hm .... Ibu, aku harus keluar sebentar.""Cepat pergi. Bayi itu paling butuh ibunya. Besok kamu jangan datang dulu. Jaga anak baik-baik. Paham?""Besok aku lihat situasi dulu."Setelah berpamitan dengan ibunya, Starla keluar dari rumah sakit, naik taksi, langsung menuju pengadilan negeri.Di jalan, dia menelepon Darrel, ingin memberitahunya bahwa dia sedang dalam perjalanan dan memintanya menunggu sebentar.Namun, kemudian dia teringat Darrel sudah mem

"Nggak usah." Darrel menolak. "Kamu fokus saja memulihkan diri. Hal-hal lain jangan dipikirkan. Kepala pelayan mengurus Luna dengan sangat baik.""Oh.""Ada hal lain? Kalau nggak, aku tutup. Aku lagi nyetir.""Eh, tunggu ...." Fidora berkata, "Minggu depan itu ulang tahun ibuku. Aku ingin kamu menemaniku pulang merayakan ulang tahunnya, boleh nggak?""Minggu depan aku nggak sempat. Perusahaan sangat sibuk."Fidora tidak menyerah dan terus membujuk, "Ulang tahun ibuku di akhir pekan, nggak bakal ganggu pekerjaanmu."Darrel perlahan tenang kembali. Menghadapi permintaan Fidora yang sedikit rendah hati, dia pun sulit terus menolak.Bagaimanapun, dia sebelumnya sudah berjanji akan menikahi Fidora. Namun, sekarang dia tidak bisa bercerai, tidak bisa memberi Fidora sebuah pernikahan. Di hatinya, dia memang merasa bersalah."Baiklah, aku temani kamu."Fidora langsung terdengar gembira. "Benarkah? Darrel, kamu baik sekali.""Sudah, kamu pilih saja hadiah. Kalau sudah cocok, langsung beli. Paka