Pintu kamar menutup satu-satunya sumber cahaya dari lorong, membuat ruangan itu semakin gelap.Untungnya, dari jendela kaca besar, cahaya bulan yang tipis masih menyinari sedikit ke dalam, menebarkan kilau perak di lantai."Malam ini bintangnya sangat indah." Suara pria itu terdengar puas, meskipun tetap serak. "Menurutmu gimana?"Starla maju dua langkah ke depan, berdiri dengan canggung. Kemudian, dia memejamkan mata seolah-olah menyerahkan diri pada nasib."Pak, karena aku sudah datang, aku akan bicara langsung. Di pesan, kamu bilang kamu bisa membantuku. Aku hanya punya dua permintaan.""Pertama, bantu aku merebut kembali putriku. Kedua, aku butuh uang untuk mengobati ibuku. Apa pun syaratmu atau apa pun yang kamu ingin aku lakukan, silakan katakan. Selama bisa memenuhi dua permintaanku, apa pun yang harus kulakukan, akan kulakukan."Jari pria itu mengetuk perlahan sandaran sofa. Gerakannya santai. "Apa pun boleh?""Yang melanggar hukum nggak boleh."Pria itu tertawa pendek. "Tenang
Baca selengkapnya