Baru saja kututup lemari, suara pintu terbuka terdengar dari lantai bawah.Vivian masuk sambil menggandeng tangan Garry, langkahnya anggun, lebih mirip nyonya rumah daripada aku.Melihatku, Garry mengangkat alis, lalu berkata dengan santai, "Vivian baru pulang, belum ada tempat tinggal. Beberapa hari ini dia tinggal di rumah kita.""Oke." Aku mengangguk, tanpa bertanya mengapa dari sekian banyak rumah atas namanya, tak ada satu pun yang bisa ditempati Vivian.Jika kutanya, aku justru akan terlihat seperti lelucon. Jadi, aku pun berkata, "Aku perlu pindah keluar? Supaya nggak merepotkan."Garry mengernyit, jelas tidak puas dengan reaksiku. Dengan tatapan dingin, dia berkata, "Nggak usah. Serahkan saja kamar utama.""Oke." Tanpa ragu, aku berbalik, masuk ke kamar untuk berkemas, lalu pindah ke kamar tamu.Saat berpapasan, Vivian sengaja meninggikan suara. "Garry, aku punya sedikit OCD. Nanti suruh bibi bersihin kamar itu, aku takut kotor."Langkahku terhenti. Aku refleks menatap Garry. A
Read more