Kakek Liu benar-benar ingin segera menimang cucu, Kakek Liu meminta kepala pelayan untuk memastikan baju-baju tidur untuk Rui semua baju tidur yang berpotongan seksi.
Rui masuk ke kamar mandi di kamar mereka, lalu mulai membuka sendiri baju pengantin Tradisional yang berwarna merah itu.
Rui menatapi dirinya di kaca, sungguh yang dia lihat hanyalah seorang pengantin yang tidak memiliki senyum indah bahagia karena baru saja menikah.
Rui keluar dengan memakai kimono handuk untuk menutupi tubuhnya, Rui membuka lemari pakaian mereka, dan hanya melihat deretan baju tidur yang seksi.
Rui terperanjat melihatnya, "ini …. tidak mungkin aku memakai baju yang kekurangan bahan seperti ini," pikir Rui.
Rui menggigit bibirnya lalu melirik kemeja putih lengan panjang milik Zyan yang tergantung rapih di lemari pakaian mereka. Rui melirik kearah Zyan yang masih sibuk bekerja dengan laptopnya.
Rui berjalan kearah Zyan dan berdiri di depan meja kerja zyan, seraya memegangi salah satu kemeja Zyan yang dia ambil dari lemari.
"Tuan!" panggil Rui.
Zyan yang mendengar istirnya memanggil dengam sebutan Tuan merasa aneh, Zyan menatapi Rui berdiri dengan masih memakai kimono handuknya dengan rambut yang masih basah.
"Tuan, bolehkah aku memakai ini?" tanya Rui meminta ijin.
Zyan mengernyitkan alisnya, melihat hal itu Rui segera saja menjelaskan tentang baju-baju yang disediakan untuknya.
"Itu …. baju-baju yang ada di lemari semua kekurangan bahan. Begitu pendek disana sini," jelas Rui.
Zyan menggigit bibirnya agar tidak tertawa, sedikit mengelus tengkuk lehernya lalu mengangguk iya membolehkan.
Rui pun segera kembali masuk ke kamar mandi untuk bersalin pakaian. Kemeja Zyan terlalu besar bagi tubuh mungil Rui.
Lengannya terlalu panjang sampai menutupi tangan Rui, meski begitu karena ini sebuah kemeja tetap saja panjangnya hanya bisa menutupi tubuh Rui sampai dengan paha. Merasa lelah, Rui segera naik keatas ranjang dan mulai terlelap.
Di tengah malam barulah Zyan menyudahi pekerjaannya. Zyan melihat jika Rui telah terlelap di ranjang mereka. Zyan berjalan mengambil selimut, lalu memilih tidur di sofa.
Keesokan paginya masih ada ritual yang harus mereka jalani sebagai pengantin baru. mereka pergi ke Altar untuk sembahyang di altar leluhur Keluarga. Disini Rui di perkenalkan dengan keluarga Zyan, kedudukan dalam silsilah keluarga. Mana Paman dan Bibi pertama, kedua, ketiga sampai dengan keluarga yang terkecil.
Di siang hari, Zyan telah berkemas. Hari Ini Zyan telah mengatur dirinya akan segera kembali ke London. Bagi Zyan tidak ada pernikahan yang mengikatnya, jadi tidak ada bulan madu bersama Rui.
Kakek Liu sangat marah mengetahui hal ini, namun Rui pandai mengambil hati Kakek Liu, sehingga pada akhirnya melepaskan Zyan kembal ke London.
Dengan ringan hati, Zyan masuk kedalam mobilnya meninggalkan Rui yang sedang menatapi kepergiannya.
Kakek Liu mengijinkan Rui membawa ayahnya untuk tinggal di villa ini, namun Tuan Mu menolak dan lebih memilih tinggal di rumah tua mereka.
Setelah kepergian Zyan, satu persatu keluarga Liu kembali ke Tong city. Termasuk Kakek Liu.
"Kakek berhati-hatilah dan jaga kesehatan," ujar Rui.
Ketika semua sudah pergi, tinggalah Rui di Villa ini hanya dengan beberapa pelayan. Tuan Mu menperingatkan keras kepada Rui agar tidak kembali pulang ke rumah Tua mereka. Status yang disandang Rui sekarang sudah berubah menjadi Nyonya Liu. Jadi Rui sudah tidak bisa seenaknya lagi seperti dulu yang dengan mudahnya keluar masuk hutan hanya untuk mencari jamur.
Meski merasa tak senang, namun setidaknya hati Rui sedikit melega, Kakek Liu menjamin semua kebutuhan Tuan Mu, mulai dari pangan sampai memberikan pelayan di rumah tua Rui, bahkan Kakek Liu merenovasinya tanpa mengurangi arsitektur aslinya.
Menjalani beberapa hari di Villa tanpa pergi keluar sungguh membuat hati Rui seperti mati karena kebosanan.
Rui memutuskan untuk berjalan-jalan kepasar bersama Bibi Ye, kepala pelayan Villa.
"Bibi, dulu aku sering bermain di hutan hanya untuk mencari jamur dan sayuran," cerita Rui kepada Bibi Ye.
"Dan sekarang aku tinggal di sangkar emas," ujar Rui.
Setelah membeli beberapa barang, Rui mengajak Bibi Ye makan di kedai Mie, sesampainya disana, tetap masih ada beberapa gadis yang masih tak menerima jika Rui yang menikah dengan Tuan Muda liu, padahal tidak pernah ikut seleksi pemilihan.
Tiba-tiba saja salah satu dari mereka menghampiri lalu menyiram wajah Rui dengan arak.
"Hei! mengapa kalian bar-bar sekali," ujar Bibi Ye.
Mereka semua menghardik Rui, namun Rui hanya diam tenang. Sedari kecil berburu ikan dengan tombak sungguh telah melatih kesabaran Rui.
"Bibi Ye, ayo! Kita pergi," ujar Rui yang bahkan belum sempat meminum minuman yang di pesannya. Pemilik kedai tidak melerai, karena salah satu gadis yang lulus seleksi adalah putrinya.
"Nyonya muda!" panggil Bibi Ye.
"Mengapa kau tidak melawan mereka?" tanya Bibi Ye.
"Dengan status yang Nyonya miliki sekarang bukankah akan lebih mudah menyerang balik mereka.
"Jika aku melakukannya, maka aku tidak jauh berbeda dengan mereka," jawab Rui.
Bibi Ye tertegun mendengar jawaban Rui, "Pantas saja Kakek Liu memilihnya, menjadi menantu utama keluarga Liu memang harus memiliki keunggulan, dan Nyonya Muda memiliki pemikiran yang bijak," gumam Bibi Ye dalam hati.
"Bibi Ye aku mau ke sungai!" pinta Rui.
"Baik Bibi akan menemanimu," jawabnya.
Sesampainya disana Rui pergi ke balik batu yang ada di tepi sungai. Menanggalkan pakaianya dan mulai berenang lincah seperti ikan duyung.
Tiba-tiba saja, seorang pria berdiri tak jauh dari tempat Rui berenang. Dari sudut lain ada seorang yg sedang mengambil foto. Pria itu hanya berdiri sambil tersenyum.
Bibi Ye yang melihatnya segera menghampiri lalu mengusir pria tersebut.
"Siapa kau!" Teriak Rui.
"Tuan jika tidak ada keperluan sebaikanya pergi!" Bibi Ye mengusir dengan halus.
Merasa sudah mendapatkan foto yang di pesan, mereka pun pergi.
"Nyonya! Sebaiknya kita kembali ke Villa Yan San," ujar Bibi Ye.
Rui segera ke balik batu dan memakai pakiannya lalu bergegas pulang bersama Bibi Ye.
Keesokan paginya berita di media sosial pun di hebohkan dengan berita perselingkuhan Nyonya Muda Liu, padahal masih dalam masa pengantin baru.
Meski hanya menggelar pernikahan secara agama dan secara Tradisional di desa, namun itu tidaklah menutup khayalak umum untuk tidak mengetahui pernikahan ahli waris utama keluarga Liu.
Terang saja media sosial pun menjadi heboh, di Tong City siapa yang tak mengenal Tuan Muda Liu. Pria yang paling dikejar oleh para wanita, namun berakhir di pelukan seorang wanita biasa dari desa. Tentu saja ini menjadi sebuah hari iri berjamaah senasional, bahkan ada juga beberapa wanita dari keluarga Liu yang merasa patah hati.
Zyan melarang Rui, untuk tidak pergi kesungai lagi karena tak tahan membaca komentar-komentar netizen pria yang sangat memuji Rui karena cantik dengan kulit seputih salju. Kakek Liu meminta Rui menginap beberapa hari di rumah utama. Keseharian Rui di lalui dengan begitu natural seperti sudah bertahun-tahun lamanya mengenal Kakek Liu. Bahkan Zyan cucu kandungnya sendiri tidak sedekat ini. Rui memasak untuk Kakek Liu, Rui menemani Kakek Liu bermain catur. Bagi Kakek Liu orang yang pandai bermain catur adalah orang yang pandai berstartegi, paham kapan harus diam dan kapan harus menyerang. Ketika sedang bermain catur Kakek Liu memberi nasehat kepada Rui. "Pandai-pandailah menjaga diri," nasehat Kakek Liu. "Akan ada lebih bany
Rui pun pergi bersama Shi Jin, sementara Asisten Fu membawa Bibi Ye ke kediaman Zyan.Setelah mengantar Bibi Ye, Asisten Fu kembali keLiu Corporation dan melaporkan kepada Zyan bahwa Nyonya Muda memilih tinggal bersama siswi-siswi di penginapan mereka tanpa Bibi Ye.Zyan yang mendengarnya hanya diam dingin. Zyan berdiri mengambil jasnya, "Biarkan saja," ujarnya dan bergegas pergimeeting.Malam hari, sesampainya di Mansion. Zyan sudah mencium bau harum masakan Bibi Ye, "Tuan Muda!" sapa Bibi Ye."Makan malam sudah siap," ujar Bibi Ye."Emm …" jawab Zyan.Zyan menarik kursinya dan memulai makan malamnya sendiri di meja makannya yang besar itu.
Zyan menatapi kedua mata Rui yang nampak polos tersebut. Satu tahun menikah ini kali pertama mereka sedekat ini."Emm ..." gumam desah Rui lagi.Rui mensusutkan tubuhnya kepelukan Zyan, mau tak mau Zyan merasakan halus kulit istri yang sedang memelukinya ini."Tuan Muda Liu, apa kau benar-benar tidak menginginkanku?" tanya manja Rui."Jika enggan menikah, mengapa kau bersedia menikahiku dan mengambil kebebasanku," ujar Rui lagi."Apa kau ingin bebas?" tanya Zyan seraya menapuk dagu Rui, agar menatapnya. Rui mengelus lembut pipi Zyan dengan jarinya."Ya aku ingin bebas seperti dulu, mandi di sungai, bebas mengejar kupu-kupu, mencoba dedaunan yang bisa kujadikan makanan meski terkadang terac
Zyan mengetuk-ngetukan jarinya dimeja mahoni solidnya, "aku ingin dia tidak bisa berkuliah di universitas mananapun di tiongkok!" perintah Zyan kepada asisten Fu.Ingin mencoreng Rui, bagi Zyan itu sama saja ingin mengusik keluarga Liu.Ini sudah termasuk hukuman sekaligus pengampunan yang Zyan berikan. Hanya sekedar mendapatkan hukuman tidak bisa berkuliah di universitas manapun.Emilly terbujuk rayuan Qi Shan, karena dibutakan oleh kecemburuannya tehadap Rui yang terlihat dekat dengan Shijin. Emilly berpikir bahwa Qi Shan akan melindunginya jika terjadi sesuatu, namun tak disangka Qi Shan malah menghianatinya.Di rumah keluarga Ye, terang saja mereka marah karena kebodohan Emilly yang berani-berani menyinggung Keluarga Liu. Keluarga Ye memutuskan mengirim Emilly ke luar negri,
Rui membuka kotak coklat tersebut, lalu mengambil satu bungkus dan membukakannya untuk Tuan Mu. Rui menyuapi Tuan Mu."Enak tidak?" tanya Rui.Tuan Mu mengangguk dan tersenyum, Bibi Ye menperhatikan gerak-gerik ayah dan anak, dan semakin mengerti mengapa Kakek Liu memilihnya menjadi menantu ahli waris utama keluarga Liu."Ayah!" panggil Rui."Kakek mengijinkan aku menginap tiga hari disini," ujar Rui sambil memeluki Ayahnya itu."Ya, ya Ayah sangat senang kau ada di sini," ujar Tuan Mu.Tak berapa lama Tuan dan Nyonya Gu datang untuk melihat Rui. Rui segera saja berhambur kepelukan Nyonya Gu."Aiyooo …" ujar Nyonya Gu.
Rui segera mengabarkan tentang keputusannya, menerima tawaran dari Feng Chen. Mendengarnya tentu Feng Chen sangat senang."Baik jika begitu esok datanglah ke kantor," ujar Feng Chen."Baik, aku akan melakukan yang terbaik," jawab Rui.Rui pun merasa senang, lalu bergegas pergi ke pusat perbelanjaan, Rui membeli beberapa helai pakaian kerja. Sebelum Rui kembali keTong City, Asisten Fu memberikan sebuah Black Card untuk Rui.Rui memandangi kartu Black Card di tangannya. Dari majalah Rui membaca ini adalah kartu tanpa batas. Rui lalu mencari Butik yang terlihat mahal.Kartu ini tidak bisa dipakai jika hanya membeli baju seharga 100 yuan (dua ratus ribu rupiah).Rui memasuki butik paling mewah yang ada di pusat perbelanjaan tersebut. Dan mulai melihat-lihat pakaian kerja yang terpajang
Zyan melemparkan ponselnya ke meja, dan memilih berendam air panas untuk menyegarkan tubuhnya, Zyan memakai piyamanya dan memilih tidur lebih awal.Tengah malam Rui baru kembali ke rumah utama, kamar nampak gelap remang-remang namun Rui tidak berani menyalakan lampu. Rui perlahan masuk ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi dengan sangat pelan karena takut membangunkan Zyan.Setelah itu Rui perlahan naik ke ranjang mereka dan tidur di sebelah Zyan. Ini kedua kalinya mereka tidur satu ranjang.Zyan menyadari kehadiran Rui namun memilih tetap menutup matanya, aroma mint dari tubuh Rui menyeruak ke penciuman Zyan seakaan melumpuhkan semua syaraf-syaraf di tubuhnya.Jika Zyan bersusah payah untuk bisa tidur kembali, maka Rui sudah terlelap dengan sangat nyenyak karena kelelahan.Di pagi hari, Rui terbangun dan melihat
Zyan meletakan kembaliHair drayer tersebut di laci dan kembali bersibuk dengan berkas pekerjannya.Rui menatapi Zyan dari kaca meja riasnnya dengan tetap mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang ada di tangannya.Rui berdiri, dengan masih membawa handuk kecil di tangannya, Rui pergi ke kamar tamu dan merebahkan dirinya disana.Dirinya enggan tidur seranjang dengan pria yang bahkan menganggap keberadaannya tidak lebih penting dari seekor puddle.Zyan menatapi pintu kamarnya, melihat nampaknya Rui tidak akan kembali ke kamar mereka maka Zyan pun mematikan lampu diatas nakas dan mulai tertidur.Di pagi hari Rui terbangun dan melihat Kakek Liu berdiri disamping ranjangnya sambil bersedekap.