“Bagaimana bisa kau meniduri seorang Pelayan?” Ariella Edelred terpaksa mengabdi pada keluarga Baratheon sebagai pelayan rendahan, untuk menebus kesalahan mendiang ayahnya yang dituduh membunuh nyonya besar Baratheon. Namun, tiba-tiba Lucas Baratheon memintanya jadi pengantin pengganti, karena tunangannya kabur di hari pernikahan. Kiranya, seperti apa jadinya kehidupan Ariella setelah pernikahan? Akankah seperti hidup di neraka, atau malah sebaliknya? Follow ig author @hi.inuralubyanka
Lihat lebih banyak“Beraninya kau mencampur obat ke minumanku!” dengus Lucas geram.
Ariella langsung mengurungkan niatnya keluar kamar, saat mendengar bunyi pekak cangkir yang menghantam lantai. Begitu berpaling, maniknya pun membelalak melihat Lucas Baratheon memegangi pelipis.
“Tu-tuan Muda!” Pelayan cantik itu bergegas menghampiri sang tuan.
Ariella semakin bingung saat mendapati keringat dingin memenuhi kening Lucas. Pandangannya pun jatuh pada cangkir kopi yang baru dia berikan untuk pria tersebut.
“Tuan Muda, apa Anda baik-baik saja?” tanya Ariella buncah.
Alih-alih menjawab, pria itu malah mencengkeram leher Ariella dan mendorongnya mundur, hingga punggung pelayan tersebut menatap dinding.
“Ugh, Tuan Muda—”
“Kau sengaja?!” Lucas segera menyambar ucapan Ariella yang napasnya tercekat.
Sorot mata pria itu amat tajam, sungguh mengintimidasi Ariella sampai sulit mengeluarkan kata. Sialnya, kesabaran Lucas semakin terkikis seiring sensasi panas yang merayapi tubuhnya.
Dengan manik gemetar, Ariella pun menjawab, “Tu-tuan Muda, sepertinya Anda salah paham. Saya … saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya hanya mengantar minuman dari Kepala Pelayan untuk Anda. To-tolong lepaskan saya.”
Ariella berusaha memberontak, tapi Lucas kian tak terkendali saat napas hangat wanita itu berhembus ke lehernya. Sensasi panas mulai mendominasi. Terlebih saat tatapan pria tersebut jatuh pada busungan payudara Ariella. Tinggal hitungan waktu sampai kewarasan Lucas pecah!
“Tuan Muda, tolong biarkan saya pergi.” Ariella merintih takut.
Tangannya berupaya mendorong dada sang pria. Akan tetapi, sentuhan itu malah semakin membuat Lucas berantakan. Disertai hasrat berbahaya, Lucas justru mencekal kedua tangan Ariella, mengarahkannya ke atas kepala dan mengunci dengan cengkeraman.
Manik bulat wanita itu membesar kala posisinya amat memalukan. Dia merasa akal sehat Lucas sudah lenyap. Padahal selama ini pria tersebut tak pernah menatapnya, bahkan selalu memandang jijik seakan melihat serangga.
‘Aku harus cepat pergi darinya!’ batin Ariella dalam hati.
“Jangan berharap kabur setelah membuatku sekacau ini!” decak Lucas seolah bisa membaca pikiran Ariella.
“A-apa maksud Anda Tu—”
“Ahh!”
Belum tuntas ucapan Ariella, Lucas tiba-tiba membungkam mulutnya dengan ciuman. Sentuhan asing itu terasa panas saat sang pria memanggutnya dengan kasar. Bahkan Lucas yang dikuasai gairah, langsung menyeret Ariella ke ranjang.
Ariella berusaha mundur, tapi sialnya Lucas lebih dulu menindih tubuhnya yang ramping. Mata wanita itu berkaca-kaca melihat Lucas yang menatap layaknya binatang buas.
“Sa-sadarlah, Tuan Muda. Anda—”
“Argh!” Ariella sekejap menjerit saat Lucas merobek seragam pelayan hitam putihnya.
Lucas benar-benar dibuat gila karena pengaruh obat perangsang yang telah diminumnya. Ariella yang tenaganya kalah kuat, tak bisa mendorong pria itu menjauh. Hingga malam panas yang menyakitkan berhasil merenggut kesuciannya.
Sampai esok hari, Ariella pun terbangun dengan tubuh serasa remuk.
“Ahh ….” Wanita itu merintih saat merasakan lengan kekar melingkari pinggangnya.
Begitu membuka mata, Ariella sontak tertegun karena menyadari Lucas memeluknya tanpa busana. Pikiran wanita itu berputar pada insiden tadi malam, memicu irisnya membalalak lebar.
‘Ti-tidak mungkin. Aku dan Tuan Muda … i-ini mustahil!’ Wanita itu bergeming selaras dengan air matanya yang mengancam tumpah.
Dia berpaling menatap Lucas lagi seraya membatin, ‘kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku, Tuan Muda? Kenapa hal ini harus terjadi padaku?’
Ariella menggigit bibir bawahnya, seiring kedua tangan mencengkeram selimut untuk menutupi tubuh yang polos. Dia merasa jijik pada diri sendiri.
‘Ayah, maafkan aku. Aku sungguh minta maaf, Ayah …,’ batinnya dengan eluh yang mengalir dari pelupuk mata.
Awalnya Ariella dipaksa menjadi pelayan rendahan di mansion Baratheon demi menebus kesalahan mendiang sang ayah, yang ditetapkan sebagai pembunuh istri pertama pimpinan Baratheon Group. Namun, wanita itu malah jadi pemuas nafsu putra sulung mereka.
Ariella perlahan melepaskan diri dari Lucas, lantas bangkit dari ranjang itu. Tangannya memunguti pakaian yang robek dari lantai, lalu diam-diam pergi dari kamar tersebut sebelum Lucas bangun.
Namun, baru saja membuka pintu, Ariella langsung tertegun mendapati seseorang menghadangnya.
“Apa-apaan ini?!” tukas wanita paruh baya memicing sinis.
“Masuklah, istriku!” Lucas memerintah tanpa segan.Ya, Lucas sengaja meminta Peter kembali dengan mobilnya, sebab dia ingin menunggu Ariella.Sang wanita yang masih di luar dibuat tertegun. Dia tak tau lagi harus membantah apa agar Lucas mengerti. Rasanya pria ini lebih menyebalkan dari Lucas lima tahun lalu.Disertai sorot geram, Ariella pun mendengus, “keluar!”“Kau sangat ceroboh. Kenapa meninggalkan kuncinya di sini?” sahut Lucas berlagak tak mendengar titah wanita itu.Ariella menggertakkan giginya sebal. Ini masih pagi, tapi Lucas sudah menghambat harinya.“Apa masalahmu? Kau mau mencurinya?!” sambarnya kemudian.Lucas menyeringai tipis, lalu menyahut, “kau harus bertanggung jawab. Kau menghalangiku menemui Ava, jadi antarkan aku ke kantor!”“Hah!” Ariella menyugar rambut frustasi. “Tuan Baratheon, kau punya puluhan mobil. Kau juga tidak kekurangan uang untuk naik taksi. Kenapa harus menyusahkanku?!”“Karena aku menginginkanmu. Aku ingin kau yang mengantarku, istriku!” balas Luc
Ava berpaling pada Ariella sembari berkata, “Mommy, lihat. Itu Daddy. Ayo kita temui Daddy!”Sang ibu yang berada di sebelahnya justru tertegun beku. Dia refleks mencekal tangan Ava yang berniat membuka pintu mobil untuk turun.“Apa ada, Mommy?” tanya bocah itu bingung.Dia mengerjap heran, tapi Ariella hanya menatap tajam ke arah Lucas yang berjalan mendekati Bentley hitamnya.“Ava, tetaplah di dalam. Jangan keluar kecuali Mommy minta,” tutur Ariella yang lantas menoleh pada putrinya. “Ava mengerti?”“Kenapa Ava tidak boleh keluar? Ava kan mau ketemu Daddy,” sahut Ava tak paham.“Ava tidak ingat ucapan Mommy? Ava tidak boleh dekat-dekat dengan orang asing. Kita tidak tahu apakah orang itu jahat atau tidak. Jadi Mommy akan bicara padanya.” Ariella menjelaskan dengan lembut.Mau seakrab apapun Ava dengan orang luar, dia akan tetap mendengarkan Ariella. Gadis kecil itu akhirnya mengangguk. Dia hanya diam mengamati ibunya yang kini menghampiri Lucas.‘Ava harap Mommy bisa berteman baik d
‘Aish, sial!’ Damien berhenti tepat sebelum mendaratkan ciuman. Dia bergegas mundur saat kewarasan memanggilnya. Kedua iris masih terpaku pada Ariella yang terlelap. Semakin dipikir, Damien merasa dirinya bajingan buruk.‘Brengsek! Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kau mau melecehkannya?!’ batin pria tersebut merutuki diri sendiri. Tangannya mengusap dagu dengan kasar. Agaknya Damien kian gila jika terus ada di sini. Terlebih dirinya juga dikacaukan alkohol. Damien pun bangkit, lalu menarik selimut sampai sebatas dada Ariella. ‘Maafkan aku, Ariella. Aku memang bodoh,’ sambung Damien kembali menegakkan diri. Namun, ketika hendak mangkir, mendadak Ariella menahan tangannya. Damien seketika menoleh. Keningnya mengerut memperhatikan jari wanita itu menggenggamnya erat. “Jangan pergi. Jangan tinggalkan aku,” tutur Ariella amat lirih. Maniknya terbuka sayu, jelas dirinya belum sepenuhnya sadar. Damien menatapnya, lalu bertanya, “kau butuh sesuatu? Apa kau mual?”Ariella hanya mengerj
“Kau mabuk?” Damien berujar selaras alisnya yang bertaut.Dia yang kebetulan turun ke lantai bawah setelah menyelesaikan pekerjaan, malah tak sengaja melihat Ariella. Damien merengkuh pinggang wanita itu, tapi Ariella malah menggeleng sambil menatap nanar.“Temani aku minum. Aku sedang bosan,” ujar wanita tersebut.“Sudah cukup, kau bisa pingsan jika minum terus.” Damien memeringatkan penuh perhatian.Terlebih dia melihat jelas mata Ariella berubah merah. Meski tidak tahu kebiasaan mabuk wanita ini, sebab Ariella selalu menjaga diri di depannya, tapi Damien tak bisa mengabaikannya.Namun, Ariella tetap nekat. Dengan kesadaran yang menipis, dia menunjuk-nunjuk dada Damien dengan jarinya.“Kan ada kau. Bukankah kau bilang akan selalu di pihakku? Artinya kau harus menurut padaku!” tukas Ariella disertai wajah tertekuk.Damien tersenyum miring. Baru kali ini dirinya melihat sisi manis Ariella. Dan itu sungguh membuatnya gemas, bahkan semakin penasaran mengenai tindakan lain saat wanita itu
“Damien, aku ….” Ucapan Ariella kembali tertelan saat dirinya menatap pria itu.Baginya, Damien Rudwick sosok penyelamat yang begitu baik. Dia juga pria sejati yang tak pernah menyakitinya. Akan tetapi, Ariella tak pernah memikirkan pernikahan dengannya. Hidup wanita itu hanya untuk Ava. Mengenai pria, mungkin dia sudah mati rasa.“Lihat aku baik-baik, Ariella. Sejak awal, kau sangat berharga bagiku. Kau dan Ava sama-sama penting untukku. Aku sudah menganggap kalian seperti keluarga. Mari kita buat keluarga yang sebenarnya bersama Ava,” tutur Damien amat serius.Tak ada candaan di mata pria itu. Tapi entah mengapa Ariella semakin ragu.Namun, belum sampai wanita tersebut menimpali, mendadak terdengar seruan bocah yang riang. “Mommy!”Ariella yang berada di dalam mobil, seketika menoleh. Dari kaca spion, dia bisa melihat Ava yang berlari mendekat dengan seragam sekolah. Agaknya gadis kecil itu baru pulang, sebab Jane berjalan di belakangnya.“Temui Tuan Putri kita, kau bisa menjawabku n
“Lepaskan aku!” tukas Ariella mendorong Lucas menjauh.Apalagi saat mengingat bayi Lucas dalam kandungan Giselle, Ariella benar-benar merasa jijik. Sialnya sang pria malah mendekapnya erat, seakan tak mau melepasnya.“Aku merindukanmu, istriku. Maaf, aku terlambat membebaskanmu,” bisik pria itu pelan.Manik Ariella melebar. Dia seketika mengangkat tatapan pada Damien di belakang Lucas.“Ja-jadi yang membebaskanku …,” tutur Ariella ragu-ragu.Lucas melonggarkan pelukan.“Kau pikir Damien yang melakukannya?!” sahut pria itu disertai nada sindiran.Secara tidak langsung, dia menunjukkan pada Ariella bahwa dia mampu melakukan apapun, yang Damien usahakan dengan keras.“Ariella, syukurlah dirimu bebas lebih cepat. Tuan Black dan aku memang mengurus kasus ini, tapi aku tidak tahu kalau Nona Giselle sudah mencabut tuntutannya,” tukas Damien buka suara. Meski kesal, tapi dia harus mengakui kekalahannya.Namun, ini menyebalkan bagi Ariella. Padahal dia sedang kesal dengan Lucas, tapi pria itu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen