Share

BAB 6 MENDAPATKAN KEUNTUNGAN DENGAN BERPURA PURA BODOH

Yuki membelalakkan matanya, mengangkat dagunya menatap pria tampan itu dengan bodoh. Selama satu menit menatapnya, kemudian Yuki ingat untuk menyapanya.

"Hai, halo."

Pria itu sangat sombong dan angkuh, ia sedikit mengerutkan keningnya dan mengendus. Ia pun tak menjawab sapaan dari Yuki.

Pria-pria tampan, mereka memiliki sifat yang buruk, dan dapat di pahami.

Yuki pun, tiba-tiba merasa sangat beruntung. Pada hari pertama berkerja dapat melihat pria tampan.

"Namaku Yuki, aku asisten sementara CEO Alex. Ngomo- ngomong apa kau melihat CEO Alex?" tanya Yuki pada pria itu.

"Oh, ya orang tua itu CEO Alex?" jawab pria itu.

Yuki terlihat seperti tikus kecil, ia melihat kanan dan kirinya dan mencari.

"Aku tidak melihatnya," ucap Yuki.

Sudut bibir pria itu terangkat, matanya seketika menyipit. "Apa yang kau lihat di bawah meja itu, apa CEO Alex bisa masuk ke bawah meja itu?"

"Hahahaha... Aku telah mencarinya ke mana-mana kakak tampan, perkenalkan namaku Yuki."

"Yuki." Pria itu mengulang naman dan membuat Yuki hampir marah.

Pria tampan ini sangat pandai, mengatakan hal-hal jahat. Jagan sekali-kali bergaul dengan pria tampan.

Yuki mencondongkan tubuhnya, ke arah pria tampan itu tanpa berkedip sama sekali.

"Hei, ayok kita mengobrol sebelum orang tua itu datang. Katakan siapa nama mu?"

Pria tampan itu, maju dua langkah duduk di sofa kulit melipat tangannya, dan berkata dingin. 

"Alex."

"Hahahaha... Alex, nama yang bagus, Alex, Alex!" Yuki tertegun.

"Mengapa, familiar?" Ucap Yuki.

Saat itu pintu terbuka, dan wakil CEO yaitu Laura masuk membawa dokumen dan menyerahkannya. Kepada Alex dan ia berkata.

"CEO Alex, tolong periksa dokumen yang sudah di ubah ini. Apakah sudah ok."

Mata Yuki semakin membelalak, ia melihat Laura. Kemudian pria tampan yang duduk dengan tenang.

Yuki pun berkata dalam hati.

"Apa wakil CEO ini memanggil pria tampan ini, CEO Alex apa aku tidak salah dengar?"

Alex melihat dokumen itu dan mengangguk.

"Begini tidak apa."

Laura menutup dokumen, dan berjalan keluar ruangan ia sempat melirik Yuki. Yang benar-benar ketakutan.

Setelah Laura pergi, tinggal Yuki dan CEO Alex, saja di dalam ruangan besar itu.

Alex pelan-pelan menatap Yuki, dengan dingin dan mencibir.

"Bicaralah, bukankah tadi kau cerewet? mengapa sekarang kau hanya terdiam bisu?"

Wajah Yuki memerah, dan tergagap dan berkaaqd ta.

"Kau, kau, kau adalah CEO Alex?"

Pria itu mengangkat alis kirinya dan menyunggingkan bibirnya.

"Ya, orang tua."

Yuki pun ketakutan mendengar perkataan CEO Alex.

"Mengapa, kau adalah CEO Alex? bukankah biasanya CEO lainnya sudah tua?"

"Menurut mu, seharusnya siapa CEO di kantor ini?" cetus CEO Alex.

Yuki, menunduk dan bergumam mengintropeksi dirinya. Ketika melakukan kesalahan.

"Saya salah, pertama kali bertemu dengan CEO Alex, aku tidak menyangka bahwa CEO kantor ini masih muda dan tampan."

CEO Alex, ingin tertawa namun ia menahannya dengan kuat.

"Ini bukan pertemuan pertama kita."

"Ah."

Yuki, mengangkat wajahnya dan menatap Alex dengan heran. Ya Tuhan terbuat dari apa orang ini ia sangat tampan?

Alex menyilang kan kakinya, bersandar dan merentangkan tangannya, menatap lurus ke wajah Yuki, dan menghela nafas.

"Kau, kesalahan terbesar mu adalah melupakan hal yang paling penting!"

"Ah, apa itu?"

Yuki mengerutkan keningnya dengan bingung.

Wajah tampan Alex dingin, jelas ia tidak suka mendengar perkataan Yuki.

"Kau, benar-benar lupa?"

Yuki memegang kepalanya.

"Maksudmu, kita pernah bertemu sebelumnya?"

Mata pria tampan itu menyipit, artinya sangat jelas.

Yuki menatap langit-langit ruangan itu, dan berpikir keras, tapi ia masih tidak tahu kapan ia bertemu dengan pria tampan ini.

"Jelas-jelas kita belum pernah bertemu sama sekali, mungkin kau salah orang?"

"Bodoh."

Pria tampan itu mendeskripsikan Yuki, yang tersenyum malu. 

Jika Yuki bertemu dengan pria tampan itu, pasti ia akan ingat, jika melihat pria yang begitu tampan keajaiban jika Yuki tidak menerkamnya.

Alex melirik Yuki dan berdiri, bahwa Alex yang tinggi ini, sangat tinggi sehingga Yuki harus mendoak ketiak melihatnya.

Perbedaan tinggi ini tidak mudah untuk di rayu bukan, bahakn untuk berciuman ia harus membungkuk.

Alex berjalan menuju mejanya, wajah Yuki kusut ia menggaruk-garukkan kepalanya. Lalu mengikutinya.

"Yuki." ucap Alex.

"Hah." Jawab Yuki.

"Kamu bermain dengan gila malam itu, sampai punggung ku sakit. Bukankah kau seharusnya mengatakan sesuatu sebelum pergi?"

"Ah, apa."

Yuki menatap punggung Alex itu yang begitu lebar.

Alex berjalan ke kursinya dan duduk, ia memutarkan sedikit menghadap Yuki, dan menghela nafas.

"Kau, kabur ketika aku sedang mandi kan?"

Yuki diam, ia merasakan hal aneh dan tak lama ia baru mengingat kejadian itu.

"Aaaaa."

Ia menjerit, dan mundur selangkah tangannya di depan dada, menunjukkan perlindungan diri matanya berkedip.

"Kau, kau gigolo itu?"

"Gigolo."

Alex seketika itu, meninju meja.

"Apa maksud mu dengan gigolo?"

Yuki menyusut ketakutan, karena auranya yang mengerikan dan berkata.

"Aku benar-benar tidak menyangka, kau berprofesi sebagi gigolo profesional di waktu luang mu."

"Yuki, berhenti berbicara sembarangan."

Alex mulai marah.

"Ah, jangan khawatir CEO Alex aku akan merahasiakannya, mengenai hal ini, langit dan bumi tahu, kau dan aku pun tahu, tenang saja aku tak akan membiarkan orang lain tahu. Aku bersumpah di hadapan mu hari ini." Ucap Yuki dengan yakin.

"Apa kau tidak mengerti apa inti permasalahannya?"

Alex tidak dapat berkata apa-apa, mendengar perkataan bodoh Yuki.

"Inti masalah, apa inti masalahnya?" 

Mata Yuki membulat.

Alex pun mencibir.

"Bagaimana, keadaanmu ketika kau terbangun dari tidur mu?"

"Ohh... Keadaan ku ketika bangun. Telanjang."

Yuki mengatakan hal-hal yang sekali lagi tak ia sadari dari kepalanya.

"Bagaimana dengan ku."

Tanya CEO Alex.

Yuki hampir menjatuhkan air matanya.

"Saat itu, kau sedang mandi."

"Lalu, menurut kemampuan mu? apa yang terjadi malam itu antara kau dan aku?"

Dengan tegas, CEO bertanya kepada Yuki.

"Ah, aku tidak tahu."

Yuki menyembunyikan dirinya seperti burung unta.

"Hmmmm... Tidak tahu, apa aku perlu menceritakannya ke pada mu secara detail?"

Dengan senyuman tipis CEO Alex.

"Ah, tidak perlu kau mencerikannya pada ku, aku sudah tahu apa yang terjadi."

Yuki menunduk sambil memegang dadanya.

Mata seram Alex meliriknya, terutama pada bagian dadanya yang menonjol. Dia mengetuk meja dengan jari-jarinya dan berkata.

"Kalau begitu aku ingin bertanya pada teman sekelas mu, Yuki kau tiba-tiba berlari ke arah ku dan memegang bajuku dan memaksa ku untuk tidur dengan mu. Akibatnya kau membuat ku lelah semalaman, dan setelah mengambil semua keuntungan dariku mengapa di pagi hari kau pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun, kau mendapatkan keuntungan dengan berpura-pura polos?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status