Share

Empat

"Pa, Nenek BAB. Udah gelisah dari tadi, kayaknya minta dibersihkan," beritahu Seruni dari arah pintu kamar yang terbuka.

 

Aku yang sedang tiduran sembari sibuk dengan ponsel di tangan membalas pesan Mila yang sedari tadi sibuk protes karena kami gagal pergi bersama, merasa terkejut mendengarnya.

 

Apa? Ibu buang air besar? Ya Tuhan, pasti bau sekali dan tak nyaman membersihkannya. Kalau nyaman dan tidak berat, pastilah pengasuh-pengasuh yang selama ini kupekerjakan merawat ibu, akan betah bekerja di sini merawat dan melayani beliau. Tidak bosan dan minta berhenti bekerja karena tak sanggup lagi mengurus wanita yang telah melahirkanku ke dunia itu seperti alasan mereka.

 

Beda dengan Andin yang kulihat memang selalu sabar mengurus ibu. Bukan saja soal makan, tapi juga soal buang hajat di tempat tidur seperti saat ini.

 

Andin memang menantu yang baik. Tidak salah aku memilihnya menjadi istri. Dia telah dengan suka rela menggantikan posisi para perawat-perawat itu untuk mengurus ibu yang sedang sakit. Tanpa perlu dibayar.

 

Benar saja, saat aku mendekat, aroma tak sedap itu tersebar di seantero kamar ibu.

 

Kalau tidak sadar beliau ibu kandung sendiri, mungkin aku sudah muntah-muntah saking tak tahan mencium bau tak sedap yang menerpa indera penciuman ini. Namun, karena ibu kandung sendiri, terpaksa semua itu kutahan.

 

Di tempat tidur, ibu terlihat gelisah. Berkali-kali wanita yang sudah empat tahun ini menderita stroke hingga seluruh tubuhnya lumpuh sehingga hanya bisa berbaring di tempat tidur saja itu berusaha menggerakkan tubuhnya tetapi tidak bisa.

 

Kanker payudara yang beliau derita dulu memang berhasil disembuhkan. Tetapi efek pengobatan pasca operasi membuat syaraf-syaraf di tubuh beliau rusak hingga akhirnya menderita stroke dan hanya bisa berbaring saja di atas ranjang. 

 

Ah, bagaimana caranya membersihkan BAB ibu ini ya? Selama ini aku tak pernah ikut merawat beliau, karena sebelumnya ada pengasuh dan sekarang ada Andin yang full mengurus beliau. Jadi jujur aku bingung saat harus menghandle ibu sendirian seperti saat ini.

 

Meski beliau menggunakan diapers untuk menampung kotorannya, tetapi tetap saja aku harus mencuci dan membersihkan area tubuh bagian bawah beliau yang bekas buang kotoran. Dan itu membuatku didera rasa malas dan enggan yang sangat.

 

Sejenak kutunda niat untuk membersihkan ibu lalu melirik jarum jam di dinding ruangan. 

 

Ke mana Andin ya? Sudah dua jam sejak ia pergi tapi belum juga kembali? Apa ia tidak tahu saat ini aku sedang membutuhkan kehadirannya karena ibu buang air besar?

 

Kuambil ponsel dari saku celana lalu menghubungi Andin, tetapi hanya suara operator provider yang menyambut, mengatakan jika saat ini nomor telepon Andin sedang di luar area. Ah, ke mana sih Andin sebenarnya?

 

Aaa ... aaa ... aaa ... .

 

Kali ini kelihatannya ibu sudah sangat gelisah, mungkin sudah tak tahan karena area sensitif beliau belum dibersihkan juga.

 

Akhirnya dengan terpaksa kuambil air dari dalam kamar mandi lalu mulai membersihkan bagian bawah tubuh ibu yang kotor. Baunya, maaf jangan ditanya. 

 

Aku jadi merasa tak enak pada Andin, sudah bertahun-tahun mengurus ibu seorang diri, tetapi bukannya rasa terimakasih dan penghargaan yang kuberikan, namun malah sebaliknya, pengkhianatan.

 

Ah, Andin ... haruskah aku minta maaf padamu?

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Dewi Ansyari
Dasar suami bodoh teganya Dy menghkianati Andin bikin geram aja............
goodnovel comment avatar
Isabella
sudah tau malah mendua padahal itu orang tuamu
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Dasar gak tau terimakasih, gak tau diri km jadi suami mau enaknya aja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status