AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (146)Flashback ....Sebelumnya saat masuk ke dalam kamar, Sekar menemukan ponselnya berbunyi. Gadis kecil yang memang diberi mamanya hape sendiri itu lantas menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut.Ternyata nomor tersebut adalah nomor hape papa kandung mereka yakni Heru yang sebenarnya sudah lama memiliki nomor telepon kedua anak perempuannya tersebut tetapi baru berani menghubungi saat dirinya merasa tak sabar lagi ingin segera bisa memiliki Andin kembali dan dekat dengan kedua putrinya itu apapun aral yang terjadi. Heru merasa tak sabar lagi ingin cepat cepat mewujudkan keinginannya walaupun di rumah Arga dan Andin sekarang sudah ada Marni alias Yuli yang tengah membantunya mewujudkan cita citanya tersebut.Akan tetapi karena mendapatkan kabar dari Yuli yang mengatakan jika Andin sedang berbadan dua, menyebabkan Heru tak mampu lagi untuk menunggu lebih lama. Dia pun berusaha menghubungi kedua putrinya itu untuk menjalin kembali
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (147)Sementara itu mengetahui jika Sri ternyata telah tahu rahasia tentang dirinya dan membongkar rahasia itu pada Andin, Yuli pun seketika merasa kesal bukan main. Apalagi saat Heru menelponnya dan terang terangan mengatakan jika dirinya baru saja menghubungi anak anak karena tak sabar lagi ingin segera memiliki Andin kembali dengan cara menghancurkan rumah tangga mantan istrinya itu dengan suami barunya dengan menjadikan anak anak sebagai umpan untuk memaksa Andin bercerai dari Arga, Yuli pun makin merasa gundah.Ia merasa rencananya untuk diam diam mengacaukan keluarga kecil Arga dan Andin menjadi berjalan di luar skenario yang telah dia susun semula. Heru bukan saja bersikap seolah olah tak percaya pada kemampuannya untuk memisahkan Arga dengan Andin. Namun juga telah membuat kekacauan yang menjadikan dia jadi serba salah seperti sekarang ini.Sekarang Andin pasti menaruh rasa curiga padanya kalau dia sebenarnya bukanlah wanita yang diusir ole
AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (148)Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Andin pun membalikkan badannya, hendak meninggalkan kamar Yuli dan Sri karena merasa perintahnya sudah sangat jelas dan tegas. Tak ada lagi alasan sedikit pun bagi Yuli untuk menolak perintahnya atau pun pura pura takut menghadap sebab Yuli bisa jadi lebih licik dari yang mereka bayangkan.Namun, Yuli yang memang tak mengira jika rencananya nyaris diambang kegagalan, spontan berusaha mengelak dengan terus berusaha pura pura tak tahu apa yang baru saja terjadi dan apa maksud perkataan Andin sebenarnya."Ma - maksud Mbak Andin apa? Saya orang suruhan? Suruhan siapa Mbak dan untuk apa?" tanya Yuli masih dengan ekspresi pura pura lugu.Mendengar pertanyaan itu, Andin kembali mengulas senyum tipis."Sudahlah Marni. Saya dan Mas Arga sudah tahu siapa kamu sebenarnya! Sri sudah cerita semuanya kalau kamu tak sesuai seperti apa yang kamu ceritakan pada kami kemarin. Apalagi sejak ngobrol sama kamu di taman belakan
"Mil, ini jatah belanja bulanan untuk kamu. Lima juta rupiah. Cukup, 'kan?" tanyaku pada Mila, wanita muda yang baru sebulan lalu kunikahi dan kujadikan istri kedua. Kuangsurkan selembar amplop berwarna coklat padanya yang segera diterimanya dengan senyum tipis terkembang di bibirnya. Mila memang cantik. Ia selalu bisa memanjakan mata ini dengan penampilannya yang menyenangkan dan sedap dipandang mata. Ia juga tak pernah menolak setiap kali aku membutuhkan pelayanan darinya. bTak salah jika akhirnya aku mengambil keputusan untuk menjadikannya istri kedua guna melengkapi hidup yang selama ini terasa bosan dan menjemukan. Mila mengambil amplop gaji di tanganku lalu menyimpannya sedikit tak bersemangat. Melihat ekspresinya yang tampak tak bersemangat itu, aku pun memicingkan mata dan bertanya heran. "Kenapa? Kurang ya?" tanyaku sembari meneliti paras cantik di depanku itu. Perempuan itu memandangku sekilas lalu menundukkan kepa
"Aaaaa ... aaaa ... aaaa ...." teriak ibu saat aku melintas di depan kamar beliau yang pintunya terbuka lebar. Seperti biasanya, itu kode jika ibu menginginkan sesuatu. Bukan ingin BAB atau BAK karena jika ingin melakukan dua hal itu, ibu cukup membuangnya di tempat tidur lalu Andin akan buru-buru membersihkan. Kode itu berarti ibu ingin minum atau makan, yang kedua-duanya harus disuapkan dengan telaten. Mendengar teriakan ibu itu, bergegas aku memanggil Andin yang barusan kulihat sedang membersihkan diri di kamar mandi. Aku sendiri sedang buru-buru karena Mila sudah menungguku di apartemen, hendak mengajakku sama-sama hunting baju baru di butik. "Din, Andin. Ini ibu manggil-manggil. Pengen makan mungkin!" teriakku pada Andin yang masih berada di dalam kamar mandi. Mendengar teriakanku, Andin diam saja. Tumben? Biasanya istri penurutku itu akan cepat-cepat datang untuk melaksanakan perintahku. Tapi kali ini kelihatannya tidak meski aku y
"Mas, aku pergi dulu ya. Tolong jaga Sekar dan Seruni. Aku nggak akan lama. Paling mau ke butik Jeng Dina aja. Lihat-lihat koleksi terbarunya yang kemarin dipajang di I*******m," ucap Andin sembari menyampirkan tas di pundak lalu bersiap pergi. Aku yang sedang menyuapi ibu bubur nasi, hanya bisa melongo heran. Aneh.Tak biasa-biasanya Andin begini, ingin pergi ke butik segala untuk belanja pakaian. Biasanya ia hanya akan menunggu setahun sekali untuk beli baju baru, itu pun cuma beli di kios kaki lima pinggir jalan, bukan di butik seperti ini. Apalagi butik milik Jeng Dina, seleb kompleks perumahan yang punya bisnis toko pakaian besar di kota ini. Satu pertanyaan lagi, alasan apa sih yang tiba-tiba membuat istriku berubah drastis secepat ini? Dari istri kampungan dan tak bisa dandan, menjadi istri yang tiba-tiba peduli fashion, sampai hendak ke butik segala. Ya. Apa yang sebenarnya telah terjadi pada diri Andin hingga dia yang biasany
"Pa, Nenek BAB. Udah gelisah dari tadi, kayaknya minta dibersihkan," beritahu Seruni dari arah pintu kamar yang terbuka.Aku yang sedang tiduran sembari sibuk dengan ponsel di tangan membalas pesan Mila yang sedari tadi sibuk protes karena kami gagal pergi bersama, merasa terkejut mendengarnya.Apa? Ibu buang air besar? Ya Tuhan, pasti bau sekali dan tak nyaman membersihkannya. Kalau nyaman dan tidak berat, pastilah pengasuh-pengasuh yang selama ini kupekerjakan merawat ibu, akan betah bekerja di sini merawat dan melayani beliau. Tidak bosan dan minta berhenti bekerja karena tak sanggup lagi mengurus wanita yang telah melahirkanku ke dunia itu seperti alasan mereka.Beda dengan Andin yang kulihat memang selalu sabar mengurus ibu. Bukan saja soal makan, tapi juga soal buang hajat di tempat tidur seperti saat ini.Andin memang menantu yang baik. Tidak salah aku memilih
"Assalamualaikum, Mas ... anak-anak? Mama pulang." Sebuah suara terdengar dari arah depan rumah.Aku yang sedang membersihkan tubuh ibu serentak menoleh padanya dan tersenyum lega. Alhamdulillah ya Allah, akhirnya malaikat penolong itu pulang juga.Segera kuletakkan kain lap, lalu menyongsong Andin yang baru saja pulang. Tapi ... melihat penampilan Andin saat ini, serta merta kuhentikan langkah lalu membulatkan mata lebar-lebar.Tidak salahkah penglihatan saat ini? Andin terlihat beda dari biasanya. Tubuhnya yang biasanya bau keringat dan beraroma tak sedap, sekarang menguar bau harum yang melenakan indera penciuman.Rambutnya yang biasanya hanya diikat ke atas dengan tali rambut seadanya, sekarang sudah dirapikan dan terlihat berkilau dan wangi.Ke mana sebenarnya Andin seharian ini, kok bisa berubah drastis jadi cantik seperti sor