Share

Enam

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2021-10-11 19:19:57

"Jadi kamu mau mengungkit-ungkit kebaikan yang sudah kamu lakukan pada ibu, Din? Apa itu pantas? Lagipula kenapa sih tiba-tiba kamu berubah begini? Nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba kamu marah-marah begini. Kamu mau apa sebenarnya?" tanyaku sembari menatap wajah Andin lekat.

 

Wajah yang biasanya lugu dan polos itu entah kenapa sekarang berubah dingin dan datar. Ah, apa sih yang sebenarnya membuat Andin seperti ini? Apa salahku sebenarnya?

 

"Aku nggak ngungkit-ngungkit, Mas. Kamu saja yang aneh, masa bersihin kotoran ibu kandung sendiri kok perhitungan. Ibu kan ibu mas sendiri. Saat mas kecil, beliau yang mandiin dan nyuciin kotoran mas, masa sekarang mas gak mau gantian? Ingat, kunci surga mas ada di bawah telapak kaki ibu, kalau aku aja yang merawat beliau, apa mas nggak takut surganya dikasihkan ke aku?" tanya Andin terdengar konyol di telingaku, membuatku merasa dipermainkan karena ucapan kekanak-kanakan darinya itu.

 

"Ya, nggak gitu juga, Ndin. Kamu kan istri mas, kamu nolong merawat ibu kan sama juga artinya kamu menolong mas masuk surga. Kamu patuh sama mas, mas ridho, kamu juga masuk surga. Jadi sejatinya kita tolong menolong untuk sama-sama masuk surga," sahutku berusaha sabar menjelaskan, tetapi Andin hanya diam, lalu setelah beberapa saat, ia membuka mulutnya.

 

"Tapi masalahnya mas, merawat orang tua yang sedang sakit dan nggak bisa ngapa-ngapain itu kan repot dan melelahkan. Aku bukan mesin atau robot yang nggak punya rasa capek kan? Buktinya kamu baru sebentar saja ngurus ibu, ibu sendiri, sudah ngeluh dan kecapekan. Apalagi aku yang sendirian selama ini?"

 

"Ya, sudah kalau nggak mau! Biar mas bersihkan sendiri! Gitu aja repot!"

 

Mendengar sangkalannya, dengan marah kubalikkan tubuh lalu kembali mendekati sosok ibu. Namun, bukannya takut dan minta maaf, Andin malah meneruskan ucapannya.

 

" ... atau kalau nggak, Mas cari aja istri baru yang mau gantiin posisiku merawat mertua yang hanya bisa berbaring saja di tempat tidur. Aku juga pengen lihat ada nggak istri yang tahan dan betah diperlakukan begitu, sementara bukannya ucapan terimakasih, malah pengkhianatan dan main hati di luaran yang dilakukan suaminya," celetuk Andin tiba-tiba membuatku kaget.

 

Namun, sebelum aku sempat protes, Andin sudah keburu membalikkan tubuhnya lalu  dengan santai berlalu pergi dari hadapanku.

 

🌴🌴🌴🌴🌴

 

"Mas, hari ini temani aku ke mall ya, pengen beli sepatu dan tas baru. Ini juga hukuman buat Mas karena kemarin batal nganterin aku!" ucap Mila merajuk saat aku menemuinya keesokan hari.

 

Bibirnya yang merah dan sensu*l, tampak ditekuk ke depan. Mungkin masih merasa kesal karena aku tak bisa memenuhi janji kemarin sebab Andin tiba-tiba memaksa keluar rumah dan aku harus menjaga serta merawat ibu.

 

"Iya, iya. Apa sih yang nggak buat kamu," sahutku sembari mengacak sayang rambut Mila mencoba meredakan rasa kesal di hatinya.

 

Mendapat perlakuan lembut dariku, bibir gadis itu tersenyum lebar. Ia lalu memelukku erat-erat.

 

"Tapi bayarin ya, Mas. Uang yang kamu kasih ke aku kemarin sudah habis soalnya," ujarnya lagi sambil menatap manja ke arahku.

 

Melihat itu aku hanya tersenyum lalu menyentil puncak hidungnya dengan sayang.

 

"Pasti dong, apa sih yang nggak buat kamu? Nanti sebelum ke mall, kita ambil uang dulu buat belanja. Oke?"

 

"Oke, Mas baik deh. Makin sayang sama Mas rasanya!" Mila tertawa manja lalu menggandengku keluar rumah.

 

Kami pun kemudian menaiki mobil menuju ke pusat kota, di mana terdapat jejeran mall-mall besar yang menjual produk yang diinginkan Mila.

 

Namun, sebelum ke sana, kami mampir dulu ke sebuah ATM karena aku hendak menarik sejumlah uang sebab persediaan uang tunai di dompet sudah menipis.

 

Kumasukkan kartu ATM pada tempatnya. Kutekan angka yang sudah sangat kuhapal, tetapi tanpa diduga, layar mesin menyatakan nomor PIN yang kutekan, salah.

 

Lho kok bisa salah? Aku bingung sendiri. Apa jangan-jangan Andin sudah mengganti nomornya ya? Bukannya kemarin ia yang pinjam kartu?

 

"Kenapa, Mas? Kok PIN salah?" tanya Mila yang berdiri di sampingku.

 

Melihatku kebingungan, ia kemudian mengambil kartu dan memasukkan ke dalam mesin kembali.

 

Ia mengetik tanggal pernikahan kami dalam kolom PIN, tetapi kembali akses ditolak. Mendapati hal itu, Mila menatapku heran.

 

"Kamu ganti nomor PIN-nya ya, Mas? Kok nggak mau masuk?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. Raut tak suka terlihat jelas di wajahnya.

 

Melihat itu aku hanya tersenyum kecut. Ya, jangan-jangan Andin memang sudah mengganti nomor PIN yang merupakan tanggal pernikahan kami menjadi tanggal pernikahan dengan Andin.

 

Berpikir begitu, aku pun segera mengambil alih, memasukkan tanggal pernikahan dengan Andin ke mesin ATM dan ternyata benar, tak lama akses pun diterima. Andin ternyata sudah mengembalikan nomor PIN yang baru ke kode semula.

 

"Jadi kamu sengaja mengganti PIN-nya ke nomor semula ya, Mas? Kamu bohongi aku. Katanya lebih sayang sama aku, lebih cinta, lebih bahagia sama aku, tapi ternyata kamu lebih sayang sama Andin. Perempuan yang katamu jelek dan kumal. Kamu memang nyebelin, Mas!"

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Menyerah Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 148

    AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (148)Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Andin pun membalikkan badannya, hendak meninggalkan kamar Yuli dan Sri karena merasa perintahnya sudah sangat jelas dan tegas. Tak ada lagi alasan sedikit pun bagi Yuli untuk menolak perintahnya atau pun pura pura takut menghadap sebab Yuli bisa jadi lebih licik dari yang mereka bayangkan.Namun, Yuli yang memang tak mengira jika rencananya nyaris diambang kegagalan, spontan berusaha mengelak dengan terus berusaha pura pura tak tahu apa yang baru saja terjadi dan apa maksud perkataan Andin sebenarnya."Ma - maksud Mbak Andin apa? Saya orang suruhan? Suruhan siapa Mbak dan untuk apa?" tanya Yuli masih dengan ekspresi pura pura lugu.Mendengar pertanyaan itu, Andin kembali mengulas senyum tipis."Sudahlah Marni. Saya dan Mas Arga sudah tahu siapa kamu sebenarnya! Sri sudah cerita semuanya kalau kamu tak sesuai seperti apa yang kamu ceritakan pada kami kemarin. Apalagi sejak ngobrol sama kamu di taman belakan

  • Aku Menyerah Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 147

    AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (147)Sementara itu mengetahui jika Sri ternyata telah tahu rahasia tentang dirinya dan membongkar rahasia itu pada Andin, Yuli pun seketika merasa kesal bukan main. Apalagi saat Heru menelponnya dan terang terangan mengatakan jika dirinya baru saja menghubungi anak anak karena tak sabar lagi ingin segera memiliki Andin kembali dengan cara menghancurkan rumah tangga mantan istrinya itu dengan suami barunya dengan menjadikan anak anak sebagai umpan untuk memaksa Andin bercerai dari Arga, Yuli pun makin merasa gundah.Ia merasa rencananya untuk diam diam mengacaukan keluarga kecil Arga dan Andin menjadi berjalan di luar skenario yang telah dia susun semula. Heru bukan saja bersikap seolah olah tak percaya pada kemampuannya untuk memisahkan Arga dengan Andin. Namun juga telah membuat kekacauan yang menjadikan dia jadi serba salah seperti sekarang ini.Sekarang Andin pasti menaruh rasa curiga padanya kalau dia sebenarnya bukanlah wanita yang diusir ole

  • Aku Menyerah Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 146

    AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (146)Flashback ....Sebelumnya saat masuk ke dalam kamar, Sekar menemukan ponselnya berbunyi. Gadis kecil yang memang diberi mamanya hape sendiri itu lantas menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut.Ternyata nomor tersebut adalah nomor hape papa kandung mereka yakni Heru yang sebenarnya sudah lama memiliki nomor telepon kedua anak perempuannya tersebut tetapi baru berani menghubungi saat dirinya merasa tak sabar lagi ingin segera bisa memiliki Andin kembali dan dekat dengan kedua putrinya itu apapun aral yang terjadi. Heru merasa tak sabar lagi ingin cepat cepat mewujudkan keinginannya walaupun di rumah Arga dan Andin sekarang sudah ada Marni alias Yuli yang tengah membantunya mewujudkan cita citanya tersebut.Akan tetapi karena mendapatkan kabar dari Yuli yang mengatakan jika Andin sedang berbadan dua, menyebabkan Heru tak mampu lagi untuk menunggu lebih lama. Dia pun berusaha menghubungi kedua putrinya itu untuk menjalin kembali

  • Aku Menyerah Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 145

    AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (145)Mendengar perkataan Bi Hanun, refleks Andin dan Sri menoleh dengan kening mengernyit.Sekar menangis dan mengamuk? Yang benar saja? Apa penyebabnya?"Apa, Bi? Sekar nangis dan ngamuk ngamuk? Kok bisa?" tanya Andin dengan nada heran dan tak percaya karena seumur umur putrinya itu tak pernah berkelakuan seperti ini.Dia pun gegas berlari ke arah kamar anaknya tersebut. Ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.Benar saja, di dalam kamar terlihat Sekar tengah menangis sesenggukan di atas tempat tidur sembari meremas remas bantal guling dan seprai yang sekarang keadaannya menjadi kacau berantakan.Selama ini tak pernah Andin melihat putrinya itu dalam keadaan demikian. Itu sebabnya wanita cantik itu sempat mematung di depan pintu sebelum akhirnya gegas memburu sosok Sekar yang tengah menangis di atas ranjang. Begitu pun Seruni yang terlihat sedih meski tak sampai menangis keras seperti Sekar."Sekar, kamu kenapa, Sayang? Kenapa nangis?" tanya Andin d

  • Aku Menyerah Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 144

    AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (144)"Kamu yakin yang kamu lihat itu hape sama skincare, Sri? Kamu nggak salah lihat?" Andin masih mencoba untuk tidak mempercayai perkataan ART nya itu meski dia tahu Sri bukanlah tipe perempuan yang suka menebar fitnah dan kebohongan. Sri bukan gadis seperti itu walaupun gadis itu tegas dalam berbicara dan apa adanya.Sri menggelengkan kepalanya dengan yakin."Nggak, Bu. Saya yakin saya nggak salah lihat. Mbak Marni memang punya hape dan bawa skincare, Bu.""Terus tadi waktu Ibu ngantar Pak Arga di teras depan waktu Pak Arga mau berangkat ke kantor, Mbak Marni juga ngeliatin Pak Arga terus, Bu. Nggak meleng meleng.""Waktu saya ajak sarapan, Mbak Marni ternyata juga sudah tahu kalau nama bapak itu adalah Arga. Coba Ibu pikir, dari mana Mbak Marni tahu nama bapak adalah Arga sedangkan sebelumnya Mbak Marni belum pernah bertemu Bapak?""Wajar kan, Bu, kalau saya jadi curiga, Mbak Marni itu ada niat tersembunyi ke Ibu dan bapak? Ada tujuan yang Sri

  • Aku Menyerah Menjadi Istrimu, Mas!   Bab 143

    AKU MENYERAH MENJADI ISTRIMU, MAS! (143)"Kenapa, Bu? Kok Ibu diem aja? Ada masalah ya, Bu?" tanya Sri begitu melihat Andin masuk ke dapur dengan wajah terlihat muram.Sri memang sangat dekat dengan Andin sehingga berani bertanya seperti itu meskipun Andin notabene adalah majikannya.Andi mengulas senyum tipis lalu menghembuskan nafasnya."Tadi anak anak bicara sama Marni. Tapi setelah itu tingkah mereka jadi aneh, Sri. Sama Mas Arga nggak negur lagi. Saya 'kan jadi heran, Sri. Kenapa sikap mereka mendadak jadi aneh begitu," jawab Andin yang benar benar tak mengerti mengapa kedua putrinya itu hanya diam saja saat berpapasan dengan Papa sambung mereka barusan. Papa sambung yang selama ini sudah bersikap baik melebihi Papa kandung sendiri akan tetapi hari ini telah diacuhkan begitu saja oleh kedua putrinya itu."Hmm ... Marni lagi Marni lagi! Bukan apa apa sih, Bu, cuma ....apa Ibu nggak curiga, Mbak Marni mengaku susah karena diusir suaminya, tapi kok wajahnya cantik dan terawat sekal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status