Share

BAB 61

Sebulan berlalu tanpa ada berita apa-apa tentang para iparku. Sesekali Mama menelpon menanyakan Leang, tapi tak pernah menyinggung tentang anak-anaknya. Hanya ada satu cerita dari beliau, kini Marry sudah rajin beribadah. Aku mengucapkan syukur.

Hingga di suatu sore, Rara menelpon.

"Bapak Leang, si Lily sudah beli rumah!" serunya.

"Alhamdulillah..." jawab Nandean.

"Harganya limaratus juta," lanjut Rara

"Syukurlah," sahut Nandean.

"Lebih mahal dari rumah kalian," kata Rara lagi.

"Ya, rumah kami memang tidak semahal itu," jawab Nandean datar.

"Kau mau menyumbang apa?" tanya Rara.

"Maksudnya?" Nandean balik bertanya.

"Perabotan Lily belum ada, jadi dia minta sumbangan dari kita," jawab Rara.

"Katakan pada Lily, beli otak dulu baru beli rumah!" ujar Nandean ketus dan langsung memutuskan sambungan telepon.

"Apalah maksudnya, pamer beli rumah limaratus juta, rumahnya lebih mahal dari rumah kita, tapi minta sumbangan beli perabot! Sakit Jiwa orang itu," gerutu Nandean.

Aku tertawa kecil
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Christina Winata
lama banget lanjutannya author.. semangatt ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status