Share

Bab 5 Kembali

“Mama, Mama! Aku mau itu!” seru seorang gadis kecil berkisar tujuh tahun sembari menunjuk ke arah gambar es krim sebuah restoran. Mata bulat gadis itu terlihat menggemaskan, juga memesona akibat maniknya yang berwarna biru terang.

Mendadak, sebuah tangan mungil menggenggam tangan gadis kecil itu untuk menahannya. “Lili, jangan ngerepotin Mama. Kita bisa beli itu nanti, ya,” balas seorang bocah laki-laki dengan wajah yang hampir sama persis dengan sang gadis kecil. Sikap sang bocah kecil yang begitu tenang membuat beberapa orang yang memperhatikan mengira bocah itu lebih tua dari penampilannya.

Di antara kedua kembar menggemaskan tersebut, seorang wanita cantik berpakaian elegan menggandeng keduanya sembari tersenyum. Wanita itu berjongkok di hadapan kedua putra-putrinya dan berkata, “Liam memang paling pengertian,” pujinya. Kemudian, dia beralih kepada sang gadis kecil dan mengusap kepalanya lembut. “Lili sabar dulu ya, Sayang. Setelah kita sampai apartemen dan selesai berberes, Mama bawa kamu beli es krim, oke?”

Gadis kecil bernama Lili itu terlihat sedikit murung, tapi dia kemudian mengangguk pelan. “Oke, Mama.”

Balasan itu membuat sang wanita tersenyum penuh kasih. “Lili pintar.” Dia kembali menggandeng kedua tangan putra-putrinya sebelum lanjut berjalan keluar dari gerbang kedatangan bandara Nusantara.

Tak lama, sebuah suara berseru lantang, “Bu Evelyn Erlangga?” Hal itu membuat sang wanita dengan dua kembar menggemaskan itu menoleh.

Ya, wanita rupawan itu tak lain dan tak bukan adalah Evelyn Aditama, atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Evelyn Erlangga.

Delapan tahun sudah berlalu sejak kepergiannya dari Nusantara atas perintah sang ayah, Reyhan Aditama. Tak pernah sedikit pun dia kira akan kembali kemari dengan dua anak kembar yang dia lahir dan besarkan sendirian.

Kalau bukan karena rekomendasi sahabatnya dari negeri seberang, sebenarnya tidak akan terbersit di benak Evelyn untuk kembali ke negara tempat kenangan pahit masih tersimpan.

Sesampainya di hadapan Evelyn, seorang pria dengan jas hitam dan kemeja putih menyapanya dengan sopan, “Halo, Bu Evelyn. Perkenalkan, nama saya Adi. Saya supir yang disuruh Bu Anita mengantarkan Ibu ke apartemen.”

Mendengar nama sang sahabat dari negeri seberang disebut, Evelyn pun mengangguk lembut. “Salam kenal, Pak Adi.” Dia pun beralih pada kedua putra-putrinya. “Harus bilang apa kalau bertemu orang baru?”

“Halo, Om Adi!” ujar kedua bocah imut itu dengan serempak.

Melihat sikap sopan kedua bocah itu, pria paruh baya tersebut pun menunduk dan tersenyum. “Halo juga.” Dia pun menatap Evelyn dan bertanya, “Barang bawaan Ibu hanya ini?” Dia melihat porter yang berada di belakang Evelyn, dua koper kecil terlihat di kedua sisi sang porter.

Evelyn mengangguk. “Sebagian besar saya tinggal kalau-kalau harus kembali ke sana.” Dia meminta kedua putra-putrinya untuk menunggu sebelum akhirnya menghampiri sang porter untuk memberikan tips. “Terima kasih, Pak.”

Sementara Evelyn dan sang supir sedang mengurus bagasi, terlihat Liam dan Lili saling menggoda satu sama lain. Hal itu berujung kepada kedua bocah tersebut berlarian dan saling mengejar, bermain untuk mengatasi kebosanan.

Di saat yang sama, seorang pria bertubuh tinggi melangkah keluar dari gerbang kedatangan dengan kakinya yang jenjang. Jas abu mewah yang membalut tubuhnya tak mampu menyembunyikan proporsi tubuh memukau. Walau matanya tertutup kacamata hitam, tapi hidung ramping nan tinggi yang ditemani bibir tipis menggoda itu mampu membuat beberapa kaum hawa yang melirik merona merah.

“Siapa pria itu?”

“Dia seperti model!”

“Apa jangan-jangan dia artis luar negeri? Jarang-jarang ada cowok Nusantara setinggi itu!”

Sejumlah komentar pun terlontar dari beberapa wanita di sekitar tempat itu. Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa pria yang baru saja keluar dari gerbang tersebut begitu tampan dan menarik perhatian.

Tanpa peduli dengan pandangan yang diarahkan padanya, pria berkaki jenjang itu mengecek ponselnya. “Apa jadwal kita hari ini?” tanyanya dengan datar.

Di sebelahnya, seorang pria dengan pakaian profesional yang serupa membuka catatan di tangannya dan menjelaskan, “Kita perlu bertemu perwakilan cabang grup Dean untuk membahas perihal laporan tahunan yang menurun awal tahun ini dalam dua jam. Ada juga pertemuan untuk membahas interview di hari esok.”

Dengan yakin, Adam menurunkan perintah, “Kita kembali ke kediaman terlebih dahulu, ada beberapa hal yang perlu kulakukan sebelum—"

“Ah!”

Ucapan Adam terhenti ketika sesuatu menabrak kakinya dengan cukup kencang. Dia melirik ke bawah, mendapati seorang gadis kecil dengan dress putih manis terjatuh di lantai. Sekali lihat, dia yakin bahwa gadis kecil itu telah menabrak dirinya.

Adam melepaskan kacamata hitamnya, lalu dia menunduk sedikit untuk menjulurkan tangannya. “Hei, kamu baik-baik—”

“Maaf!” Seorang bocah laki-laki mendadak muncul menghadang dirinya dari menyentuh sang gadis kecil. “Adikku nggak sengaja, kami minta maaf!” seru bocah itu sembari membungkuk sopan.

Melihat wajah sang bocah, Adam tak mampu berkata-kata. Entah apakah ini hanya perasaannya saja, tapi wajah bocah kecil itu sungguh … mirip dengannya. Tak hanya itu, mata biru yang dimiliki kedua bocah di hadapannya itu ….

“Lili! Liam!” sebuah suara dengan nada khawatir terdengar, mengalihkan pandangan Adam. Terlihat seorang wanita dengan penampilan elegan berlari kecil menghampiri dua bocah kecil tersebut. “Kamu nggak apa-apa, Sayang?” tanya wanita itu sembari membantu gadis kecil itu berdiri.

Mata Lili terlihat memerah, tapi gadis itu menggeleng dengan bibir dimanyunkan. Tangan gadis itu terbentang, meminta sang ibu untuk memeluknya.

Setelah wanita itu memastikan sang putri baik-baik saja, dia menggendongnya selagi satu tangan lain langsung menggandeng sang putra. Dia pun langsung membungkuk cepat untuk meminta maaf kepada pria yang ditabrak putrinya, “Maaf, Pak, putri saya tidak hati-ha—”

Di saat pandangan mereka bertemu, wanita itu membeku di tempat. Hal tersebut membuat Adam juga terdiam, bukan hanya karena wajah wanita itu cukup menawan, tapi karena dia merasa ada wangi familier yang tertangkap indera penciumannya. Dia pun menatap tajam wanita tersebut, mencoba menelisik setiap sisi yang wanita itu miliki.

Dalam hatinya, Adam membatin, ‘Wangi ini … kenapa wangi ini begitu familier?

LuciferAter

Nah loh, ketemu lagi sama Bang Adam! Gimana nih?!

| 10
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Nirwana Waton
jadi penasaran thor
goodnovel comment avatar
Nora Millu
8 thn,sungguh lama ya
goodnovel comment avatar
Jielmom
anak umur 7 tahun masih kuat digendong? tingginya pasti lebih 100 keatas dengan bobot diatas 20....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status