Share

BAB 6

Anaxtra mendarat ke atas tanah di depannya. Dia merasakan hawa yang panas langsung membalur sekujur tubuhnya.

"Apakah aku di neraka?" pikirnya.

Anaxtra melihat sekeliling, hampir tidak ada kehidupan. Sejauh matanya memandang, hanya hamparan kering dan gersang.

Anaxtra memegang pelipis matanya, lalu sebuah layar kecil berbentuk kacamata terpampang di depan matanya.

Layar itu adalah monitor radar yang mampu menditeksi pergerakan suatu benda. Dengan kaca mata itu Anaxtra kembali melihat sekeliling dengan lebih  seksama.

"Anaxtra! ... Anaxtra! ... apakah kau mendengarku?" terdengar suara ayahnya memanggil dari chip komunikasi yang tertanam di telinganya.

"Aku mendengarmu ayah," kata Anaxtra mengaktifkan mode jawab.

"Suaramu terdengar putus-putus, apakah kau baik-baik saja?" kembali suara ayahnya terdengar.

Alat komunikasi yang dipakai penghuni Lembah Dieng adalah chip yang ditanam di sekitar telinga, chip ini mampu berkomunikasi dua arah selama mendapatkan sinyal dari frekuensi yang sama, sementara mode panggil atau jawab hanya perlu menyentuh kulit di sekitar telinga.

"Aku baik-baik saja," kata Anaxtra masih memperhatikan sekeliling dengan radar monitor.

Pip ... pip ... pip ... pip ...

Radar monitor menangkap 5 titik merah yang bergerak cepat, Anaxtra mencoba memperbesar daya jangkau alat itu, namun 5 titik merah itu bergerak cepat menjauh dan hilang dari jangkauan radar.

"Benda apa, itu?" gumam Anaxtra.

"Apakah kau berbicara kepadaku?" terdengar suara ayahnya dari alat komunikasinya yang masih aktif.

"Cepatlah kembali Anaxtra, kami kuatir terjadi sesuatu padamu."

"Baiklah, aku akan segera turun."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status