Apa Dampak Jangka Panjang Saat Teman Toxic Adalah Dekat?

2025-10-23 20:11:32 257

4 Answers

Hattie
Hattie
2025-10-24 13:25:59
Ngomong soal nilai jangka panjang, pengalaman saya menunjukkan bahwa teman yang toxic bisa mengikis kepercayaan diri secara halus tapi pasti. Awalnya komentar mereka terasa sepele, tapi setelah berulang kali, aku mulai percaya narasi negatif itu—padahal itu bukan cerminan nyata dari kemampuan atau nilai diriku.

Efeknya juga sering muncul dalam hubungan masa depan: aku jadi curiga berlebihan, waspada terhadap tanda-tanda kecil, dan sering menafsirkan niat baik sebagai potensi manipulasi. Itu berat, karena membuat sulit membuka diri pada orang baru. Selain itu, stres yang berkepanjangan juga mempengaruhi produktivitas; aku pernah kehilangan fokus kerja dan motivasi karena energi terkuras mengelola drama yang seharusnya nggak jadi bebanku.

Cara paling penting yang aku pelajari adalah mengenali pola manipulasi dan mulai melatih batasan emosional—bukan dengan kasar, tapi tegas. Menjauhlah ketika perlu, dan cari dukungan yang membangun. Kesehatan mental itu investasi jangka panjang, jangan biarkan persahabatan beracun menggerogotinya.
Hallie
Hallie
2025-10-25 17:43:07
Ada satu hal yang kadang bikin aku ngakak sekaligus geregetan: teman toxic itu nggak cuma beracun untuk hati, tapi juga bisa meracuni pilihan hidup tanpa kita sadari. Contohnya, kalau mereka sering meremehkan kerja keras, kita bisa kehilangan semangat ambisi dan akhirnya menolak tawaran yang sebenarnya membuka jalan.

Lebih serius lagi, dampak jangka panjang bisa menyentuh aspek finansial dan legal—kalau mereka memaksa ikut campur dalam keputusan uang, atau memancing konflik yang kemudian berdampak pada reputasi profesional, konsekuensinya cukup berat. Untuk orang yang sudah berkeluarga, pola negatif ini mudah diturunkan ke generasi berikutnya kalau tidak diintervensi.

Aku sekarang selalu ingat untuk menilai ulang hubungan yang bikin energi habis, dan lebih memilih kelilingi diri dengan orang yang dorong aku maju. Menjaga jarak bukan berarti memutus semua kenangan; itu tentang memberi ruang agar hidup bisa berjalan lebih sehat dan penuh kemungkinan.
Diana
Diana
2025-10-26 23:50:47
Aku sering mikir tentang bagaimana kebiasaan jelek dari teman toxic menular tanpa kita sadari. Misalnya, kalau mereka selalu melebih-lebihkan masalah, lama-lama aku ikut jadi dramatis; kalau mereka suka menggertak atau ngejek, aku mulai merasa itu cara yang normal berinteraksi. Dampak jangka panjangnya bukan cuma pada suasana hati, tapi juga karakter dan cara aku bereaksi saat tertekan.

Praktisnya, itu memengaruhi keputusan hidup: aku pernah menimbang untuk pindah kota karena takut konflik, dan itu mengubah jalur karierku. Hubungan keluarga juga ikut terganggu karena energi negatif itu dibawa pulang. Selain itu, reputasi sosial bisa ternoda kalau teman toxic pamer kebiasaan buruk atau memanipulasi cerita; orang lain bisa mulai melihatku lewat lensa itu, bukan kenyataan asliku.

Dari sisi pemulihan, aku belajar pentingnya 'reset' sosial—mempertanyakan ulang siapa yang pantas masuk lingkaran dekat, aktif mencari komunitas baru, dan memberi waktu pada diri untuk sembuh. Sekarang aku lebih selektif dan lebih siap menegakkan batas yang sehat, dan itu terasa membebaskan.
David
David
2025-10-29 00:07:27
Mulai dari hal-hal kecil yang sering dianggap remeh: komentar yang merendahkan, guyonan sarkastik yang terus-menerus, sampai panggilan telepon tengah malam yang bikin aku selalu tegang. Dulu aku menyepelekan semuanya karena pikirku itu cuma kebiasaan dia, tapi lama-lama rasa aman ikutan terkikis.

Dalam jangka panjang, dekat dengan teman toxic bikin pola pikir berubah. Aku jadi sering meragukan diri sendiri, merasa harus minta izin untuk bersenang-senang, dan kadang menolak kesempatan karena takut komentar sinis mereka. Sosialku menyempit karena aku mulai memilih teman berdasarkan apa yang mereka pikirkan tentang si teman toxic, bukan apa yang kusuka. Itu bikin peluang baru—kerja, hobi, hubungan yang sehat—terlewatkan.

Yang paling nyata adalah efeknya ke kesehatan: stres kronis bikin tidur kacau, mood gampang meledak, dan aku mulai merasa lelah setiap hari. Proses keluar bukan cuma soal memutuskan hubungan; butuh waktu untuk mengembalikan rasa percaya diri dan belajar ulang batasan. Sekarang aku pelan-pelan membangun lingkungan yang lebih suportif dan berusaha menata ulang prioritas supaya hidupku nggak lagi dikendalikan kerumitan sosial yang beracun.
View All Answers
Scan code to download App

Related Books

SAAT PENUMPANGKU ADALAH ISTRIKU DAN SELINGKUHANNYA
SAAT PENUMPANGKU ADALAH ISTRIKU DAN SELINGKUHANNYA
Saat cinta mematikan logika, aku menganggap Shanti adalah sebaik-baik istri. Tapi, ternyata dia tega berbuat zalim di belakangku. Sepasang penumpang yang memesan taksiku rupanya adalah istriku sendiri bersama dengan selingkuhannya. Aku marah. Marah sekali, merasa terhina dan harga diriku seperti ditelanjangi. Aku merencanakan sesuatu untuk membuat peringatan. Tapi ragu, karena ada hati yang harus dilindungi. Apa yang akan aku katakan pada Fikri, anak semata wayang kami tentang hubungan kami nanti?
10
29 Chapters
Cinta yang panjang
Cinta yang panjang
Perasaan itu seperti laut jika sudah tak terkendali akan menghancurkan Besar kemungkinan setiap orang pernah berada pada fase ini. Dilema antara tetap memendam perasaan atau menyatakan. Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang memilih memendam. Seperti aku misalnya, aku takut perasaanku tidak berbalas. Meski aku tahu, kemungkinan terburuk dari mencintai hanyalah tidak dicintai kembali. Dan, itu sesungguhnya tidak teramat buruk. Bahkan ada yang lebih buruk dari itu, saat aku tidak berani menyatakan perasaan. Aku akan dihantui pertanyaan seumur hidup: apa kau pernah mencintai aku juga? Banyak orang akhirnya menyesal. Seperti yang diceritakan di film-film, dan buku-buku.
10
31 Chapters
Malaikat Bertelinga Panjang
Malaikat Bertelinga Panjang
Seorang anak muda bernama Bimo, tengah mengalami masa-masa peralihan di usianya yang semakin menua. Banyak kejadian yang terjadi pada dirinya, mulai dari keluarga, percintaan, hingga pencarian jati dirinya. Hingga akhirnya, apakah setiap runtutan kejadian tersebut dapat diatasi oleh Bimo?
10
15 Chapters
SUAMI TOXIC
SUAMI TOXIC
Mawar tidak menyangka, setelah menikah baru mengetahui karakter Dani (suaminya) ternyata sangat toxic. Selalu menyakiti hati Mawar sedemikian rupa. Hingga dipuncak kemarahannya, Mawar memutuskan untuk bercerai. Namun setelah bercerai pun, hidup Mawar masih terus saja diganggu oleh Dani. Akankah Mawar menemukan kebahagiaan dalam hidupnya?
10
38 Chapters
TEMAN HIDUP
TEMAN HIDUP
Adia dan Hanif memutuskan untuk menikah setelah menghabiskan 3 tahun masa pacaran. Satu tahun pertama masih terasa pasangan paling bahagia. Masih romantis. Masih perhatian. Saling mengabari. Masalah-masalah kecil seperti Hanif yang sering kelupaan naruh handuk di atas kasur, atau menarik baju sampai berantakan, bisa teratasi dengan mudah. Masalah kecil. Hingga suatu hari, kedunya dituntut sibuk oleh pekerjaan masing-masing. Yang membuat horor kali ini adalah ... pertanyaan kapan punya anak? Setiap Adia ikut acara keluarga, pertanyaan itu tidak berhenti dari mulut tante dan sepupu-sepupunya. Mereka bahkan menyaranan berbagai ramuan obat kuat. Memberikan wejangan macam-macam dan pertanyaan aneh-aneh seperti, "Adia jangan keseringan di atas, sesekali aja. Kasihan sperma Hanif muntah lagi ke bawah kalau posisinya kayak gitu terus. Emang sih, di atas enak. Tapi itu nantinya Hanif jadi malas gerak. Hanif juga harus aktif, Di." Adia menanggapi dengan memijit pelipis, pusing. Suatu hari kabar baik itu datang. Adia hamil. Hanif hanya tersenyum datar saat Adia menyodorkan tespek bergaris dua. Hanif menjadi lebih pendiam sejak saat itu, padahal semua keluarga begembira menyambut hadirnya si kecil. Pada suatu malam Adia mendengar sebuah tangisan pilu, ia memeriksa ruang demi ruang. Hanif, suaminya, sedang tersedu-sedu di atas sajadah. Bahunya bergetar. Tangisannya terdengar sedih sekali. Entah apa yang lelaki itu ceritakan pada Tuhan. Setelah tangis Hanif reda, Adia berinisiatif membawakan teh, mengelus bahunya dan mempertanyakan kenapa. Kejujuran Hanif membuat tercengang. Ternyata lelaki itu punya trauma mendalam di masa kecil, itu sebabnya ia tidak berkeinginan mempunyai anak. Namun, Tuhan berkehendak lain. Tuhan menitipkan ruh di rahim Adia. Adia shock. Ia menangis sejadi-jadinya. Adia bingung, apa yang harus dilakukan pada bayinya nanti? Adia tidak ingin anak ini lahir seperti tidak diinginkan. Hanif meminta Adia membantunya melupakan trauma itu. Pelan-pelan, perlahan. Hanif tidak merasakan sakit lagi saat mengingat ayah yang menyiksa ibu dan adiknya.
10
20 Chapters
TEMAN SEKAMAR
TEMAN SEKAMAR
"Ayo tinggal bersama…" Pemuda itu memandang wanita di hadapannya dengan tatapan tak percaya seolah-olah gadis di hadapannya ini sudah gila. Tapi wanita ini kelihatannya sangat serius dengan ucapannya barusan. "Aku suka apartemen ini. Kau juga suka dengan apartemen ini kan? Kita tinggal bersama, kita bagi uang sewanya, kita buat perjanjian dengan Pak Evan untuk mengatakan pada semua orang kalau kita adalah sepupu dan membuat ia berjanji untuk tidak menaikkan uang sewa selama 1 tahun. Setelah 1 tahun, kita bisa putuskan apakah kita mau tetap di sini atau tidak?" Wanita itu menatapnya sekali lagi dengan lebih serius. "Bagaimana?" Raut wajah pemuda itu tampak gusar tapi setelah beberapa menit, ia merasa kalau semua ucapan wanita ini masuk akal juga. Terutama untuk masalah berbagi uang sewa. Win – win solution! Dompetnya benar-benar tipis sekarang! "Ok. Deal…" Mereka berdua lalu berjabat tangan sebagai tanda persetujuan. "Tapi aku juga ada persyaratan khusus." kata pemuda tersebut dengan tatapan menggoda. Agnes mengankat alisnya, "Apa itu?" "Kau tidak boleh sampai jatuh cinta padaku…" Seulas senyum mengejek tersungging di wajah Agnes. "Jangan kuatir. Aku aseksual…."
10
52 Chapters

Related Questions

Apa Tanda Awal Bahwa Teman Toxic Adalah Manipulatif?

4 Answers2025-10-23 21:38:52
Aku mulai curiga ketika perubahan kecil itu terus-terusan terjadi: dia bicara manis di depan orang lain lalu sok lupa saat aku mengangkat masalah yang sama. Di paragraf pertama aku biasanya perhatikan pola—bukan satu kejadian. Manipulasi teman toxic sering terlihat lewat inkonsistensi: mereka memberi pujian besar lalu tiba-tiba meremehkan usahamu di depan orang lain. Itu bikin kamu ragu sendiri, dan tujuan mereka biasanya memang membuat kamu terasa butuh persetujuan mereka. Aku pernah punya teman yang selalu 'menguji' apakah aku setia dengan sengaja menolak ajakan orang lain, lalu bilang 'Lihat kan, cuma aku yang ngerti kamu'. Selain itu, ada juga taktik halus seperti membuatmu merasa bersalah tanpa alasan jelas, memutarbalikkan fakta (gaslighting), atau membocorkan rahasia untuk mempermalukanmu. Sinyal lain: mereka menolak tanggung jawab, suka melemparkan kesalahan padamu, dan sering pakai drama untuk mengalihkan perhatian. Kalau kamu mulai merasa sering minta maaf padahal tidak salah, itu lampu merah besar. Aku akhirnya menjaga jarak dan lebih banyak berbagi dengan orang yang konsisten—itu langkah yang menenangkan hati.

Kapan Putus Jika Teman Toxic Adalah Merusak Kesehatan?

4 Answers2025-10-23 10:52:40
Gue pernah punya teman yang bikin napas seret setiap kali ketemu. Dulu aku ngotot bertahan karena ingat momen seru bareng, tapi tubuh dan mood ngasih sinyal: sakit kepala kronis, susah tidur, dan kecemasan yang nggak hilang setelah jauh. Pada titik itu aku mulai ngebatesin interaksi jadi pertemuan singkat dan selalu ada teman lain. Aku pakai cara kecil dulu—jarak sosial, read receipts dimatiin, dan nggak join obrolan yang toxic. Setelah beberapa kali ulangan pola yang sama tanpa perubahan nyata, aku coba ngomong jujur dan langsung: jelaskan efek perilaku dia ke kesehatanmu, kasih contoh konkret, dan sebut ekspektasi perubahan. Kalau dia nurut, beres, tapi kalau jawaban baliknya defensif atau manipulatif, itu tanda majornya; kamu bukan terapisnya. Kalau sudah berdampak fisik atau mental—misal muntah gara-gara stres, panic attack, atau jadi depresi ringan—aku nggak mikir dua kali lagi. Tinggalkan dulu, jaga jarak, dan prioritaskan istirahat serta dukungan dari orang yang sehat. Nanti kalau energi udah pulih terserah mau evaluasi lagi, tapi prioritas utama tetap kesehatan. Aku lega banget waktu akhirnya ambil langkah itu.

Bagaimana Batasi Akun Ketika Teman Toxic Adalah Aktif?

4 Answers2025-10-23 21:47:18
Aku punya trik sederhana yang sering kuselipkan supaya gak kepancing drama: bedakan antara tindakan teknis dan batasan personal. Pertama, secara teknis aku biasanya langsung pakai fitur mute atau hide story di platform. Kadang aku pake fitur 'close friends' atau bikin daftar terbatas supaya postingan tertentu cuma dilihat orang yang kusuka. Kalau teman itu mulai nge-mention aku di banyak posting yang toxic, aku ubah setting notifikasi atau atur filter kata kunci supaya nggak terus-menerus muncul di feed. Kalau obrolan personalnya yang toxic, fitur 'restrict' atau memindahkan chat ke folder lain sangat membantu; aku bisa baca tanpa harus merespon seketika. Kedua, secara personal aku tetap kasih batas yang jelas: aku bilang singkat dan sopan kalau aku butuh space, atau jelaskan bahwa topik tertentu nggak nyaman buatku. Kalau terus mengulang dan merugikan kesehatan mental, aku nggak ragu untuk block sementara atau hapus dari daftar pertemanan. Yang penting, aku selalu catat pola berulangnya supaya langkahku bukan reaksi emosional, tapi keputusan yang melindungi diriku. Akhirnya, istirahat dari sosmed itu sah-sah saja—kadang offline beberapa hari bikin kepala jauh lebih tenang.

Bagaimana Membedakan Teman Toxic Adalah Kritis Atau Jujur?

4 Answers2025-10-23 08:38:08
Pernah ada titik di mana aku bingung sendiri membedakan apakah kritik dari teman itu membangun atau justru melelahkan—jadi aku mulai mencatat pola kecil yang sebenarnya cukup telling. Yang pertama, kalau teman memberikan kritik yang spesifik dan disertai contoh, biasanya itu jujur dan berniat membantu. Misalnya mereka tidak hanya bilang ‘kamu toxic’, tapi menyebutkan perilaku tertentu dan kapan itu terjadi. Itu terasa seperti ajakan untuk berubah, bukan hinaan. Di sisi lain, kritik yang selalu samar, menyerang kepribadian, atau diberikan di depan orang banyak biasanya lebih ke arah memancing reaksi atau merendahkan. Yang kedua, perhatikan timing dan frekuensi. Kritik yang muncul sekali-kali saat kamu minta pendapat berbeda dengan komentar yang terus-menerus muncul di momen sensitif. Kalau setiap kali kamu ceritakan masalah, teman itu langsung menghakimi tanpa empati, itu tanda buruk. Aku biasanya menguji dengan menanyakan, ‘Apa maksudmu?’ atau bilang bagaimana perasaanku, dan lihat apakah mereka mau berdiskusi. Kalau mereka defensif, balik menyerang, atau memakai kata-kata kasar, itu bukan jujur yang membangun—itu toxic. Intinya, niat dan efeknya pada dirimu yang menentukan apakah itu kritis atau sekadar jujur.

Bagaimana Cara Bicara Kepada Teman Toxic Adalah Tanpa Memicu Konflik?

4 Answers2025-10-23 00:43:45
Bukan sesuatu yang gampang, tapi aku pernah mencoba cara ini dan hasilnya cukup berbeda. Pertama, aku mulai dengan menjaga jarak emosional: bukan buat dingin, tapi supaya aku nggak langsung terpancing. Saat ngobrol, aku tarik napas, dan pakai kalimat kuratif seperti, 'Aku dengar kamu ngomong begitu, aku pengen ngerti alasanmu.' Teknik ini ngebuat lawan bicara merasa didengar, bukan diserang, jadi mereka nggak perlu langsung bertahan. Kedua, aku konkret dan spesifik. Daripada bilang 'kamu toxic', aku jelaskan perilaku yang nyakitin—misalnya, 'Waktu kamu nyela ide aku di depan teman, aku merasa dilecehkan.' Fokus ke perasaan dan aksi, bukan label. Barengan itu aku juga kasih opsi solusi kecil: minta jeda, atau set aturan obrolan. Cara ini sering nurunin eskalasi dan malah kadang bikin teman sadar tanpa harus berantem. Aku sendiri ngerasa lebih tenang dan kadang dapat respon jujur yang malah bikin hubungan membaik.

Bagaimana Cara Mengatasi Jika Teman Toxic Adalah Sumber Stres?

4 Answers2025-10-23 09:04:50
Ada hal yang kerap bikin kepala kusut: temen yang selalu bikin suasana jadi tegang dan bikin aku overthinking. Pertama, aku mulai dengan nge-label perasaan sendiri—apa yang aku rasakan: capek, cemas, atau marah. Setelah itu aku bikin aturan simpel buat diri sendiri: kapan boleh jawab chat, topik apa yang aku tolerir, dan kapan aku harus ambil jarak. Contohnya, kalau dia suka ngegas di grup soal hal sepele, aku pilih mute grup dulu dan bales personal cuma kalau perlu. Langkah praktis lain yang kupakai adalah menyiapkan skrip singkat—kalimat yang gampang diulang tanpa emosi, misal: "Aku nggak nyaman kalau dibahas gitu, tolong jangan." Kalau batas itu dilanggar terus, aku kurangi frekuensi ketemuan dan kasih konsekuensi: nggak lagi diajak nongkrong bareng atau nggak sharing hal pribadi. Temen toxic kadang baru paham kalau kita konsisten. Di luar itu, aku selalu cari dukungan dari orang lain yang netral, dan nggak ragu bilang stop kalau perlu. Pada akhirnya, menjaga kesehatan mental itu prioritas—lebih baik kehilangan satu relasi yang bikin rusak mood daripada kehilangan rasa aman sendiri.

Apa Langkah Aman Ketika Teman Toxic Adalah Rekan Kerja?

4 Answers2025-10-23 10:40:58
Lingkungan kerja yang penuh dinamika kadang bikin hubungan personal jadi rumit, apalagi kalau teman yang toxic adalah rekan sekantor. Aku mulai dengan menjaga jarak emosional tanpa terlihat dingin: tetap sopan, profesional, dan jawab komunikasi singkat tapi jelas. Kalau obrolan mulai menjurus ke gosip atau sindiran, aku ubah topik atau beri respons netral supaya tidak memberi bahan untuk provokasi. Ini bukan pura-pura baik; ini strategi bertahan yang membuat aku nggak kehabisan energi setiap hari. Catat juga semua interaksi bermasalah—tanggal, waktu, saksi, dan isi percakapan—supaya kalau perlu berbicara ke pihak HR atau atasan, aku punya bukti. Selain itu, aku punya batasan yang jelas: aku tolak diajak hangout yang berpotensi mendramatisir kondisi kerja dan lebih memilih berbicara di tempat umum bila ada urusan penting. Menjaga kesehatan mental itu prioritas, jadi aku juga cari dukungan dari teman kantor lain yang tepercaya supaya nggak merasa sendiri. Di akhirnya, aku ingatkan diri sendiri untuk fokus pada pekerjaan dan tujuan jangka panjang. Bila situasinya makin merusak, aku susun rencana keluar atau pindah divisi—tetap realistis tapi tegas. Rasanya lega ketika aku bisa kembali tenang tanpa drama yang berulang.

Bagaimana Cara Mendiskusikan Toxic Relationship Artinya Dengan Teman Dekat?

5 Answers2025-09-19 03:15:27
Membicarakan tentang toxic relationship dengan teman dekat sebenarnya bisa jadi momen yang sangat membuka mata. Pertama-tama, aku akan memilih waktu yang santai dan relax, seperti di kafe atau saat kita berjalan-jalan. Atmosfer yang tenang sangat membantu. Begitu kami mulai, aku akan mengajak mereka berbagi pengalaman pribadi tentang hubungan yang pernah mereka jalani. Dengan cara ini, aku bisa lebih mudah menghasratkan pemahaman dan empati. Selanjutnya, aku akan mengaitkan pengalaman itu dengan bagaimana ciri-ciri toxic relationship dapat memengaruhi kesehatan mental dan emosional. Menggunakan contoh dari film atau anime yang kami nikmati bisa jadi teknik yang efektif. Misalnya, kita bisa membahas karakter dari 'Kimi no Na wa' yang melewati ketidakpastian emosional. Hal tersebut dapat membuka jalan bagi diskusi yang lebih dalam. Yang paling penting adalah menciptakan suasana di mana mereka merasa nyaman untuk berbagi tanpa merasa dihakimi. Dalam pengalaman pribadiku, berbicara tentang hubungan yang beracun bisa jadi sangat menegangkan. Kadang, kita terlalu membela diri atau merasa bahwa apa yang kita alami seolah normal. Untuk membantu teman, aku suka memulai dengan mendengarkan cerita mereka terlebih dahulu tanpa interupsi. Ini sangat membantu mereka merasa didengar dan lebih terbuka. Aku perhatikan bahwa ketika kita berbicara dalam suasana akrab, itu bisa mendorong mereka untuk lebih jujur tentang perasaan mereka. Pun, menekankan bahwa tidak ada yang salah dalam mendapatkan bantuan jika mereka merasa terjebak sering kali memberikan efek positif. Itu adalah langkah awal yang sangat penting untuk memulai perubahan. Selain itu, aku juga suka melemparkan beberapa pertanyaan reflektif. Misalnya, 'Bagaimana kamu merasa setelah berinteraksi dengan mereka?' atau 'Apa yang terjadi ketika kamu memiliki momen tidak nyaman dengan pasanganmu?' Pertanyaan semacam ini sering kali membuat mereka menyadari dinamika yang sebenarnya terjadi. Salah satu hal penting yang selalu aku ingat adalah untuk menjaga nada suara tetap tenang dan mendukung, seolah-olah kita berjalan bersama di jalur ini. Satu hal lumrah yang bisa sangat memengaruhi diskusi adalah penggunaan kutipan atau gambaran dari media yang mereka kenal. Mengingat bakal banyak dari kita mengaitkan pengalaman pribadi dengan konten yang kita nikmati, seperti dalam 'Attack on Titan,' bisa jadi contoh menarik tentang pengkhianatan dan drama hubungan. Dengan cara ini, kita bisa menciptakan diskusi yang lebih ringan dan relatable. Tapi jangan lupa, jika hubungan tersebut berpotensi membawa kerugian ataupun bahaya fisik, selalu lebih baik mendukung teman untuk mencari bantuan profesional. Menyadari batasan dan kapan harus mendukung dengan alat yang tepat adalah bagian penting dari persahabatan yang sehat. Yang terpenting bagi aku adalah mengingatkan mereka bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan ini, dan alangkah baiknya kita ada untuk saling mendukung.
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status