Satu trik yang selalu kuterapkan sebelum menulis adalah menyiapkan peta cerita kecil: tiga titik utama, satu suasana, dan satu kalimat pembuka yang memancing.
Mulai dari ide sederhana: tentukan konflik kecil yang mudah dijelaskan dalam satu baris—misalnya seseorang menemukan benda lama yang mengubah cara dia melihat hidup. Setelah itu aku buat kerangka cepat: pembuka (setting + tokoh), konflik berkembang (pilihan atau rahasia terbuka), dan penutup yang memberi rasa tuntas atau pertanyaan kecil. Untuk mencapai 500 kata, aku targetkan panjang tiap bagian: 100–150 kata pembuka, 250–300 kata tengah, dan 50–100 kata penutup. Selama menulis pertama, aku fokus pada gambar, tindakan, dan dialog singkat; hindari paragraf narasi yang terlalu panjang yang hanya menjelaskan. Setelah draf, lakukan pemangkasan: buang kata berulang, ganti frasa pasif dengan aktif, dan pastikan setiap kalimat punya tujuan. Kalau butuh contoh praktis, berikut
contoh karangan fiksi sekitar lima ratus kata yang kubuat sendiri untuk menunjukkan struktur dan ritme yang kusarankan.
Mira kembali ke desa pantai dengan tas kain dan ransel lelah, tetapi langkahnya ringan karena ada sesuatu yang menunggu di rumah kecil itu: sebuah kotak kayu di loteng yang selama bertahun-tahun terasa seperti lubang hitam kenangan. Anginnya membawa bau ikan, garam, dan dupa; suara ombak seperti jam yang tak pernah salah. Dia membuka kotak itu perlahan, tangan meraba-mara melalui tumpukan surat dan foto yang pinggirnya menguning. Di antara barang-barang itu, sebuah kerang besar menyelip, dipenuhi pasir halus yang berkilau ketika terkena cahaya sore. Di dalam kerang ada potongan kertas kecil dengan tulisan miring yang pernah ia lihat berkali-kali saat kecil: "Untuk saat kau ragu, dengarkan lautan."
Pesan itu membuatnya tersenyum pahit. Ayahnya dulu selalu berkata dengan suara serak: "Laut punya jawaban kalau kau berani bertanya." Tapi setelah ayah pergi, Mira menutup kata-kata itu dalam kotak agar tak menyakitkan lagi. Kini, duduk di ambang jendela yang memandangi laut, ia membuka kembali ingatan-ingatan: kali pertama mengajarkan dirinya berenang, tawa yang pecah ketika mereka mengejar burung bangau, malam-malam panjang mendengarkan radio tua. Kerang di tangannya terasa hangat, seolah masih menyimpan sisa-sisa percakapan yang pernah ada.
Seorang anak kecil dari rumah sebelah berlari mendekat dengan kertas layang-layang robek di tangannya. "Bu Mira, kompasku hilang di pantai," kata anak itu polos. Mira menatap mata anak itu, dan entah kenapa ia merasa ada persamaan antara kebingungan anak itu dan kekosongan kecil yang selama ini ia rasakan. Mereka berjalan bersama menyusuri garis pantai, bercakap tentang hal-hal sederhana: warna awan, bentuk jejak kaki, bunyi kapal yang jauh. Angin membantu mengangkat sedikit beban di dada Mira; setiap kata yang diucapkan anak itu seperti mengembalikan sesuatu yang pernah ia pikir hilang selamanya.
Di pasir, mereka menemukan sebuah botol kosong yang tersisip pesan lain—sekadar sketsa hati dan tanggal lama, tanpa kata-kata. Mira memegang botol itu dan memikirkan semua pesan yang pernah ia simpan: ada yang menyembuhkan, ada yang membuat takut, dan ada pula yang hanya menunggu waktu tepat untuk dibaca. Saat matahari mulai turun, memecah diri menjadi semburat emas di permukaan laut, Mira menyadari bahwa tidak semua kehilangan harus bertahan selamanya. Terkadang, cukup dengan menatap lagi, berbicara lagi, atau berjalan dengan orang lain, jawaban sederhana muncul perlahan. Dia menaruh kerang dan botol itu di tasnya, bukan sebagai beban, tetapi sebagai tanda bahwa cerita terus berjalan, dan bahwa lautan, seperti hidup, selalu memberi ruang untuk memulai ulang.
Praktik menulis seperti ini bikin aku cepat tahu bagian mana yang perlu dipanjangkan atau dipotong untuk mencapai angka kata yang diinginkan. Kuncinya: tentukan tujuan cerita, tulis tanpa terlalu menghakimi draf pertama, lalu poles dengan teliti sampai ritme dan emosi terasa pas. Kalau kamu sering berlatih dengan kerangka tiga bagian itu, tulisan 500 kata akan terasa seperti permainan—menantang tapi menyenangkan, dan selalu ada ruang untuk kejutan kecil yang membuat pembaca tersenyum atau menegang.