Sakinah kerap dihina dan ditindas oleh keluarga dan rekan kerjanya karena penampilannya yang dekil, dan hanya bekerja sebagai tukang cuci piring. Sakinah bahkan dipaksa Neneknya menikah dengan Juragan Brata sebagai istri ke-7. Hingga ... seorang pria urakan berambut gondrong dan dekil, bekerja sebagai tukang galon melamar Sakinah dengan mahar yang fantastis, 500 juta! Semua orang yang menghina Sakinah pun bungkam! Siapakah identitas sebenarnya pria itu?jangan lupa subscribe ceritanya yaa!
View More1)
"Sakinah, harusnya kamu itu sadar diri! Kamu itu cuma lulusan SMP. Pekerjaan kamu juga nggak jelas. Tampang kamu pun nggak ada bagus-bagusnya. Kamu pikir, ada laki-laki yang mau nikah sama perempuan seperti kamu?" "Dasar perawan tua nggak tahu diri!" "Harusnya kamu ngaca dulu sebelum pilih-pilih suami!" Sakinah hanya bisa diam mendengar hinaan dari keluarganya. Saat ini, gadis itu tengah berkumpul bersama dengan nenek, bibi, dan sepupunya di rumah kecil yang mereka tinggali bersama. "Kamu pengen suami yang kayak apa sih, Sakinah? Harusnya kamu bersyukur, Tante mau ngenalin kamu sama juragan kaya!" omel Tante Nunik. "Jadi perempuan tuh jangan pemilih!" sahut Tante Rara. "Kamu beneran mau jadi perawan tua?" cibirnya. "Kamu nggak suka karena juragan itu udah tua? Kamu pengennya punya suami tajir dan masih muda?" sinis Nenek Widia. "Aku benar-benar nggak habis pikir sama kamu! Kalau kamu mau jadi istri ke-7 Juragan Brata, kamu bisa hidup enak, Sakinah! Kamu nggak perlu jadi tukang cuci piring lagi. Kamu nggak perlu tidur di gudang lagi dan kamu bisa beli banyak baju bagus buat gantiin baju-baju kamu yang kayak gembel itu," seru Tante Nunik. Sakinah masih bungkam. Gadis itu berdiri sembari menunduk dalam-dalam. Sakinah sudah terbiasa menerima omelan seperti ini dari nenek dan bibik-bibinya. Gadis itu juga sudah sering menerima olok-olok dari keluarganya sendiri. Entah sudah berapa kali nenek dan Bibi Sakinah menyebut Sakinah sebagai perawan tua hanya karena Sakinah belum menikah. "Udahlah, Nek! Percuma Nenek ngomong sama lulusan SMP! Mbak Sakinah mungkin lebih seneng jadi tukang cuci piring daripada jadi istri Juragan," celetuk Ratih, anak dari Tante Nunik. "Kamu nggak punya mulut ya, Sakinah? Nenek sama tante kamu ngomong dari tadi, kenapa kamu cuma diam aja?" sentak Nenek Widia. "Maaf, Nek. Sakinah nggak bermaksud bikin Nenek kecewa," ucap Sakinah dengan suara lirih. "Sakinah cuma mau nikah sama orang yang Sakinah suka. Sakinah nggak mau nikah sama juragan itu." Prang! Tante Nunik mengambil gelas, lalu membantingnya ke lantai hingga hancur. "Kamu sadar nggak sih, kamu itu udah jadi aib keluarga! Semua orang ngatain kamu perawan tua, Sakinah. Apa kamu nggak malu? Tante cuma berusaha bantuin kamu buat nyari calon suami yang baik." Sakinah diomeli habis-habisan, hingga gadis itu tak berkutik sedikitpun. Semua orang terus memojokkan dirinya dan tak ada satu pun keluarganya yang membelanya. "Dengar Nenek baik-baik, Sakinah! Kalau kamu nggak nikah-nikah dan cuma bikin Nenek malu, nenek nggak akan biarin kamu tinggal di sini lagi!" seru Nenek Widia. Sakinah tertawa dalam hati. "Rumah kan ini milik aku, tapi kenapa aku yang harus terusir dari sini?" batin Sakinah. Seharusnya, Sakinah menempati rumah peninggalan mendiang ayahnya seorang diri saat ini. Ayah Sakinah baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu dan membuat Sakinah menjadi yatim piatu. Meski hanya lulusan SMP dan mempunyai pekerjaan serabutan, setidaknya Sakinah mempunyai rumah yang nyaman untuk ia tinggali. Namun, sayangnya rumah yang ia anggap surga, tiba-tiba berubah menjadi neraka setelah nenek dan tantenya tiba-tiba muncul sebagai benalu. Nenek Widia yang tinggal mengontrak bersama dengan dua anaknya yang sudah menjanda, mendadak datang ke rumah Sakinah dan menawarkan diri untuk menemani Sakinah. Dengan alasan kasihan pada Sakinah yang sudah tidak punya orang tua, mereka berhasil masuk ke rumah Sakinah dan mengambil alih rumah gadis itu. "Sakinah, coba kamu pikir-pikir lagi tawaran dari Mbak Nunik. Kalau kamu nolak Juragan Brata, kemungkinan kamu nggak akan nikah seumur hidup!" seru Tante Rara sebelum pergi meninggalkan ruang tamu. Sakinah nampak jengah mendengar kata "menikah". Nenek dan bibinya selalu mendorong Sakinah untuk segera mempunyai pasangan, hingga mereka menyodorkan sembarang pria untuk Sakinah. "Udah jam segini, ya? Aku harus buru-buru berangkat ke warung," gumam Sakinah. Untungnya Sakinah sudah kebal. Ia tak mau mengambil pusing tingkah keluarganya yang seenaknya padanya. Gadis itu bergegas berangkat menuju ke warung soto yang berada tak jauh dari pasar. Di warung soto yang cukup besar itulah, Sakinah mencari nafkah di sana dengan menjadi tukang cuci piring. "Sakinah, ini udah jam berapa? Kenapa kamu baru muncul sekarang? Kamu sengaja datang telat, ya?" Baru saja tiba di tempat kerja, gadis itu sudah disambut omelan oleh pemilik warung tempatnya bekerja. "M-maaf, Bu. Bukannya saya nggak telat hari ini? Biasanya juga saya datang ke warung jam 10.00," ujar Sakinah memberikan pembelaan. "Kamu mau ngelawan saya?" hardik pemilik warung. "Saya udah bilang, hari ini warung akan buka lebih awal. Kuping kamu ke mana, hah? Harusnya kamu datang ke warung 1 jam yang lalu!" "Nggak ada yang bilang sama saya kalau hari ini warung buka lebih awal," ujar Sakinah. Sakinah melirik ke arah teman-temannya. Nampaknya mereka semua bersekongkol untuk tidak memberitahu Sakinah mengenai perubahan jam buka warung. Situasi di tempat kerja Sakinah tak jauh berbeda dari kondisi di rumah Sakinah. Di tempat kerja, gadis itu juga menerima perlakuan tak menyenangkan dari teman-temannya. "Hari ini kamu harus lembur sampai malam!" seru pemilik warung. "Kamu harus lembur tanpa dibayar." Sakinah menghela napas pasrah. Sudah kerap kali gadis itu menerima perlakuan tidak adil selama bekerja di warung soto tersebut, tapi Sakinah tak bisa melakukan apa pun untuk membela diri. Karena Sakinah membutuhkan pekerjaan ini, mau tak mau Sakinah harus terus bertahan di warung soto tersebut meskipun gadis itu ditindas oleh banyak orang. "Sakinah, kamu mandi nggak sih kalau mau berangkat kerja? Muka kamu makin lama makin kucel," ejek teman-teman Sakinah. "Pantas aja kamu belum nikah sampai sekarang. Siapa orang yang mau nikah sama perempuan dekil kayak kamu?" sahut yang lain. "Dengar-dengar, kamu juga nggak pernah punya pacar, ya? Masa' nggak ada tukang bangunan yang mau sama kamu? Kalau kamu mau, aku bisa kenalin tukang ojek sama kamu." Sakinah tidak menggubris. Gadis itu terus fokus mencuci piring-piring kotor yang menumpuk di hadapannya, sementara teman-temannya asyik menggosip tanpa mengerjakan tugas mereka. Hari-hari seperti inilah yang dijalani oleh Sakinah selama beberapa bulan terakhir. Gadis itu harus bertahan melewati banyak tekanan di mana pun ia berada. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, Sakinah sudah tidak mempunyai tempat untuk bersandar. Gadis itu harus menghadapi dunia yang keras tanpa dukungan keluarga maupun teman. "Tapi ... sekarang aku nggak akan sendirian lagi," ucap Sakinah seraya menggenggam tangan seorang pemuda yang berdiri di sampingnya. Gadis yang selalu mendapat ejekan perawan tua itu, tiba-tiba pulang ke rumah dengan menggandeng seorang laki-laki. Di depan seluruh anggota keluarga, Sakinah dengan lantang memperkenalkan pria berambut gondrong dan berjenggot tebal yang dibawa pulang olehnya. "Ini Mas Teguh. Calon suami aku." ***"Nenek apa-apaan, sih? Kenapa Nenek ngomong gitu sama Juragan Brata? Sejak kapan aku bilang aku mau nikah sama Juragan Brata?" protes Sakinah pada Nenek Widia begitu mereka pulang ke rumah."Kamu masih berharap sama tukang galon itu? Dia nggak mungkin bisa bawa uang yang Nenek minta, kan? itu artinya dia nggak akan nikahin kamu. Daripada kamu nyari calon suami lain, mendingan kamu langsung nikah sama Juragan Brata!""Tapi, Nek ...."Nenek Widia melotot ke arah Sakinah. "Belakangan ini kamu jadi sering banget sih ngelawan Nenek?" sentak Nenek Widia. Sakinah membungkam mulut rapat-rapat. Sang nenek pun mencengkram tangan Sakinah, kemudian menarik paksa cucunya itu menuju ke kamar."Diam di sini, jangan pergi ke mana-mana! Kamu nggak boleh keluar dari kamar ini sampai hari pernikahan kamu sama Juragan Brata ditentukan!" seru Nenek Widia.Nenek Widia langsung menutup pintu, kemudian mengunci ruangan tersebut dari luar. Sakinah segera berlari menjangkau pintu, tapi sayang ia tak berhasil
Sakinah tak sempat berbincang lama dengan Teguh. Setelah mengucapkan beberapa kata pada Sakinah, Teguh lagi-lagi menghilang. Pria itu berjanji akan datang dengan membawa uang, tapi Sakinah tak yakin akan bisa memenuhi syarat dari Nenek Widia."Sakinah, sini buruan! Tante mau ngomong sama kamu!"Baru saja Sakinah membuka pintu rumah usai kembali dari tempat kerja, gadis itu langsung dihadang oleh Tante Rara dan diseret menuju ke kamar. "Ada apa, Tante?"Tante Rara mengambil beberapa pakaian, kemudian melemparnya ke arah Sakinah. "Ganti baju pakai ini sekarang!" perintah Tante Rara."Kenapa aku harus ganti baju?""Nggak usah banyak tanya! Cepat lepas baju kamu yang udah bau keringat itu!" seru Tante Rara.Sakinah mengambil pakaian tersebut, lalu membawanya pergi ke kamar mandi. Sakinah memeriksa pakaian itu terlebih dahulu sebelum mengenakannya. "Kenapa Tante ngasih aku baju kayak gini?" gumam Sakinah merasa tak nyaman melihat pakaian kurang bahan yang ada di tangannya.Tante Rara memb
"Kamu harus siapin uang dapur 200 juta."Itulah syarat yang diajukan oleh Nenek Widia pada Teguh. Secara tak langsung, Nenek Widia berusaha menghalangi hubungan Sakinah dan Teguh. Wanita tua itu memeras Teguh dengan meminta sejumlah uang yang tak mungkin bisa didapat oleh Teguh dalam waktu singkat."Sebelum kamu datang ke sini, Sakinah sempat dilamar sama orang lain," ungkap Nenek Widia. "Kamu tahu nggak berapa mas kawin yang ditawarin sama orang yang ngelamar Sakinah sebelumnya?"Siapa lagi orang yang dimaksud oleh Nenek Widia kalau bukan Juragan Brata. Sebagai tuan tanah dan juragan paling kaya di kampung mereka, tentu tak sulit bagi Juragan Brata untuk memberikan mas kawin pada Sakinah dalam jumlah besar."Sakinah akan dikasih mas kawin emas 100 gram sama uang 100 juta. Nenek juga akan dikasih uang dapur 150 juta," ungkap Nenek Widia. "Kalau kamu mau nikah sama Sakinah, harusnya kamu kasih mas kawin sama uang dapur lebih besar. Sakinah sampai menolak lamaran dari juragan, cuma demi
"Aku akan menikah dengan Mas Teguh."Nenek Widia, Tante Rara, dan Tante Nunik langsung menatap Teguh dan memandangi pemuda itu dari ujung kaki hingga kepala. Terlihat sekali kalau mereka meremehkan Teguh hanya karena penampilan Teguh.Pemuda yang berdiri di samping Sakinah saat ini memang tidak memiliki penampilan yang mencolok. Teguh sudah berusaha memakai pakaian rapi, tapi tetap saja baju yang melekat di tubuh pria itu nampak lusuh. Ada sedikit sobekan di sepatu yang dipakai oleh Teguh, dan celana yang dikenakan olehnya juga terlihat Kumal.Tak hanya itu, rambut gondrong dan jenggot tebal yang bertengger di wajah pemuda itu membuat keluarga Sakinah makin tak suka. Penampilan luar yang ditunjukkan oleh Teguh tak jauh berbeda dari preman-preman yang sering berkeliaran di jalanan."Apa Sakinah udah nggak waras? Dia mau nikah sama gembel?" bisik Tante Rara pada Tante Nunik."Kayaknya memang ada yang salah sama otak Sakinah. Bisa-bisanya, dia bawa preman jelek ini ke rumah," sahut Tante
1)"Sakinah, harusnya kamu itu sadar diri! Kamu itu cuma lulusan SMP. Pekerjaan kamu juga nggak jelas. Tampang kamu pun nggak ada bagus-bagusnya. Kamu pikir, ada laki-laki yang mau nikah sama perempuan seperti kamu?""Dasar perawan tua nggak tahu diri!""Harusnya kamu ngaca dulu sebelum pilih-pilih suami!"Sakinah hanya bisa diam mendengar hinaan dari keluarganya. Saat ini, gadis itu tengah berkumpul bersama dengan nenek, bibi, dan sepupunya di rumah kecil yang mereka tinggali bersama."Kamu pengen suami yang kayak apa sih, Sakinah? Harusnya kamu bersyukur, Tante mau ngenalin kamu sama juragan kaya!" omel Tante Nunik."Jadi perempuan tuh jangan pemilih!" sahut Tante Rara. "Kamu beneran mau jadi perawan tua?" cibirnya."Kamu nggak suka karena juragan itu udah tua? Kamu pengennya punya suami tajir dan masih muda?" sinis Nenek Widia."Aku benar-benar nggak habis pikir sama kamu! Kalau kamu mau jadi istri ke-7 Juragan Brata, kamu bisa hidup enak, Sakinah! Kamu nggak perlu jadi tukang cuci
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments