Berapa Harga Buku Fiksi Dan Non Fiksi Terbitan Indie Biasanya?

2025-09-08 03:58:14 215

5 Answers

Priscilla
Priscilla
2025-09-09 20:20:45
Di teleponku ada foto rak buku indie-ku yang penuh variasi; dari situ aku sering menilai apakah harga itu masuk akal.

Secara praktis: kalau kamu cari fiksi indie, targetkan Rp20.000–Rp120.000 tergantung format. Untuk non-fiksi yang mendalam, anggap Rp80.000–Rp250.000 sebagai kisaran umum di pasar lokal. Perlu diingat juga ongkos kirim kalau beli fisik—kadang itu yang bikin pembelian terasa mahal, bukan harga bukunya sendiri.

Saran kecil dariku: cek dulu sample atau review, bandingkan edisi digital vs cetak, dan kalau penulis indie itu baru tapi menjanjikan, dukung lewat preorder atau bundel karena itu banyak membantu mereka tetap berkarya. Aku biasanya merasa lebih puas saat tahu buku yang kubeli benar-benar dibuat dengan serius.
Caleb
Caleb
2025-09-11 05:58:55
Di catatan kecilku, aku selalu mencatat harga-harga buku indie yang kupantau di toko online dan bazar lokal.

Kalau bicara angka kasar yang sering kuberjumpa: untuk versi digital (ebook) biasanya penulis indie di Indonesia memasang harga antara Rp10.000 sampai Rp60.000—seringnya di kisaran Rp20.000–Rp40.000 untuk novel panjang. Untuk versi cetak print-on-demand (paperback) harga umum berkisar antara Rp60.000 hingga Rp180.000, tergantung jumlah halaman, kualitas kertas, desain sampul, dan apakah ada tanda tangan/tambahan seperti ilustrasi full color.

Non-fiksi indie cenderung sedikit lebih mahal karena riset dan referensi: aku sering lihat rentang Rp80.000–Rp250.000 untuk buku cetak non-fiksi yang panjang atau khusus (mis. topik teknis, panduan, atau biografi kecil). Intinya, ada banyak variabel—panjang buku, biaya cetak, margin toko, dan strategi penulis. Aku biasanya mengecek sample bab atau preview sebelum memutuskan, karena harga kadang sepadan kalau isi dan tata letak rapi.
Oliver
Oliver
2025-09-12 07:30:21
Baru saja kupikir soal buku indie saat antri di kedai kopi: cepat dan to the point, harga ebook biasanya Rp10.000–Rp50.000, cetak Rp60.000–Rp180.000.

Kalau kamu kolektor, perhatikan edisi terbatas atau signed copy—itu yang bikin harga cetak naik lumayan. Untuk non-fiksi yang niche (misal teknik tertentu atau penelitian populer), jangan kaget kalau harganya lebih mahal karena pasar yang lebih kecil tapi judged value lebih tinggi. Di akhir hari, aku memilih berdasarkan apakah buku itu terasa dibuat dengan perhatian pada isi dan desain; kalau iya, rela bayar sedikit lebih.
Piper
Piper
2025-09-12 22:56:26
Ada sisi bisnis yang selalu menarik perhatianku saat ngomongin harga buku indie: penetapan harga itu kombinasi antara biaya produksi, ekspektasi pasar, dan positioning.

Untuk gambaran global yang kubaca: di Amazon KDP, banyak indie menaruh ebook antara US$0.99 sampai US$9.99, dengan sweet spot sekitar US$2.99–US$4.99 untuk mendapatkan royalti lebih baik. Di pasar Indonesia, konversinya membuat harga ebook ideal sering di kisaran Rp20.000–Rp45.000. Untuk cetak POD, biaya cetak per buku (tergantung halaman & warna) sering jadi patokan utama—kalau biaya cetak misal Rp40.000 per eksemplar, penulis biasanya menambah margin 30–100% tergantung eksklusivitas.

Non-fiksi biasanya punya willingness-to-pay lebih tinggi karena pembaca menganggapnya sebagai investasi pengetahuan, jadi penulis indie yang serius sering memasang harga lebih tinggi dan menawarkan paket seperti workbook atau akses materi tambahan. Aku suka membandingkan penetapan harga ini seperti strategi marketing kecil: diskon pre-order, bundling, atau edisi terbatas bisa menaikkan perceived value tanpa menurunkan standar karya.
Wyatt
Wyatt
2025-09-14 15:42:38
Di kamarku penuh buku, aku sering membandingkan harga indie tiap genre.

Sederhananya: ebook indie lebih murah daripada cetak. Di pasar lokal, ebook sering dipatok Rp15.000–Rp45.000. Kalau penulis jual langsung tanpa perantara, kadang aku nemu harga lebih murah atau bundel (mis. serial 3 buku diskon). Untuk cetak, novel indie standar (sekitar 200–350 halaman) biasanya Rp75.000–Rp140.000; kalau pakai kertas bagus atau hardcover sekali cetak terbatas, bisa tembus Rp200.000 ke atas.

Hal yang kupelajari: non-fiksi cenderung dijual lebih mahal karena dianggap bernilai rujukan, sementara fiksi sering ditentukan oleh reputasi penulis dan estetika fisik buku. Aku sering nunggu promo atau pre-order untuk dapat harga lebih ramah di kantong.
View All Answers
Scan code to download App

Related Books

Harga Suamiku
Harga Suamiku
Bagaimana rasanya, jika suamimu ada yang melamar. Seorang wanita yang kaya raya, dan juga seorang janda cantik yang hidup kesepian di tengah keramaian. Apakah seorang Gita Larasati wanita sederhana, mampu mempertahankan rumah tangganya?
10
16 Chapters
Demi Harga Diri
Demi Harga Diri
Hidup Araya Kalista berubah 180° setelah sang ibu menikah lagi dengan duda kaya raya. Meski ayah tirinya yang sangat menyayangi Araya, sang kakak tiri justru tak segan menyakitinya di belakang semua orang. Namun, Araya tak berani mengadukan itu semua karena kakak tirinya mengancam untuk menyakiti ibu Araya. Lantas, bagaimana Araya bisa bertahan dengan kerasnya hidup di keluarga besar ayah sang tiri itu yang tidak pernah menghargainya?
10
11 Chapters
Nikah Non Exclusive
Nikah Non Exclusive
Pernikahan kok ada perjanjian dan hak-hak tak eksklusif. Apa jadinya? Kim Tan dan Amy mengalaminya. Namun, tiba-tiba cinta bersemi, saat mantan kekasih kembali. Apa yang akan dilakukan Kim Tan dan Amy? Perbaruan atau putus kontrak? *** Dengan pikiran polos, Amy masuk perlahan. Suara aneh itu semakin terdengar jelas saat Amy melangkah semakin dalam. Kini, Amy berada tepat di depan ranjang, pemandangan mengejutkan pun terpindai oleh netranya. Tepat di hadapannya dua sejoli sedang bergumul tanpa sehelai kain pun, di atas ranjang. “Apa yang kalian lakukan?” sentak Amy. Sontak kedua orang yang sedang asyik dalam permainannya tersebut terusik, lalu terhenyak dan berhenti sejenak. “Wua!” “Amy!” Amy termenung, baru kali ini dia melihat hal seperti itu selama hidupnya. “Apa yang kalian lakukan?” Sekali lagi Amy bertanya dengan intonasi tinggi. “Aish! Apa kau tidak lihat, aku sedang bersenang-senang!" teriak si pria, tak kalah emosi. “Tapi ini kamarku!” hardik Amy, kesal. Apa yang akan Amy perbuat selanjutnya?
10
9 Chapters
Tentang Harga Diri
Tentang Harga Diri
Nicko hanyalah seorang menantu yang tak diharapkan oleh keluarga Windsor. Pernikahannya dengan Josephine, awalnya hanya untuk membalas budi pada Tuan Gilbert Windsor yang banyak membantunya sejak kecil. Meski Josephine memperlakukan Nicko cukup baik dan layak senagai suami, tapi tidak dengan keluarga besarnya. Bagi keluarga besar Windsor, Nicko hanyalah sampah pengganggu. "Jadi, kamu ke sini tidak bawa apa-apa?Memalukan sekali hidupmu," ejek Armando kakak iparnya."Armando, apa kau lupa kalau selama ini ia menumpang hidup pada Josephine dan mertuanya? Dia kan pengangguran," tambah Damian, sepupu Josephine. Begitulah kehidupan Nicko yang selalu menjadi bahan tertawaan dimanapun ia berada. Tentu saja hal ini membuat Josephine semakin bernilai rendah di mata keluarganya yang masih kolot. Hingga suatu hari, Nicko mendapatkan hadiah tak terduga. Ia dipertemukan oleh ayah kandungnya, Phillip Lloyd yang menduduki strata teratas dalam piramida status sosial.Keadaan pun berbalik, Nicko tak lagi menganggap uang adalah masalah. Namun ia memilih untuk menyembunyikan identitas diri yang sebenarnya. Apakah alasan yang sebenarnya? Ikuti terus perjalanan Nicholas Lloyd.
9
1073 Chapters
BUKU TERLARANG
BUKU TERLARANG
nama: riven usia: 22-25 tahun (atau mau lebih muda/tua?) kepribadian: polos, agak pendiam, lebih suka menyendiri, tapi punya rasa ingin tahu yang besar latar belakang: mungkin dia tumbuh di panti asuhan, atau dia hidup sederhana di tempat terpencil sebelum semuanya berubah ciri fisik: rambut agak berantakan, mata yang selalu terlihat tenang tapi menyimpan sesuatu di dalamnya, tinggi rata-rata atau lebih tinggi dari kebanyakan orang? kelebihan: bisa membaca kode atau pola yang orang lain nggak bisa lihat, cepat belajar, dan punya daya ingat yang kuat kelemahan: terlalu mudah percaya sama orang, nggak terbiasa dengan dunia luar, sering merasa bingung dengan apa yang terjadi di sekitarnya
Not enough ratings
24 Chapters
Harga diri lelaki
Harga diri lelaki
Cerita ini hanya sebuah karangan belakang tokah dan karakter semua tidak sama dengan penulis.Menceritakan tetang seorang pria dari desa yang mengadu nasip di jakarta namu nasipnya selalu di hina sang istri, hingga suatu ketika iya menjadi orang yang memiliki segalanya karena babtuan dari ayah kandungnya, yang telah meninggalkan dia dari kecil.
10
19 Chapters

Related Questions

Bagaimana Penerbit Memilih Buku Fiksi Dan Non Fiksi Baru?

5 Answers2025-09-08 08:59:12
Aku sering berpikir proses memilih buku itu seperti audisi band—banyak yang datang, cuma sedikit yang bisa jadi headline. Pertama, penerbit biasanya mulai dari naskah atau proposal. Untuk fiksi, naskah lengkap dengan sampel bab yang kuat itu penting; untuk nonfiksi, proposal yang menjelaskan ide, audiens, dan rencana pemasaran sering jadi pintu masuk. Agen literer membantu banyak penulis karena mereka sudah punya jaringan dan tahu selera editor. Setelah masuk, naskah akan dibaca oleh editor akuisisi yang menilai kualitas tulisan, orisinalitas, dan potensinya di pasar. Lalu ada tahap kolegial: akuisisi sering memerlukan persetujuan tim—editor, pemasaran, penjualan, kadang keuangan. Mereka membahas proyeksi jualan, target pembaca, dan apakah naskah cocok dengan daftar terbitan. Faktor lain yang sering memutuskan adalah timing (apakah tema sedang tren), komparatif buku lain, dan juga apakah penulis punya platform untuk promosi. Intinya, pilihannya campuran antara rasa, data, dan peluang bisnis—bukan cuma soal bagusnya ceritanya saja. Aku selalu terpesona melihat bagaimana unsur kreatif dan komersial itu beradu untuk mengangkat satu buku ke rak toko.

Bagaimana Saya Memilih Buku Fiksi Dan Non Fiksi Terbaik?

4 Answers2025-09-08 18:30:35
Ada ritual kecil yang selalu aku jalankan sebelum membeli buku: baca sinopsis, cek 2–3 review, lalu baca beberapa halaman pertama. Dua hal utama yang kupertimbangkan adalah tujuan dan suasana hati. Kalau mau belajar sesuatu yang konkret, aku cari non-fiksi yang jelas strukturnya—ada daftar isi yang rapi, referensi, dan gaya bahasa yang nggak berputar-putar. Contohnya, ketika aku mau masuk topik sejarah populer, aku pilih yang mirip dengan 'Sapiens' karena alurnya naratif tapi tetap berbasis riset. Untuk fiksi, aku lebih mengutamakan suara penulis: apakah kalimatnya mengundang rasa ingin tahu? Apakah karakter terasa hidup? Bacalah bab pertama; kalau kalimat pembuka membuatku ingin terus, itu tanda bagus. Aku juga menimbang waktu yang kubuat untuk membaca. Buku tebal dan padat cocok buat akhir pekan panjang, sedangkan novel mood-driven enak dinikmati di malam hari. Jangan remehkan rekomendasi perpustakaan atau teman yang gaya bacanya mirip—sering kali mereka tahu selera kita lebih baik. Intinya, kombinasikan tujuan, sampel, dan mood, lalu beri diri izin untuk meninggalkan buku jika nggak klik. Aku selalu merasa lebih lega setelah keputusan itu.

Siapa Penulis Yang Menggabungkan Buku Fiksi Dan Non Fiksi Terkenal?

5 Answers2025-09-08 00:00:10
Selama bertahun-tahun aku mengumpulkan tumpukan buku dari rak-rak pasar loak, dan dari sana aku mulai mengenali pola: banyak penulis besar menulis baik fiksi maupun nonfiksi dengan sama meyakinkannya. Salah satu contoh favoritku adalah Umberto Eco — dia terkenal lewat novel misteri intelektual 'The Name of the Rose', tapi juga menulis pemikiran-pemikiran nonfiksi tipis seperti 'Travels in Hyperreality' dan esai tentang semiotika yang kaya. Itu menunjukkan betapa mudahnya pemikiran teoretisnya mengalir ke dalam narasi fiksi. Di sisi lain, penulis seperti Joan Didion menonjol karena dualitas itu juga. Novel seperti 'Play It as It Lays' berdampingan dengan kumpulan esai klasik 'The White Album' yang penuh observasi budaya. Begitu pula Salman Rushdie yang menulis fiksi magis di 'Midnight's Children' dan kumpulan esai serta kritik politik dalam 'Imaginary Homelands'. Kalau ditanya siapa yang menggabungkan keduanya — jawabannya bukan satu nama saja, melainkan tradisi panjang penulis yang menyeberangi batas genre: Umberto Eco, Joan Didion, Salman Rushdie, Margaret Atwood, Truman Capote, dan banyak lagi. Setiap orang membawa keunikan; beberapa menggunakan nonfiksi untuk menguji gagasan yang kemudian masuk ke fiksi, sementara yang lain menggunakan fiksi untuk memberi warna pada analisis nyata. Itu yang selalu membuat koleksi bukuku terasa hidup.

Apa Kriteria Saya Menilai Buku Fiksi Dan Non Fiksi Populer?

5 Answers2025-09-08 17:44:20
Garis besar penilaianku biasanya mulai dari seberapa cepat sebuah buku berhasil membuatku lupa waktu. Pertama, untuk fiksi aku menilai pembukaan dan ritme: apakah bab pertama punya daya tarik, apakah konflik muncul cukup cepat tanpa terasa dipaksa, dan apakah tokoh-tokohnya terasa hidup. Prosa penting—bukan cuma kata-kata indah, tapi kejelasan dan konsistensi suara narator. Dunia yang dibangun harus punya aturan internal yang konsisten; kalau fantasy atau sci‑fi, dunia itu harus terasa logis di dalam dunianya sendiri. Tema dan resonansi emosional juga krusial: aku suka cerita yang tetap menghantui setelah halaman terakhir. Untuk nonfiksi, prioritasku beralih ke kredibilitas penulis, kualitas riset, dan struktur argumen. Sumber yang jelas, catatan kaki yang rapi, dan keterbukaan terhadap kontra-argumen membuat bukunya bisa dipercaya. Kedua, aspek praktis seperti editing, tata letak, dan terjemahan (jika ada) sering menentukan apakah aku akan merekomendasikan buku tersebut. Buku populer yang baik menggabungkan isi yang kuat dengan presentasi yang memudahkan pembaca — itu membuat pengalaman membaca menyenangkan, bukan berat. Di akhir, aku menilai juga nilai tahan lama: apakah buku ini akan kubawa lagi ke rak atau hanya sekadar bacaan sekali pakai.

Di Mana Saya Menemukan Rekomendasi Buku Fiksi Dan Non Fiksi?

5 Answers2025-09-08 17:17:23
Ada beberapa tempat favoritku untuk cari rekomendasi buku fiksi dan nonfiksi, dan aku selalu senang mencampur sumber online dengan saran dari orang nyata. Pertama, aku sering mengintip daftar di 'Goodreads'—fitur list dan review pembaca itu bagus buat lihat apakah sebuah buku cocok dengan seleraku. Lalu ada subreddit seperti r/suggestmeabook atau r/books yang kerap memberi rekomendasi tak terduga dari orang-orang dengan preferensi spesifik. Untuk nonfiksi, newsletter seperti 'The New York Times Book Review' atau blog dari penulis yang aku ikuti memberi highlight judul-judul yang serius dan sumber penelitian tambahan. Di sisi lain, aku juga mengikuti creator di TikTok (BookTok) dan beberapa bookstagram di Instagram; mereka sering memicu rasa penasaran dengan review singkat dan kutipan. Kalau mau yang kurasi lebih rapi, cek juga list penghargaan seperti Booker, Pulitzer, atau daftar bacaan universitas. Kombinasikan semua itu: daftar populer, review mendalam, dan rekomendasi teman—selalu ada buku bagus yang menunggu ditemukan, dan rasanya makin greget kalau nemunya tanpa sengaja saat lagi scrolling.

Apakah Saya Bisa Menulis Buku Fiksi Dan Non Fiksi Sekaligus?

5 Answers2025-09-08 23:34:00
Garis besar: bisa banget, dan itu malah kaya main multi-class di game favoritku. Aku sering bercampur antara fantasi liar dan catatan observasi dunia nyata, jadi menulis fiksi dan nonfiksi sekaligus terasa alami. Bedanya cuma mindset: fiksi butuh imajinasi bebas, tokoh yang hidup, dan plot yang mengikat; nonfiksi butuh struktur, data yang bisa dipertanggungjawabkan, dan suara otoritatif. Supaya nggak keliru, aku pakai dua ’mode’—satu untuk masuk ke kepala karakter, satu lagi untuk menyusun argumen dan sumber. Gunakan folder terpisah, outline berbeda, dan deadline realistis. Praktisnya, aku atur hari atau sesi khusus: pagi buat riset nonfiksi, malam buat menulis fiksi, atau minggu ganjil/fgen. Branding juga penting kalau mau diterbitkan: pembaca sering suka konsistensi, jadi pertimbangkan nama pena kalau kedua genre sangat berbeda. Di sisi pemasaran, manfaatkan crossover—ide dari nonfiksi bisa memperkaya latar fiksi, dan cerita fiksi bisa jadi studi kasus menarik. Kalau motivasi dan disiplin terjaga, menulis keduanya malah bikin skill saling melengkapi. Aku merasa lebih tajam ketika bisa pindah-pindah gaya, dan itu bikin proses menulis lebih seru daripada monoton. Akhirnya, nikmati perjalanan dan jaga stamina kreatifmu.

Mengapa Saya Harus Membaca Buku Fiksi Dan Non Fiksi Campuran?

5 Answers2025-09-08 02:09:25
Garis besar yang selalu bikin aku balik ke campuran fiksi dan non-fiksi adalah cara keduanya membuat otak bergerak ke arah berbeda tapi saling melengkapi. Fiksi memberikan latihan empati: aku belajar merasakan sudut pandang karakter, membayangkan dunia yang penuh detail, dan terbiasa membaca motif manusia yang rumit. Non-fiksi, di sisi lain, memberi kerangka nyata—data, sejarah, atau konsep yang merapikan gambaran yang tadi kubangun lewat cerita. Setelah membaca 'Dune' aku bisa saja tenggelam dalam epik politik dan ekologi, lalu menyelesaikan 'Sapiens' untuk memberi konteks sejarah soal bagaimana masyarakat terbentuk. Gabungan itu membuat pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari fiksi jadi bisa kusiapkan dengan konteks yang lebih kuat. Dua jenis bacaan ini juga menjaga kebosanan. Kalau moodku butuh hiburan emosional, aku ambil fiksi; kalau ingin menajamkan pola pikir, aku pilih non-fiksi. Kombinasinya membuat proses membaca terasa seperti diet mental yang seimbang—lebih tajam dan lebih berwarna. Aku selalu pulang dengan ide-ide baru dan rasa ingin tahu yang nggak gampang padam.

Bagaimana Saya Menyusun Rak Buku Fiksi Dan Non Fiksi Di Rumah?

6 Answers2025-09-08 07:21:47
Susunanku biasanya mulai dengan membagi ruang jadi zona kecil—itu trik yang selalu kuandalkan. Pertama, aku buat dua area besar: satu untuk fiksi dan satu lagi untuk nonfiksi. Di area fiksi, aku group berdasarkan genre (fantasi, sci-fi, misteri) lalu susun seri berurutan supaya mudah diambil kalau mau maraton baca. Di nonfiksi, aku bagi lagi menurut fungsi: referensi cepat (biografi, sejarah), praktis (self-help, teknik), dan bacaan berat (teori, akademik). Aku sering menaruh buku yang sedang ku baca atau yang mau kubaca setelah makan malam di level mata supaya enggak lupa. Praktisnya: gunakan kombinasi vertikal dan horizontal. Tumpukan horizontal berguna untuk melindungi punggung buku lama atau untuk memisahkan subkategori kecil. Sisipkan beberapa barang dekoratif kecil—tanaman atau poster favorit—supaya rak enggak terasa monoton. Kalau ada buku yang jarang dibuka, pindahkan ke rak atas atau bawah agar ruang utama dipakai untuk koleksi favorit. Akhirnya, buat label sederhana kalau koleksimu mulai banyak; itu menyelamatkanku dari kebingungan ketika sedang buru-buru mencari referensi. Menata rak itu soal fungsi dan kenyamanan, bukan estetika semata—tapi kalau bisa keduanya, lebih menyenangkan. Aku selalu tersenyum lihat rak yang rapi saat mau membaca sebelum tidur.
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status