Siapa Penulis Yang Paling Terkenal Menggunakan Tema Menunggu Cinta?

2025-09-07 18:06:29 184

3 Answers

Chase
Chase
2025-09-12 18:11:58
Di benakku satu nama yang langsung muncul adalah Gabriel García Márquez. Untukku, tak banyak penulis yang merekam gagasan menunggu cinta seintens dan sedalam ia lakukan di 'Love in the Time of Cholera'. Florentino Ariza menunggu puluhan tahun demi Fermina Daza, dan itu bukan sekadar plot romantis klise—Márquez menenun memori, obsesi, time-lapse kehidupan, serta absurditas cinta menjadi sebuah eksperimen emosional yang membuat pembaca ikut menimbang: sampai kapan menunggu itu mulia, dan kapan ia berubah menjadi konsumsi diri.

Aku sering membayangkan diriku di antara halaman-halaman itu, tersenyum getir saat membaca daftar cinta-cinta Florentino; ada kebesaran sekaligus kegilaan di sana. Gaya magis Márquez memberikan lapisan mistik pada penantian: cinta tak hanya menunggu secara kronologis, tapi menunggu di memori, dalam ritual, dan dalam harap yang tak pernah lenyap. Kalau ditanya siapa yang paling terkenal memakai tema menunggu cinta, dari sudut pandang pembaca yang haus cerita besar dan romantis namun pahit, Márquez jelas menempati posisi teratas.

Tentu ada pesaing kuat lain—F. Scott Fitzgerald dengan 'The Great Gatsby' yang menghadirkan Jay Gatsby sebagai ikon pria yang menunggu Daisy, penuh glamor dan tragedi. Meski begitu, skala waktu dan cara Márquez mengeksplorasi penantian membuatnya terasa ikonik dan tak terlupakan bagiku.
Nina
Nina
2025-09-12 23:01:20
Nama lain yang sering kukatakan ketika ngobrol panjang soal tema ini adalah F. Scott Fitzgerald. Dalam 'The Great Gatsby' penantian cinta diwujudkan lewat Gatsby yang menata seluruh hidupnya untuk kembali pada Daisy; itu adalah penantian yang glamor namun hampa, simbol harapan Amerika sekaligus ilusi pribadi.

Dalam perspektif yang lebih sastra klasik, Marcel Proust juga layak disebut. Di 'In Search of Lost Time' ada bentuk menunggu yang berbeda—lebih internal, berupa rindu yang tumbuh dalam ingatan dan nostalgia. Bukan penantian dramatis seperti di Márquez atau Fitzgerald, melainkan penantian yang tersimpan dalam detil-detil kecil yang menumpuk sepanjang hidup.

Jadi kalau harus memilih siapa yang paling terkenal memakai tema menunggu cinta, aku cenderung menyebut Márquez karena cakupannya luas dan dampaknya kuat pada pembaca modern. Namun secara historis dan estetis, Fitzgerald dan Proust memberikan nuansa berbeda yang sama kuatnya: Gatsby menunggu sebagai mitos sosial, Proust menunggu sebagai pengalaman memori. Aku suka membandingkan ketiganya karena mereka menunjukkan betapa banyak rupa penantian itu bisa terjadi.
Quinn
Quinn
2025-09-13 20:18:23
Aku selalu mengaitkan tema menunggu cinta langsung ke Gabriel García Márquez, mainly karena 'Love in the Time of Cholera' membuat penantian jadi pengalaman epik. Florentino menunggu sepanjang hidupnya—itu bukan hanya soal menanti momen romantis, tapi menunggu sebagai cara hidup yang membentuk identitasnya. Itu membuat kisahnya sangat susah dilupakan.

Selain Márquez, Jay Gatsby dari 'The Great Gatsby' juga ikonik: ia menunda hidupnya demi satu kembali yang tak pasti, dan itu menunjukkan bagaimana penantian bisa menjadi obsesi yang merusak. Di sisi lain, ada juga nada-nada halus seperti di karya-karya Proust yang menjadikan menunggu sesuatu yang hampir filosofis, terkait memori dan kehilangan. Intinya, kalau bicara yang paling terkenal dengan tema ini, aku bakal pilih Márquez—tapi aku juga sering terpesona oleh cara lain penantian dipakai dalam sastra, dari tragedi Gatsby sampai renungan Proust. Aku rasa itulah yang membuat tema ini terus menarik bagiku: ia bisa jadi romantis, gila, atau sedih, tergantung siapa yang menulis dan bagaimana cara menunggu itu diceritakan.
View All Answers
Scan code to download App

Related Books

Menunggu Perceraian yang Dinantikan
Menunggu Perceraian yang Dinantikan
Ketika aku mengetahui bahwa Navish lebih memilih untuk mengantar obat flu untuk asistennya, sementara aku terjebak di lift dengan klaustrofobia, aku memutuskan untuk mengajukan cerai. Navish dengan cepat menandatangani dokumen itu. Dia bahkan tertawa santai kepada temannya dan berkata, "Dia cuma ngambek. Lagian, orang tuanya sudah meninggal, dia nggak mungkin benar-benar menceraikan aku." "Selain itu, bukankah ada masa tunggu 30 hari untuk perceraian? Kalau dia menyesal, aku bisa bermurah hati memaafkannya dan dia pasti akan kembali padaku," tambahnya sambil tersenyum percaya diri. Keesokan harinya, dia memposting foto pasangan dengan asistennya di media sosial, lengkap dengan caption. [ Merekam setiap momen malumu yang manis. ] Aku menghitung hari-hari dengan tenang. Setelah memastikan semuanya sesuai rencana, aku mulai membereskan barang-barangku dan menelepon seseorang. "Paman, tolong belikan aku tiket pesawat ke Nu York," kataku dengan suara tegas.
9 Chapters
Siapa yang Peduli?
Siapa yang Peduli?
Bagaimana rasanya jika saat terbangun kamu berada di dalam novel yang baru saja kamu baca semalam? Diana membuka matanya pada tempat asing bahkan di tubuh yang berbeda hanya untuk tahu kalau dia adalah bagian dari novel yang semalam dia baca.  Tidak, dia bukan sebagai pemeran antagonis, bukan juga pemeran utama atau bahkan sampingan. Dia adalah bagian dari keluarga pemeran sampingan yang hanya disebut satu kali, "Kau tahu, Dirga itu berasal dari keluarga kaya." Dan keluarga yang dimaksud adalah suami kurang ajar Diana.  Jangankan mempunyai dialog, namanya bahkan tidak muncul!! Diana jauh lebih menyedihkan daripada tokoh tambahan pemenuh kelas.  Tidak sampai disitu kesialannya. Diana harus menghadapi suaminya yang berselingkuh dengan Adik tirinya juga kebencian keluarga sang suami.  Demi langit, Diana itu bukan orang yang bisa ditindas begitu saja!  Suaminya mau cerai? Oke!  Karena tubuh ini sudah jadi miliknya jadi Diana akan melakukan semua dengan caranya!
Not enough ratings
16 Chapters
Ketika yang paling berkuasa bersama
Ketika yang paling berkuasa bersama
Luna menikah dengan seorang pria kaya yang memiliki masalah dan membantu membangkitkan keluarga Eridamus dengan perjanjian. Namun saat Eridamus mencapai kesuksesan emas, Luna tak melihat namanya dalam kehidupan duniawi itu. Dimanfaatkan membuat Luna ingin membalas. Tapi, "Apa yang bisa dilakukan wanita bodoh itu? cukup berikan kasih sayang maka ia akan patuh." Berpikir akan kalah mereka tak pernah tahu kalau Luna memiliki sesuatu yang luar biasa di belakangnya. Yang bahkan tidak dimiliki dunia.
Not enough ratings
96 Chapters
ARKA: Seorang Manusia yang Bukan Siapa-siapa
ARKA: Seorang Manusia yang Bukan Siapa-siapa
Suasana meledak, semua orang maju. Aku segera bergerak cepat ke arah Salma yang langsung melayangkan kakinya ke selangkangan dua pria yang mengapitnya. Aku meraih tangan Salma. Sesuai arahku Ferdi dan tiga temannya mengikutiku. "Fer, bawa!" Aku melepas lengan Salma. Ferdi bergegas menariknya menjauhiku. "Keluar!" tegasku sambil menunjuk arah belakang yang memang kosong. "Nggak, Arka!" teriak Salma, terus menjulurkan tangan. Aku tersenyum. Salma perlahan hilang. Syukurlah mereka berhasil kabur. Hampir lima belas menit, aku masih bertahan. Banyak dari mereka yang langsung tumbang setelah kuhajar. Tapi beberapa serangan berhasil membuat sekujur badanku babak belur. Kini penglihatanku sudah mulai runyam. Aku segera meraih balok kayu yang tergeletak tak jauh, lalu menodongkannya ke segala arah. Tanpa terduga, ada yang menyerangku dari belakang, kepalaku terasa dihantam keras dengan benda tumpul. Kakiku tak kuat lagi menopang, tak lama tubuhku telah terjengkang. Pandanganku menggelap. Sayup-sayup, aku mendengar bunyi yang tak asing. Namun, seketika hening. (Maaf, ya, jika ada narasi maupun dialog yang memakai Bahasa Sunda. Kalau mau tahu artinya ke Mbah Google aja, ya, biar sambil belajar plus ada kerjaan. Ehehehe. Salam damai dari Author) Ikuti aku di cuiter dan kilogram @tadi_hujan, agar kita bisa saling kenal.
10
44 Chapters
Siapa yang Menghamili Muridku?
Siapa yang Menghamili Muridku?
Sandiyya--murid kebanggaanku--mendadak hamil dan dikeluarkan dari sekolah. Rasanya, aku tak bisa mempercayai hal ini! Bagaimana bisa siswi secerdas dia bisa terperosok ke jurang kesalahan seperti itu? Aku, Bu Endang, akan menyelediki kasus ini hingga tuntas dan takkan membiarkan Sandiyya terus terpuruk. Dia harus bangkit dan memperbiaki kesalahannya. Simak kisahnya!
10
59 Chapters
SIAPA ?
SIAPA ?
Johan Aditama dan Anggita Zakiyah, kakak beradik yang harus menerima pahitnya kehidupan dengan meninggal nya orang tua mereka. Kini mereka tinggal bersama om Agung dan bi Lina. Seiring berjalannya waktu, perusahaan peninggalan orang tua Johan yang dipegang oleh om Agung mengalami masalah. Hal itu memaksa Johan harus berlatih menjadi pemegang perusahaan. Di bawah didikan om Agung dan para sahabatnya, Johan dan Timnya berlatih. Di tengah kesibukan latihan mereka, terungkap fakta tentang penyebab kematian orang tua mereka, yang menyeret om Ferdi sebagai tersangka. Sebuah bukti ditemukan Johan dari om Ferdi tentang pelaku sebenarnya. Tetapi dalam membongkar kedoknya, Johan harus kehilangan banyak orang yang ia cintai. Mampukah Johan dan Anggita beserta Timnya itu membongkar siapa pelaku sebenarnya,?.
10
7 Chapters

Related Questions

Bagaimana Anime Ini Menggambarkan Adegan Menunggu Cinta?

3 Answers2025-09-07 20:12:25
Adegan menunggu cinta di anime sering terasa seperti napas panjang yang ditahan. Sering kali aku terpaku pada detail-detail sepele: jam di stasiun yang berdetak pelan, tetesan hujan di jendela kelas, atau layar ponsel yang berkedip tanpa pesan masuk. Visual seperti itu nggak cuma estetika—mereka membangun ritme. Produksi akan memperlambat waktu lewat slow motion, close-up pada mata yang menatap kosong, atau montage singkat menunjukkan rutinitas harian yang berulang-ulang. Musik latar yang minimalis atau bahkan hening membuat setiap detik menunggu jadi penuh bobot emosional. Di 'Kimi ni Todoke' misalnya, adegan menunggu sebuah pengakuan terasa panjang karena setiap langkah kaki, desahan napas, dan jeda dialog digarap detail. Selain estetika, teknik naratif juga memainkan peran besar: internal monolog yang bertubi-tubi, flashback kecil yang menggarisbawahi kenangan, atau simbolisme musim (sakura gugur, salju pertama) yang menandai harapan yang kian menipis. Aku selalu merasa adegan-adegan seperti ini berhasil kalau penonton jadi merasakan ketidakpastian karakter—apakah mereka akan berani bilang, atau waktu itu akan berlalu sia-sia? Dan ada kepuasan tersendiri ketika animasi menukar kecemasan itu dengan momen kecil yang tulus, seperti senyum canggung atau surat yang tak sengaja terselip. Menunggu di anime sering kali mengajarkan kita soal kerentanan: betapa besar keberanian yang diperlukan hanya untuk tetap berharap. Aku jadi sering merenung sendiri setelah menonton adegan-adegan semacam itu, karena mereka bikin rasa rindu terasa nyata—bukan cuma romansa di layar, tapi emosi yang bisa kukaitkan ke pengalaman pribadiku juga.

Bagaimana Merchandise Resmi Menggambarkan Adegan Menunggu Cinta?

3 Answers2025-09-07 17:20:28
Setiap kali aku membuka kotak edisi terbatas dan menemukan ilustrasi dua tokoh duduk di bangku stasiun sambil menatap rel, rasanya ada napas kecil yang dilepaskan oleh produk itu sendiri. Di pengalamanku yang sudah menumpuk puluhan koleksi, merchandise resmi sering menangkap adegan menunggu cinta lewat komposisi visual yang sangat perhatian: sudut kamera yang memperlihatkan ruang negatif, cahaya senja yang temaram, dan detail kecil seperti tiket kereta, amplop surat, atau payung lembap. Barang-barang seperti artbook, postcard, atau cetakan poster biasanya menonjolkan momen 'menunggu' dengan warna hangat—oranye, dusty pink, dan abu-abu biru—supaya rasa rindu dan harapannya langsung terasa. Selain visual, kemasan dan fitur tambahannya juga penting. Kotak khusus yang dibuka seperti buku, sisipan lirik lagu yang relevan, atau bahkan musik pendek yang bisa diputar lewat kode QR, semua bikin adegan itu bukan cuma terlihat tapi bisa dihadirkan kembali. Untukku, mendapatkan sebuah merchandise yang memicu kenangan adegan tunggu itu terasa seperti membawa pulang sebuah fragmen emosi—bukan sekadar barang, melainkan benda yang menyimpan suasana hati. Aku selalu senang ketika desain resmi berhasil mengkonkretkan perasaan rumit itu tanpa berlebihan.

Bagaimana Fanfiction Populer Mengubah Akhir Menunggu Cinta Karakter?

3 Answers2025-09-07 15:49:37
Ada yang selalu membuatku tersenyum ketika fandom mengambil alih cerita resmi: mereka tahu persis bagaimana menenangkan rasa rindu karakter yang menunggu cinta. Aku sering menemukan fanfic yang merombak akhir romansa dengan cara yang sangat personal — bukan cuma menyatukan dua orang, tetapi mengubah perjalanan emosional mereka. Banyak penulis memilih pendekatan 'slow-burn' yang diperpanjang, memberi ruang untuk kecanggungan, growth, dan momen-momen kecil yang dihilangkan oleh alur canon yang terburu-buru. Contohnya, ketika karakter di 'Naruto' atau 'One Piece' tampak tersisihkan secara romantis, fanfic memberi mereka percakapan panjang, kesalahpahaman yang jelas diselesaikan, atau jeda waktu untuk menyembuhkan trauma, sehingga reuni terasa lebih layak. Selain itu, aku sering terpesona dengan fanfic yang memakai AU (alternate universe) sebagai alat untuk memberi akhir yang berbeda. AU sekolah, AU modern, atau bahkan AU fantasy sering kali membiarkan penulis mengeksplorasi sisi yang tak mungkin ada dalam dunia asli—mungkin karena batasan genre atau fokus plot. Dalam 'Harry Potter' misalnya, banyak penulis yang mengembalikan momen-momen yang dihapus oleh canon atau membuat skenario di mana dua karakter yang tak tersirat akhirnya bertemu lagi di setting baru, dan itu terasa memuaskan karena memberi penutupan emosional. Terakhir, ada kekuatan komunitas: komentar dan kudos yang terus mengalir membuat penulis fanfic berani mengambil risiko memperpanjang atau mengubah ending. Aku sendiri kadang merasa seperti ikut serta dalam eksperimen kolektif—ketika ribuan pembaca mendukung sebuah pairing, penulis jadi lebih berani menulis epilog berdurasi panjang atau membangun keluarga kecil untuk tokoh yang 'selama ini menunggu'. Hasilnya bukan cuma shipping happy ending, tetapi semacam rekonstruksi ulang yang merayakan apa yang pembaca inginkan dari cerita itu, dengan sentuhan haru dan pemahaman yang dalam tentang karakter.

Mengapa Karakter Utama Menunggu Cinta Di Novel Romantis Ini?

3 Answers2025-09-07 23:35:35
Satu elemen dari cerita ini yang langsung bikin aku betah adalah cara penulis membuat menunggu terasa seperti napas — bukan hanya penundaan, tapi sebuah proses yang memahat karakter. Di awal, aku merasa karakternya menunggu karena takut membuat pilihan yang salah. Ada luka lama yang belum sembuh, janji yang belum ditepati, atau mungkin kehilangan yang membentuk batas-batas hatinya. Menunggu di sini jadi mekanisme bertahan: dia menimbang, mengamati, dan kadang memaksa diri untuk tidak terburu-buru karena takut cinta baru menyalakan bekas-bekas luka itu kembali. Aku pernah ngerasain hal serupa waktu baca 'novel romantis ini' — emosi kecil yang ditahan justru bikin setiap adegan pertemuan terasa lebih berat dan berarti. Selain trauma, penantian itu juga soal idealisasi. Si tokoh utama membangun konsep cinta yang sempurna dari harapan dan imajinasinya sendiri, jadi dia menguji apakah orang lain layak masuk ke dalam ruang itu. Penulis sering pakai penantian untuk ngasih ruang tumbuh: selama menunggu, kita lihat bagaimana tokoh belajar batasan, kejujuran, dan prioritas. Bagi aku, klimaks emosionalnya lebih menyakitkan tapi memuaskan karena terasa hasil dari proses, bukan sekadar kebetulan romantis semata.

Apakah Ending Serial Ini Memuaskan Bagi Yang Menunggu Cinta?

3 Answers2025-09-07 00:44:26
Gila, aku sempat deg-degan pas adegan akhir itu karena semuanya terasa seperti ledakan kecil bagi hatiku. Aku nonton 'serial ini' dengan harapan sederhana: dua orang yang saling tarik menarik akhirnya jujur sama perasaan mereka. Endingnya memuaskan dalam arti emosi—adegan-adegan kecil sebelum klimaks diberi ruang sehingga ketika momen cinta tiba, rasanya bukan sekadar fan service, melainkan hasil dari akumulasi konflik, salah paham, dan kompromi. Aku suka bahwa kedua karakter tampak berubah; mereka nggak cuma berdiri di tempat yang sama lalu tiba-tiba saling menerima. Perkembangan itu yang bikin aku bisa nangis senang, bukan karena ada ciuman, tapi karena terasa pantas. Tapi kalau ekspektasimu lebih ke momen manis yang eksplisit atau sebuah epilog panjang yang nunjukin masa depan, mungkin kamu bakal merasa kurang terekspos. Endingnya memilih kehalusan—lebih banyak gestur, dialog tersirat, dan simbol daripada adegan dramatis penuh musik swell. Untukku, itu berani dan dewasa; ada rasa nyata dari menunggu yang akhirnya mendapat jawaban tanpa perlu melodrama berlebihan. Aku duduk di sofa, senyum-senyum sendiri, dan merasa puas, tapi juga pengin reread ulang tiap episode yang membangun suasana itu. Intinya, kalau kamu menikmati pertumbuhan karakter lebih dari klimaks dramatis, ending ini bakal terasa memuaskan. Kalau tidak, ya, mungkin agak menggantung, tapi juga indah dengan caranya sendiri.

Apa Teori Penggemar Tentang Simbol Menunggu Cinta Di Film Ini?

4 Answers2025-09-07 10:13:39
Lampu jalan yang berkedip di adegan pembuka selalu membuatku menahan napas — itu simbol yang terus diperdebatkan di forum tempat aku nongkrong. Banyak penggemar melihat benda-benda sepele di film ini sebagai wakil waktu: jam yang terhenti, kalender yang robek, dan kereta yang selalu datang tepat pada satu jam jadi metafora menunggu yang tak berujung. Menurut salah satu teori populer, menunggu cinta di sini bukan soal menunggu orang lain datang, melainkan menunggu 'moment' yang tepat untuk berubah. Misalnya, bangku kosong di stasiun bukan cuma ruang kosong; itu ruang kemungkinan yang menuntut keputusan. Ketika kamera linger pada kursi itu, rasanya film sedang menilai kesiapan karakter untuk menerima cinta. Teori lain yang sering muncul menyoroti elemen musim dan cuaca: hujan yang datang berulang kali bukan cuma latar, tapi semacam ritual pembersihan. Penggemar yang lebih puitis berpendapat bahwa tiap tetes hujan merekam jejak penantian—setiap adegan hujan menandakan fase move-on atau keraguan, dan akhir yang cerah bukan otomatis akhir rindu, melainkan awal komitmen. Aku suka cara teori-teori ini membuat detail kecil terasa hidup; tiba-tiba payung yang tertinggal atau secarik surat jadi bukti cinta yang menunggu, bukan sekadar properti set.

Apa Perbedaan Versi Novel Dan Film Soal Momen Menunggu Cinta?

3 Answers2025-09-07 08:47:57
Aku selalu terpesona bagaimana satu momen "menunggu cinta" bisa terasa seperti sepanjang musim di sebuah novel, tapi cuma sepenggal detik di layar. Dalam bacaan, penantian itu biasanya jadi lahan subur untuk monolog batin: detail kecil tentang cara napas si tokoh, kenangan yang muncul tiba-tiba, dan analogi-analogi canggung yang membuat hati pembaca bergetar. Penulis punya ruang untuk memperpanjang waktu—membiarkan kegugupan dan harap-harap cemas berkembang pelan sehingga kita benar-benar merasakan beratnya menunggu. Aku suka ketika sebuah paragraf menahan satu tatapan selama beberapa halaman; itu bikin adegan terasa personal dan intens. Di film, momen yang sama seringkali diubah jadi soal ritme visual dan audio. Kamera memilih sudut, musik memilih mood, dan aktor menyampaikan semuanya lewat mikro-ekspresi. Sebuah slow motion, suntingan yang memotong, atau sunyi panjang bisa menggantikan ratusan kata. Aku pernah nonton adaptasi novel favoritku dan sadar betapa sutradara memadatkan berlembar-lembar keraguan jadi dua menit—efektif untuk membangun ketegangan di bioskop, tapi kadang mengorbankan nuansa batin yang kusukai. Kalau harus membandingkan, aku menganggap novel memberi kebebasan interpretasi yang lebih besar: kita ikut mengisi ruang-ruang kosong dengan bayangan sendiri. Film, di sisi lain, lebih komunikan dan langsung—memberi wajah, suara, dan tempo yang sama untuk semua orang. Keduanya punya keistimewaan: novel merayakan lamanya penantian, film merayakan momen ketika penantian itu meledak jadi perasaan yang kelihatan. Aku biasanya memilih berdasarkan mood—kalau ingin meresapi, aku baca; kalau ingin dibawa terbawa arus emosi instan, aku nonton—dan seringkali keduanya saling melengkapi.

Soundtrack Mana Yang Paling Pas Untuk Adegan Menunggu Cinta Di Serial?

3 Answers2025-09-07 10:19:05
Di hari hujan yang lengang, aku sering membayangkan adegan menunggu itu dimainkan dengan piano sederhana yang berbicara lebih dari kata-kata. Untukku, soundtrack ideal adalah piano minimalis bergaya kamar kecil—nada-nada lembut, ruang antar nada yang terasa seperti napas. Bayangkan motif pendek yang berulang, sedikit variasi setiap kali kamera berpindah dari wajah ke tangan yang gelisah; instrumen lain seperti biola halus atau harmonika elektronik masuk perlahan untuk memberi lapisan emosi. Contoh nyata yang sering kubayangkan adalah nuansa seperti 'Comptine d'un autre été'—bukan supaya meniru, tapi untuk menangkap rasa kesendirian yang manis dan penuh harap. Secara teknis, tempo harus lambat sampai sedang, dinamika tetap rendah di awal, lalu sedikit mengembang saat harapan muncul. Musik ini bekerja terbaik jika tidak terlalu mengungkapkan, membiarkan penonton mengisi celah. Aku pernah menangis diam di sofa saat sebuah serial menahan adegan ciuman selama sepuluh detik tanpa musik bombastis—hanya piano tipis yang membuat setiap detik terasa berharga. Itu bukti bahwa kadang-keheningan yang diberi musik minimal justru membuat momen menunggu jadi tak terlupakan.
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status