Healing

Ah Nian sengaja masuk ke kediaman keluarga Hua demi membalaskan dendam pada keluarga Hua. Hua Mei sudah membuat keluarga Ah Nian hancur. Hua Mei berselingkuh dengan ayah Ah Nian di masa lalu hingga memutuskan untuk meninggalkan Ah Nian dan juga ibunya. *** Karena kehidupan yang sulit membuat ibu Ah Nian jatuh sakit hingga harus melakukan operasi. Ah Nian sama sekali tidak memiliki uang. Pada waktu yang sama putri dari keluarga Hua membutuhkan donor mata, Ah Nian mendonorkan matanya untuk menyelamatkan ibunya. *** Setelah Ah Nian masuk di kediaman keluarga Hua, satu demi satu orang di kediaman jatuh ke dalam perangkap. "Juan Lin, pria bodoh ini sungguh berpikir aku jatuh cinta padanya? Mimpi saja!"

ในวันที่คำพูดของนางเป็นเพียงลมปาก ถูกเขาเหยียบย่ำซ้ำแล้วซ้ำเล่า ด่าทอสารพัด หยามน้ำใจ และไม่ให้เกียรติ กล่าวหาว่านางเป็นสตรีร่าน ต่ำทรามกล้าสวมหมวกเขียวให้สามีอย่างไร้ยางอาย ทั้งที่นางรักเขา...รักมากจนยอมยกทุกสิ่ง ยอมให้สตรีอื่นก้าวเข้ามาในเรือน นางยอมทุกอย่างเพียงเพื่อให้เขามีความสุข แม้ต้องแบ่งบุรุษที่เป็นสามีให้สตรีอื่น แต่สุดท้ายสิ่งตอบแทนที่ได้กลับเป็นความตายอย่างน่าสมเพช ไป๋ซูหนิงถูกบุรุษผู้นั้นสั่งลงโทษโดยไม่เคยถามไถ่ความจริง มิหนำซ้ำยังทำราวกับว่านางก่อความผิดใหญ่หลวง ทั้งที่นางบริสุทธิ์ใจต่อเขาถึงเพียงนี้ทว่าเซี่ยจวิ่นอี้กลับมอบผ้าขาวและยาพิษให้นางเลือก...เสแสร้งทำราวกับเป็นผู้มีเมตตาเสมือนเป็นบุญคุณก้อนสุดท้าย สิ่งที่เขามอบให้นั้นคือความตาย! ในคืนฟ้าฝนโหมกระหน่ำ นางสิ้นใจอย่างอนาถ พร้อมกับบุตรในครรภ์ที่ไม่อาจรักษาเอาไว้ได้ ทว่า…ฟ้ากลับให้โอกาสนางได้ย้อนคืนมา ชาตินี้ ภพนี้ ต่อให้ต้องดิ้นรนเลือดตากระเด็น นางจะไม่ข้องแวะกับบุรุษผู้นั้นอีก! ไป๋ซูหนิงสาบาน จะพาบุตรในท้องหนีไปให้ไกลจนบุรุษผู้นั้นไม่อาจเอื้อมมือคว้านางได้อีกแน่!

ว่ากันว่าหลังเที่ยงคืนจะปรากฏแอ็กเคานต์ลึกลับใน TT แอปดัง ในนั้นมีคลิปที่อธิษฐานแล้วก็จะได้สมปรารถนาทุกอย่าง แต่มีขั้นตอนตามนี้ 1.กดใจ 2.คอมเมนต์ความปรารถนา 3.วิธีการตาย ถ้าได้รับเลือกคนคนนั้นก็จะได้รับพรสมปรารถนา แต่ทุกความปราถนามีราคาที่ต้องแลกเปลี่ยน...

Livia Everleigh adalah gadis polos dan kekanakan yang hidup dalam kemewahan tanpa mengetahui betapa gelapnya dunia di sekitarnya. Sebagai anak tunggal dari pasangan Richard Everleigh dan Eleanor, ia selalu dimanja dan tidak pernah menghadapi kesulitan. Livia memiliki kebiasaan unik ia sangat menyukai permen kapas dan cokelat panas. Bagi Livia, hidup adalah tentang menikmati hal-hal kecil yang manis dan menyenangkan. Ia sering membawa sekantong permen dalam tasnya dan tidak bisa tidur tanpa menyeruput cokelat panas sebelum tidur. Namun, dunia yang ia kenal hancur dalam sekejap. Ayahnya terbukti menggelapkan uang dalam jumlah besar dari perusahaan Vanderbilt Corp, yang dipimpin oleh Zayn Vanderbilt seorang CEO kejam dan berkuasa. Zayn tidak percaya pada belas kasihan. Baginya, pengkhianatan hanya bisa dibayar dengan nyawa. Ketika Richard Everleigh hampir kehilangan segalanya, Zayn memberikan satu pilihan: menyerahkan Livia sebagai jaminan, atau menghadapi konsekuensi yang lebih mematikan. Demi menyelamatkan keluarganya, Livia terpaksa masuk ke dalam dunia yang jauh berbeda dari kehidupannya yang nyaman. Di sisi Zayn, Livia menjadi seperti boneka dalam sangkar emas diperlakukan seperti tahanan, tetapi tetap dikelilingi kemewahan. Gadis polos itu tetap membawa sekantong permen di kantong bajunya, bahkan di bawah ancaman Zayn. Sementara Zayn melihatnya sebagai alat untuk membalas dendam, Livia justru berusaha memahami pria dingin yang menguasai hidupnya. Namun, apakah kepolosan dan keceriaan Livia cukup untuk meleburkan kebekuan hati Zayn? Atau ia justru akan hancur dalam permainan sang CEO kejam?

My husband doesn't love me or our daughter. It's been six years since she was born, but he's never held her. The doctors say he has an emotional disorder, and that he doesn't know how to express the way he feels. But when his true love returns, he smiles at us for the first time. He even brings our daughter a gift. I think it's because he's finally seen sense… until she and I see the photo he uses as his phone's wallpaper. In it, his eyes are crinkled as he smiles. He has one arm around a little girl whose front tooth is missing, and he holds his true love's hand with the other. My daughter tugs on my hand, and her eyes redden. "Mommy, do you think we should leave? Should we give Daddy three final chances? Let's leave him if he still doesn't want us after that."

I stare at the email on my screen, unable to move my fingers. Tomorrow is our company's crucial product launch, and I just learn that the patent for the algorithm I spent three years developing is now filed under Matthew Ashford's new assistant, Sophie Bennett. I storm into Matthew's office to confront him. Sophie sits on his desk with her legs crossed, looking completely innocent. She claims that she filled out the form by mistake. "It's just a clerical error. The patent still belongs to the company. What's the big deal?" Matthew stands up from his chair, positioning himself in front of Sophie. I can't believe what I am hearing. "Matthew, this is my research!" "Emma, you're thirty-five. Why are you picking a fight with a twenty-three-year-old intern?" He frowns. Then, he turns to Sophie. "Starting tomorrow, you're the new CTO. Emma needs… some time off." I'm utterly stunned. A decade of marriage and five years dedicated to building a company together have been shattered by a few casual words from him. Thirty minutes later, Sophie posts a photo on social media of herself sitting on Matthew's lap. They are both clinking champagne glasses. "So lucky to have the best boss ever. I'll make sure to be his loyal kitten." Below that, Matthew leaves a comment—three red heart emojis. I shut my laptop and pick up my phone. "Hello. Is this Mr. David Langley from Novara Group of Sundale Valley? This is Emma Whitmore. I've changed my mind. I'm ready to join you." I pause. "And by the way, about that unreleased algorithm upgrade, I have the complete technical blueprint. Make me an offer." Later, I fly to Tallisport with an eight-figure check in hand, while Matthew goes frantic trying to find me.

During a family gathering, my mother produces a few photos of different men. She asks me which one I want to get into an arranged marriage with. I don't choose Bradley Garvin again in this lifetime. Instead, I pull out a photo of my own and give it to my mother. It's of Terrence Garvin, the Garvin family's true leader. My mother is surprised. I've pursued Bradley for many years, after all. What she doesn't know is that I married him in my past life. However, he rarely came home. I always thought it was because he was too busy. Whenever anyone asked me about it, I took all the blame. I only discovered the truth on our 20th wedding anniversary after accidentally breaking a box he kept locked in his closet. It turned out my sister was the one he'd always loved. He never returned home because he didn't want to see me. Unexpectedly, Bradley loses his mind when I'm about to put a diamond ring on Terrence's finger on our wedding day.

Dad has a stroke and needs money to save his life. I'm left with no choice but to borrow money from my secret CEO boyfriend of five years. Before I can even say anything, he frowns and tells me he's busy. Then, he hurries off to attend his childhood sweetheart's birthday celebration. He only remembers me the following day. "What did you need?" I hold Dad's death certificate and smile wanly at him. "Nothing. I just wanted to tell you that we're over."

I'm rejected after asking for my boyfriend's hand in marriage for the 99th time. To my devastation, he turns and proposes to my best friend. I storm over to his office to demand an answer, but I hear them making out. My boyfriend says, "Don't worry. She offered herself to me in bed several times, but I've never touched her." I head home and trash the place. When I run out of strength, I make a call. "I'll marry you, Spencer." Since the man I chose doesn't love me, I'll now go for someone who does.

"Rena, aku akan selalu mencintaimu!" desah Jeremy tak tertahankan. Tepat saat dia hampir mencapai klimaks, ponselnya tiba-tiba bergetar. Dalam kondisi seperti itu, tentu saja dia mengabaikannya. Namun tak lama kemudian, layar ponselnya menyala. Begitu Jeremy melihat nama yang tertera, tubuhnya langsung menegang. Rena mendengarnya mengangkat telepon dan berkata, "Halo?" Di tengah sunyinya malam, suara dari ponsel terdengar sangat jelas, "Jeremy, kamu tahu nggak ... Nadia ...." Jeremy buru-buru memotongnya dengan suara rendah dalam bahasa asing, "Kecilkan suaramu, ini bukan waktu yang tepat." Lawan bicaranya langsung berganti bahasa, tetapi suaranya tetap terdengar keras, "Hasil pemeriksaan rumah sakit sudah keluar. Nadia kena kanker stadium akhir. Hidupnya tinggal sebulan! Dia ingin jadi istrimu. Kamu bisa nggak kabulkan keinginan terakhirnya sebelum dia pergi?" Ekspresi Jeremy langsung berubah drastis. "Apa?! Tunggu aku!" Setelah menutup telepon, dia menoleh ke Rena dan berkata dengan lembut, "Rena, aku ada urusan penting, harus keluar sebentar. Kamu istirahat saja dulu, nanti aku segera balik." Tanpa menunggu jawaban darinya, Jeremy buru-buru pergi untuk bersih-bersih dan mengganti pakaian. Dia meninggalkan rumah tanpa menoleh sedikit pun. Sesaat kemudian, layar ponsel Rena menyala. Ternyata pesan dari Nadia. [ Rena, kamu kalah. Dari dulu aku sudah bilang, Jeremy itu milikku. ] Tepat di bawahnya, ada pesan lain yang dikirim tiga hari lalu. [ Kalau aku kena kanker, menurutmu Jeremy bakal ninggalin kamu buat datang ke aku nggak? Aku yakin dia pasti datang. ] Tatapan Rena perlahan terangkat dari layar ponsel ke arah pintu kamar yang masih terbuka. Jeremy tidak tahu, dia sudah lama belajar bahasa asing itu. Seluruh percakapan tadi, didengar dan dipahaminya dengan jelas. Sejenak kemudian, wajah Rena menyunggingkan senyuman yang begitu pahit dan menyedihkan. "Iya ... aku memang kalah ...."