Zac Brown Transformation

"Tapi, aku ayah dari bayi dalam perutmu." Kepala Sandisc dianggukan, kali ini. "Kau memang berperan penting dalam membuatku bisa hamil." "Waktu itu kau setuju tidak akan ikut campur apa pun setelah aku resmi mengandung. Akan murni menjadi bayiku saja. Kau tidak ada hak memiliki." Sandisc menajamkan tatapan. "Kau tidak lupa, 'kan?" "Benar, Sayang. Kau sangat benar. Aku ingat." Dalam satu tarikan kuat pada lengan tangan kiri Sandisc, Gerack berhasil meniadakan bentangan jarak mereka. Segera direngkuhnya dengan kuat wanita itu sehingga Sandisc tak bisa bergerak. "Dulu, aku sepakat untuk tidak campur masalah bayi kita. Tapi, sekarang aku berubah pikiran." Sandisc mendelik, ekspresi terkejut sekaligus juga marah. "Tidak bisa. Kau bahkan tidak punya hak." "Dan, tidak ada kesepakatan tertulis di antara kita." Gerack memerlihatkan raut wajah serius sembari terus melekatkan tatapan. Dekapan pada Sandisc masih erat. "Aku akan memastikan kita merawat bayi dalam perutmu bersama-sama." "Entah kau suka atau tidak, bukan masalah yang harus kita debatkan. Kau tidak bisa melarangku." Sandisc menggeleng. "Tolong jangan buat semua tambah rumit. Kita tidak mungkin menikah." "Aku tidak mau menjadi istrimu, Gerack." "Bagaimana dengan perasaanmu, Sandisc? Apa kau tidak pernah mencintaiku?" "Mencintai bukan berarti harus menikah bukan, Gerack? Kita masih bisa hidup bersama tanpa kau dan aku menjadi suami-istri." ………… Gerack Brown sudah sepakat untuk tak ikut campur mengenai apa pun yang ada kaitannya dengan bayi mereka. Sandisc Mikkler boleh menjadi orangtua tunggal untuk Queeny. Namun pada akhirnya, Gerack mengingkari janji. Pria itu mempersulit hidup Sandisc, saat terus menerus menunjukkan jika pantas menjadi ayah yang baik bagi buah hati mereka. Lebih celaka lagi, Sandisc tak bisa mengendalikan dirinya sendiri dan hasrat pada Gerack. Pria itu semakin memesona saja. …………

le roi Aldric, un souverain cruel et tyrannique, gouverne d'une main de fer sur son royaume de Valdoria. Il se montre insensible aux souffrances de son peuple, mais tout change lorsqu'Elara, une jeune domestique, entre au service du palais. Bien que d'abord effrayée par la dureté du roi, Elara perçoit rapidement que derrière sa brutalité se cache un homme solitaire et tourmenté, rongé par des cicatrices émotionnelles profondes. Au fil du temps, elle réussit à apaiser ses souffrances par de simples gestes de gentillesse et des mots sincères, gagnant peu à peu son cœur. Leur relation se développe en secret, un amour interdit entre la douce domestique et le souverain, mais les deux sont profondément attirés l’un par l’autre. Aldric commence à changer sous l'influence d’Elara, abandonnant peu à peu ses méthodes cruelles, tandis qu’elle le pousse à devenir un homme plus juste. Alors qu’un complot visant à renverser le roi se trame dans les coulisses du palais, Elara découvre la machination et prévient Aldric. Ensemble, ils déjouent la tentative de coup d'État, renforçant ainsi la position d’Aldric sur le trône. Le roi, reconnaissant le courage et la loyauté d’Elara, finit par la libérer des contraintes de sa position de domestique et lui accorder une place d’honneur à ses côtés. Le royaume de Valdoria connaît alors un changement radical : sous la gouvernance de son roi réformé et de la sagesse d’Elara, la cruauté cède place à la justice et à la bienveillance. Le roi et la jeune femme se marient, et leur histoire devient un symbole d’espoir et de transformation, prouvant que même l’amour le plus improbable peut apporter la rédemption et la paix.