Reiner hadir di ruang rapat lima menit sebelum pertemuan di mulai. Ia berjalan ke ruang koferensi diikuti oleh asistennya.
Rapat dimulai, Reiner menerima berkas yang diberikan oleh asistennya. Ia membaca berkas itu dari halaman satu hingga ke akhir halaman. Setelah itu ia mendengarkan laporan yang disampaikan oleh eksekutif dari masing-masing depertemen.
Selama waktu rapat berjalan, Reiner tidak bersuara. Ia hanya mendengarkan dengan cermat. Hingga akhirnya rapat itu berakhir.
"Pak Reiner, apakah ada sesuatu yang ingin Anda tambahkan?" tanya asiseten Reiner.
"Tidak ada." Reiner puas dengan laporan dari petinggi di perusahaannya.
Para eksekutif bernapas lega. Syukurlah CEO mereka puas dengan hasil kerja mereka. Jika tidak CEO mereka pasti akan murka dan akan memecat mereka.
Beberapa waktu lalu seorang eksekutif yang diberikan tugas untuk menegosiasikan sebuah tanah dipecat karena tidak bisa mendapatkan tanah sesuai dari yang Reiner inginkan.
Reiner mengatakan bahwa ia tidak akan lagi membuang uang sia-sia dengan membayar pegawai yang bahkan tidak mampu menjalankan tugas darinya.
Eksekutif itu meminta waktu lagi untuk menegosiasikan tanah, tapi Rein tidak memberikan kesempatan.
Keputusan Reiner tidak akan pernah berubah meski pegawainya berlutut di kakinya. Entah itu di dunia bawah tanah atau di dunia normal, Reiner tidak pernah berbaik hati.
"Direktur keuangan, naikan gaji karyawan dua kali lipat untuk bulan ini." Reiner bersuara lagi.
Semua orang yang ada di ruangan itu tercengang. Tidak menyangka jika Reiner akan sebaik hati ini pada mereka.
"Baik, Pak." Direktur keuangan segera menjawab.
Reiner keluar dari ruang pertemuan. Di belakangnya asistennya memandangi punggung Reiner dengan tatapan aneh. Ia menggelengkan kepalanya, betapa tidak mudah ditebaknya suasana hati sang CEO.
Pria ini bisa memotong gaji karyawannya tanpa belas kasih, lalu bisa menaikan gaji mereka semua seperti bos nya adalah bos terbaik di dunia.
Asisten Reiner tidak berani bertanya kenapa Reiner menaikan gaji karyawannya meski ia sangat penasaran. Ia tahu atasannya itu tidak akan pernah menjawabnya. Meski ia sudah menemani Reiner selama 8 tahun lebih, tapi Reiner tetap tidak mudah untuk ia ajak bicara.
Sekali mata Reiner menajam, maka ia akan bergetar takut. Sekali Reiner marah, maka ia pikir nyawanya pasti akan melayang sebentar lagi.
Reiner memang semengerikan itu. Bahkan pria itu dianggap sebagai manusia terdingin abad ini oleh orang-orang di sekitarnya. Reiner tidak pernah tersenyum sama sekali. Seolah-olah jika pria itu tersenyum kiamat akan segera datang.
Di ruang tunggu, seorang pria tengah menunggu Reiner. Ketika Reiner melewati ruangan itu, ia segera keluar.
"Reiner." Pria itu memanggil Reiner. Ia melangkah mendekati sahabatnya itu.
"Rex, sejak kapan kau ada di sini?" tanya Reiner.
Rex adalah sahabatnya sejak berada di sekolah menengah atas. Penampilan Rex tampak seperti eksekutif muda biasanya, mengenakan setelan jas mahal yang dibuat khusus oleh penjahit terkenal. Rex Dalton, pria ini merupakan pewaris dari D Nigth Club yang tersebar di berbagai belahan dunia.
Rex merupakan salah satu dari empat bujangan paling diminati di benua Amerika Utara itu. Dia menduduki peringkat ke tiga.
Posisi pertama dipegang oleh Reiner Dominic, untuk posisi kedua dipegang oleh Adelard Kingswell, dan untuk posisi keempat dipegang oleh dokter tampan yang merawat luka-luka Lauryn, Noah Melviano.
"Mungkin lima menit." Rex menjawab sembari melangkah bersama dengan Reiner.
"Bagaimana kondisi Mommymu?" tanya Reiner. Ia ingat Rex kembali ke Italia karena ibu sahabatnya itu sakit. Sebagai anak satu-satunya akan sangat durhaka jika Rex tidak kembali ke sana.
"Mommy berulah, Rein. Dia pura-pura sakit hanya agar aku datang ke sana. Mommyku benar-benar pejuang yang tangguh, dia masih mencoba menjodohkanku dengan putri dari kenalannya. Aku yakin semangat pantang menyerah yang aku miliki pasti berasal dari Mommyku." Rex menggerutu kesal.
Entah sudah berapa kali ibunya memperkenalkan ia dengan wanita. Dan itu menggunakan metode bermacam-macam. Rex tidak ingin menikah dalam waktu dekat ini, tidak sampai ia menemukan wanita yang tepat untuknya.
Wanita yang sedikit cerewet seperti ibunya, tapi juga lembut. Ia ingin memiliki seorang istri yang ketika marah terlihat cantik. Ketika tersenyum terlihat cantik. Ya, dia ingin istri yang benar-benar sesuai dengan kriterianya.
Rex tidak begitu peduli dari mana wanita itu berasal. Jika wanita itu dari kalangan bawah itu bukan masalah, ia memiliki banyak harta yang tidak akan habis tujuh turunan. Dan jika itu dari keluarga kaya, maka ia akan memanjakan wanita itu lebih dari orangtuanya memperlakukan wanita itu.
"Mommymu hanya khawatir kau tidak akan menemukan wanita yang tepat. Kebiasaanmu bermain-main dengan wanita pasti membuatnya berpikir kau akan seperti itu sampai tua." Reiner mengomentari seadanya.
Rex menghela napas pelan. Ia masuk ke dalam lift dan berdiri di sebelah Reiner. Di belakang mereka ada Jeffrey, asisten Reiner yang hanya mendengarkan percakapan dua orang berkuasa di depannya.
Jeffrey merasa dirinya sedikit beruntung karena ia telah menemukan wanita yang tepat, jadi ia tidak akan disuruh oleh orangtuanya untuk pergi ke kencan buta.
Menjadi orang biasa tampaknya lebih baik dalam hal mencari jodoh, pikir Jeff.
"Apa aku harus menerima salah satu dari mereka? Dengar, mereka bukan tipeku."
"Aku tahu. Tipemu adalah wanita yang memiliki dada dan bokong yang besar. Suatu hari nanti kau pasti akan mati karena tertindih oleh mereka."
Jeff nyaris saja tertawa. Namun, ia tidak berani mentertawakan Rex secara langsung. Meski Rex bukan atasannya, tapi tetap saja berbahaya menyinggung Rex yang setiap pergi selalu ditemani oleh sepuluh pengawal.
"Kau benar-benar tidak masuk akal, Reiner. Bagaimana bisa dua benda kenyal penuh kenikmatan itu membunuhku."
Pintu lift terbuka, Reiner keluar dari sana bersama dengan dua pria lainnya.
"Ah, benar. Aku dengar dari Noah kau sudah menemukan Nona Mawar Hitammu dua minggu lalu." Rex melirik ke wajah sahabatnya yang tenang.
"Jadi kalian bergosip di belakangku." Reiner mencibir Rex.
Jeff kini tahu kenapa atasannya memberikan bonus. Ternyata bos nya sudah menemukan wanita yang ia cari selama beberapa tahun belakangan ini. Itu benar-benar bagus, suasana hati atasannya akan baik mulai dari sekarang.
Ia tidak harus mengatasi kemarahan bos nya yang mengerikan. Jeff lebih suka dihadapkan pada tumpukan berkas yang tidak ada habisnya daripada harus mengatasi kemarahan bosnya. Ia seperti diperintahkan untuk lompat ke neraka dengan segera.
Ketika bos nya merasa tidak senang. Ia akan mendapatkan banyak sekali pekerjaan. Dan jika bosnya tidak puas dengan pekerjaannya maka gajinya akan dipotong.
Syukurlah masa-masa kelam itu akan berakhir. Jika tidak Jeff pasti akan mati muda karena tekanan dari atasannya yang tidak menentu seperti kapan akan datangnya hujan.
"Jika Noah tidak mengatakannya, kau pasti tidak akan memberitahuku. Kau benar-benar tidak mau berbagi informasi denganku. Nah, karena wanita itu sudah ada di sini, maka biarkan aku melihatnya. Noah mengatakan jika wanita itu seperti Dewi Aprodithe. Aku rasa dia terlalu melebihkan. Tidak ada wanita secantik itu dengan bentuk tubuh yang menggoda." Rex mengoceh panjang lebar.
Reiner berhenti melangkah. Ia memiringkan kepalanya menghadap ke Rex. "Aku tidak mengizinkan kau menjadikan Lauryn sebagai wanita dalam fantasi liarmu. Jika aku mengetahuinya, aku akan memotong kejantananmu."
Tangan Rex bergerak cepat menutupi pusaka kesayangannya. Ia menatap Reiner dengan tatapan takut. "Kau terlalu protektif, Rein. Itu mengerikan."
Reiner kembali melanjutkan langkahnya. Tidak begitu peduli apa tanggapan sahabatnya. Namun, ia serius. Ia tidak mengizinkan siapapun menjadikan wanitanya sebagai wanita dalam fantasi liar mereka. Bahkan bayangan Lauryn adalah miliknya.
"Jeff, bagaimana kau bisa tahan dengan atasan seperti ini. Jika aku jadi kau aku pasti sudah mengundurkan diri." Rex beralih pada Jeff. Ia seolah-olah begitu teraniaya oleh Reiner.
Jeff tidak bisa berkata apa-apa. Jika ia membuka mulutnya maka tuannya pasti akan memerintahkannya untuk menyerahkan surat pengunduran diri.
Tidak, Jeff tidak ingin kehilangan pekerjaan dengan gaji besar ini. Ia mencintai pekerjaannya, begitu juga dengan atasannya. Meski terkadang sangat menakutkan, Jeff tidak ingin berganti atasan. Reiner selalu atasan terbaik di hatinya.
"Bermain dengan banyak wanita membuat kau menjadi seperti mereka, Rex. Terlalu banyak sandiwara," cibir Reiner.
Rex tidak terima. Ia segera menjawab, "Aku tidak seperti itu, Sialan!"
"Sepertinya kau sedang datang bulan. Atau mungkin kau sudah lama tidak bercinta? Aku sarankan setelah ini segera temui wanitamu. Kau terlihat seperti pria yang kurang asupan cairan wanita!"
"REINER!" Rex ingin sekali memukul kepala Reiner. Bisa-bisanya pria itu berkata sangat vulgar seperti itu.
Jeff tidak kuat lagi. Akhirnya ia tergelak. Atasannya benar-benar tahu cara memperlakukan orang dengan baik. Mulutnya yang kejam selalu saja membuat orang kesal.
Mata Rex mendelik ke arah Jeff. Dengan cepat Jeff menundukan kepalanya kemudian bicara pada Reiner. "Pak, saya akan kembali ke ruangan saya."
Reiner hanya membalas dengan deheman, setelah itu Jeff segera berbelok, masuk ke dalam ruangannya yang berada di depan ruangan sang atasan.
Sampai di ruangannya, Reiner membuka ponselnya. Ia memperhatikan lokasi Lauryn saat ini. Wanita itu berada di sebuah pusat perbelanjaan.
Reiner pikir mungkin Lauryn sedang berbelanja jadi ia menutup kembali ponselnya dan kembali berbincang dengan Rex.
Sementara itu di tempat lain, Lauryn tengah memasang pelacak di mobil Irene. Ia harus mengetahui ke mana saja Irene pergi agar ia bisa menjalankan rencananya.
Setelah selesai, ia meninggalkan tempat parkir itu. Saat ini ia mengenakan pakaian serba hitam dari atas hingga kepala. Rambutnya yang panjang ia ikat menjadi satu dan ia sembunyikan di dalam topi. Ia juga mengenakan masker yang membuat wajahnya akan sulit dikenali.
Mobil Audi R8 yang ia kendarai, ia parkirkan di tempat yang tidak terlihat oleh kamera pengintai. Ia masuk ke dalam sana dan melepas topinya. Rambut keemasannya terjuntai dengan indah.
Lauryn melajukan mobilnya, melesat menuju ke sebuah tempat yang ia sewa untuk markasnya. Ia memasukan mobilnya ke dalam garasi, kemudian ia menarik rolling door ke bawah. Ketika ia sudah mengunci tempat itu, Lauryn segera masuk ke dalam ruangan yang berisi lebih dari lima komputer.
Lauryn membelinya beberapa jam lalu dan sudah merakitnya. Meski tidak sama seperti yang ia miliki sebelumnya, tapi itu cukup untuk pekerjaannya saat ini. Ia melacak keberadaan mobil Irene, dan itu masih di tempat yang sama.
Tidak hanya mengamati Irene, dengan komputernya Lauryn memeriksa harga saham milik ayahnya dan juga milik Lorenzo. Ada banyak hal yang harus ia lakukan. Perusahaan ayahnya dan juga Lorenzo menjadi lebih besar dari sebelumnya berkat bantuannya.
Jadi, ia akan mengembalikan situasi ke semula. Dan terakhir akan menghancurkannya hingga mereka berdua berakhir dengan hutang yang tidak akan mampu merek bayar.
Beberapa saat kemudian, Lauryn melihat pergerakan di mobil Irene. Dan mobil itu berhenti di sebuah restoran bintang lima.
Mengambil kunci mobilnya, Lauryn pergi ke restoran favorit Irene itu. Ia yakin Irene akan makan siang bersama Lorenzo.
Lauryn memiliki hadiah kecil untuk Irene dan Lorenzo hari ini. Kilatan tajam dan penuh kebencian terlintas di mata Lauryn. Tidak peduli siapa yang akan ia lenyapkan, selama itu bisa memberikan rasa sakit akan kehilangan pada Irene dan Lorenzo maka akan ia lakukan.
Dan dalam kasus ini, Lauryn akan melenyapkan janin dalam kandungan Irene.
Lauryn menyamar, ia menyelinap ke dapur. Kemudian ia meneteskan cairan ke dalam pesanan Irene. Setelah itu Lauryn keluar dan melepaskan seragam pelayan restoran yang ia kenakan.
Ia mengambil tempat duduk di sudut restoran, memperhatikan dari sana bagaimana Irene akan berakhir dengan sebuah kehilangan.
Rasa mual menghantam Lauryn ketika ia menyaksikan kemesraan Lorenzo dan Irene. Ia benar-benar gila jika ia menyukai pria seperti Lorenzo.
tbc
Hari ini Lauryn tampak seperti putri dari negeri dongeng dengan gaun putih yang ia kenakan. Di atas kepalanya terdapat mahkota kecil bertahtakan berlian.Di sebelahnya Reiner tampak gagah dengan setelah jas berwarna hitam yang ia kenakan. Pria yang jarang tersenyum itu kini memperlihatkan senyumannya di depan semua orang.Di aula yang didominasi warna emas itu, Lauryn dan Reiner melangsungkan pernikahan mereka. Mengucapkan janji suci pernikahan yang tidak akan pernah mereka langgar.Tamu-tamu yang hadir di sana ikut bersuka cita untuk kedua mempelai. Mereka semua menikmati pesta mewah bak pernikahan putra raja itu.Setelah berjam-jam, acara selesai. Reiner membawa Lauryn ke kamar pengantin mereka.“Kau lelah?” tanya Reiner.Lauryn menganggukan kepalanya. “Aku merasa sedikit lelah. Mungkin itu karena kehamilanku.”“Seharusnya kau bicara jika kau lelah.”“Tidak apa-apa. Aku bisa menahanny
Mata Lauryn tertuju pada dua mayat yang berada beberapa meter dari keberadaannya saat ini. Kematian Alexander sudah menuntaskan segala dendam di dalam hatinya. Pria seperti Alexander tidak bisa dibiarknan hidup lebih lama karena akan ada lebih banyak orang yang terluka karenanya.Tidak berlama-lama Lauryn mengalihkan pandangannya. Ia tidak akan melihat ke belakang lagi sama seperti dendamnya yang sudah terbalaskan. Sekarang ia bisa menata masa depannya tanpa bayang-bayang dendam yang mengotori hatinya.Lauryn membukakan pintu mobil untuk Reiner, lalu setelahnya ia masuk ke dalam mobil. Membawa mobilnya menuju ke rumah sakit.Noah segera menangani Reiner ketika Reiner sampai. Ia mengeluarkan peluru dari lengan Reiner dan mengatasi luka Reiner.
Alexander sudah tidak lagi datang ke perusahaannya seperti biasa. Saat ini posisinya sudah digantikan oleh orang lain yang dahulu perusahaannya pernah ia hancurkan.Namun, Alexander masih belum akan mengaku kalah pada Lauryn. Jika ia tidak bisa membunuh Lauryn, maka jangan panggil ia Alexander.Saat ini bukan Lauryn yang akan Alexander bereskan, tapi Janice. Wanita itu telah bersekongkol dengan Lauryn untuk menyingkirkannya dari perusahaan yang ia bangun.Ia tidak akan pernah membiarkan Janice hidup dengan tenang setelah mengusiknya."Lakukan sesuai perintahku," seru Alexander pada Ellios."Baik, Tuan." Ellios menundukan kepalanya, lalu pria itu meninggalkan kediaman Alexander.
Irene melajukan mobilnya menuju ke apartemennya yang merupakan hadiah ulang tahun dari ibunya. Hanya tempat itu yang sekarang bisa ia datangi. Rumah ayahnya sudah tidak bisa ia sebut rumah lagi. Tidak ada kedamaian di dalam sana.Sampai di apartemennya, Irene mengerutkan keningnya karena pintu apartemen yang tidak dikunci. Hanya ia dan Lorenzo yang memiliki kunci apartemen, jadi pasti Lorenzo yang ada di dalam apartemen.Irene membuka pintu. Ketika ia masuk, ia disambut dengan adegan menjijikan di atas sofa. Pria yang setengah mati ia cintai berada di atas tubuh seorang wanita. Keduanya tidak mengenakan pakaian apapun."LORENZO!" Irene meraung. Wajahnya merah padam."Irene!" Lorenzo terkejut. Ia segera turun dari tubuh selingkuhannya.
Satu bulan berlalu. Lauryn telah keluar dari rumah sakit, tapi wanita itu harus terus memeriksakan dirinya untuk memantau kondisinya.Ia dilarang oleh Reiner untuk melakukan banyak aktivitas, selain itu jika Lauryn ingin keluar Lauryn harus ditemani oleh penjaga. Saat ini kondisi Lauryn belum pulih sepenuhnya, akan sulit bagi Lauryn untuk melindungi dirinya.Selama dua minggu ini Lauryn memantau perkembangan perusahaan Alexander melalui pemberitaan media.Ia pikir ini sudah saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander. Pria itu sudah mengalami banyak kekalahan, dan orang-orang telah meremehkan kemampuannya.Lauryn mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Janice. "Ini saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander."
Reiner membuka matanya pada pukul enam pagi. Ia terlelap di sebelah tempat tidur Lauryn dengan tangan yang tidak pernah melepaskan genggamannya pada tangan Lauryn."Selamat pagi, Lauryn." Reiner menyapa Lauryn. Menyapa Lauryn merupakan hal yang tidak pernah ia lewatkan."Selamat pagi, Reiner." Bulu mata lentik Lauryn bergerak, kelopak matanya yang sudah hampir dua minggu tertutup kini terbuka. Iris biru tenangnya kini terlihat lagi.Reiner membeku sejenak, ia harap ini bukan mimpi. Ia tidak ingin dihempaskan oleh kenyataan karena dirinya yang berharap terlalu tinggi.Senyum tampak di wajah pucat Lauryn. "Apakah aku sudah membuatmu menunggu terlalu lama?" tanya Lauryn.Suara yang Rein