Author's POV
Meskipun dengan berat hati, Pak Darmawan menyambut tangan sang putra dan menggenggamnya erat. Kemudian merangkul Andrean sambil menahan sebak di dada yang membuat netranya terasa memanas.
"Terima kasih, Pa," ucap Andrean sambil tersenyum kemudian permisi pergi.
Pak Darmawan menatap punggung kokoh putranya yang hilang dibalik pintu. Anak yang tumbuh di bawah asuhan sang nenek. Sosok ibu mertua yang sangat baik padanya. Yang merangkulnya seperti putranya sendiri. Walaupun mungkin dirinya bukan menantu yang baik.
Sekarang beliau harus membiarkan Andrean menentukan pilihannya sendiri. Meski rasanya tak rela jika anaknya tidak akan memiliki keturunan. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena untuk menentang pun tak bisa. Hubungan mereka tidak seakrab hubungan antara papa dan anak.
Sementara Andrean kembali masuk ke dalam ruangannya diikuti oleh Rozak. Keduanya lantas duduk berhadapan di meja kerja Andrean.
"Bagaimana tanggapan papamu?" tanya Rozak penasaran. Sebelum menemu