Share

PART 6 : TANDA HORMAT

Penulis: Yuna lisa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-01 11:56:15

Pagi harinya, suara masakan membuat Dexter yang baru saja bangun langsung beranjak pergi kebawah guna mengetahui apa yang dimasak wanita itu untuknya.

Aroma semerbak masakan membuat perutnya lapar, Dexter tak pernah menyewa pembantu di rumahnya. Kadang kalau dia sedang rajin, dia akan memasak makanan yang ia inginkan.

Dan kalau malas, maka roti dengan salai coklat adalah pilihan yang paling menjanjikan. “Masak apa kamu?”

Safira yang memakai celemek pink yang tak sengaja ia temukan menoleh pada sang majikan, ia melirik jam yang ada di dapur. Masih jam setengah enam, apa dia terlalu kencang menggoreng masakannya?

“Ah ini mas, masak capcay sama ayam goreng, mas mau sarapan?”

“Rajin banget kamu,” ucap Dexter yang duduk di kursi, sambil menatap masakan Safira.

“Hehehe tangan saya gatel mas, mau langsung masak. Di kampung ibu saya jualan apapun yang ada dan di kreasikan gitu.”

Dexter mengangguk, dia segera mengambil piring dan memakan masakan Safira. Wanita yang baru saja membuat wedang jahe menatapnya dengan penuh harap. “Gimana mas? Enak?”

Dexter mengangguk. “Lumayan.”

Safira memberikan minuman hangat itu padanya. Tentu saja membuat Dexter tak paham. “Apa ini?”

“Wedang jahe mas, suhu dingin gini bagus buat tubuh kalau minum itu, biar hangat!”

Setelah makan, Dexter merasa sangat kenyang. Dia duduk sebentar sambil memegangi perut yang sedikit membuncit karena kekenyangan.

Safira tertawa kecil melihat itu, dia puas dengan hasil kerjanya. “Gak mau nambah lagi mas? Masih banyak loh lauknya.”

“Bungkus aja! Bawa ke kantor!” ujar Dexter, yang membuat Safira mengangguk dan segera menyiapkan semuanya.

Tangan pria itu segera mengambil ponselnya sambil bersantai dengan kondisi tubuhnya sekarang. Terlihat di layar segi panjang itu sebuah pesan. “Cepat banget, tumben!”

“Kenapa mas?” tanya Safira yang berpikir pria itu berbicara dengannya.

“Ah ini dari sekertaris saya, kamu lanjutin aja kerjaan kamu!” ujar Dexter yang segera membalas pesan, sambil beranjak dari tempat duduknya.

.

.

Seorang wanita cantik dengan pakaian seksi dan tatapan serius, berjalan seirama yang membuat semuanya menunduk hormat, seakan wanita itu adalah bos di kantor.

Resepsionis yang sudah menunduk takut, guna tak di hampiri wanita yang cukup berkuasa setelah Dexter dan keluarga, ternyata malah datang mendekati mereka dengan mimik tajam.

Brak! Beberapa lembar kertas yang di putar menjadi bundar itu, di pukul di meja mereka yang membuat kedua resepsionis itu terkejut.

“Eh Bu Angelia, ada apa Bu?” tanya salah satu dari mereka, sambil tersenyum seramah mungkin pada sekertaris Tuan muda Dexter ini.

“Saya dengar Tuan muda kalian, membawa seorang wanita ya?” tanya Angelina penasaran, dia mendapatkan kabar dari mata-mata di kantor.

“Iya Bu, dia cuma ob kok, iyakan?” tanya orang itu lagi pada teman di sebelahnya. Tentu saja temannya mengangguk mengiyakan.

“Iya kok Bu, cuma OB gak lebih. Cuma saya dengar dia pembantu di rumah Tuan muda, jadi sebab itu mereka berangkat bareng!”

Angelina meremas kerasa yang ada di tangan dan sekali lagi gebrakan meja itu membuat keduanya terkejut. Setelah Angelina pergi dari sana, membuat kedua resepsionis itu menghela nafas lega sambil mengelus dada mereka.

“Sumpah baru juga bebas selama seminggu, udah balik lagi aja tuh nenek lampir!”

“Iya, mana belagu banget lagi tampangnya, kalau bukan karena Tuan muda, mana bisa dia di posisi itu.”

“Semoga aja Safira gak kenapa-kenapa.”

Sedangkan di depan Dexter berjalan lebih dulu, di susul Safira yang tampak merapihkan pakaiannya guna terkesan rapih di depan kepala OB.

Dia yang sudah tau, akan berpisah saat masuk kedalam, memilih kabur ke dapur guna membuat kopi untuk dirinya juga Dexter.

Sedangkan Dexter yang baru saja ingin masuk kedalam lift terkejut dengan Angelina yang terdiam di depannya dengan mimik kesal. Pria itu melihat ponselnya sebentar lalu masuk dengan acuh tak acuh.

Banyak pesan juga telepon yang tak ia angkat dari wanita itu, Dexter tak tau karena ponselnya dalam mode senyap.

“Siapa wanita itu?” tanya Angelina tiba-tiba, sontak saja Dexter menoleh sebenarnya lalu kembali melihat ponselnya, posisi Dexter di depan membelakangi Angelina.

“Untuk apa kamu tau?”

Angelina menatap kesal pria di depannya, Dexter adalah teman lamanya, sejak jaman smp dan sejak itu lah ia menyukai namun tak ada sedikitpun di hatinya membalas perasaannya.

Walau tau bagaimana perasaan, Dexter tampak tak perduli dan tetap menganggapnya sebagai teman baik.

“Kamu tau tentang perasaan aku kan Dexter?!”

“Tau, Angelina kita sudah membicarakan ini selama lebih 10 tahun,” balas Dexter tanpa menoleh sedikitpun.

“Dan selama itu kamu mengabaikannya!”

“Kamu akan menemukan yang lebih baik dari aku! Hanya saja dia belum nampak!”

Angelina menoleh ke samping dengan mimik yang sama. “Aku cuma mau kamu, Dexter.”

Dexter Jackson adalah pewaris resmi dari Jackson Grup, dimana nama belakangnya itu ialah sesuatu yang turun-temurun dari kakek buyutnya, dan begitupun perusahaan yang berdiri di bisnis makanan juga minuman, tapi tak jarang mereka menginvestasikan uang mereka untuk membangun resort, hotel dan restoran.

Itulah kenapa Dexter di sebut sebagai anak bersendok emas, karena terlahir di keluarga Jackson. Setiap generasi memiliki bisnisnya masing, namun keluarga Dexter yang paling unggul di bandingkan dengan saudara yang lain.

Karena Dexter adalah anak semata wayang, maka ayah Dexter menaruh harapan yang besar pada anak laki-lakinya, dan diluar dugaan Dexter bisa menyamakan kesuksesannya, membuat keluarga sang bangga, tapi bagi Dexter semua ini hanya kesibukan yang membuat dia lupa sesuatu hal.

Sesampainya di lantai tempat kerja Dexter, Angelina masih mengikuti hingga masuk, memang sudah menjadi rutinitas utama hal itu Angelina lakukan, entah untuk memberitahu kegiatan atau data perusahaan.

Ketika masuk sebuah bingkai di atas meja, membuat Angelina kembali kesal. “Lagi?”

Dexter segera mengambil barang itu dan menaruhnya di laci. Ini pagi yang amat cerah, sangat di sayangkan bila mana harus di mulai dengan percekcokan.

“Gadis itu meninggalkanmu, tapi kamu masih terus mengingatnya.”

Pria itu beruntung, karena semalam Safira tidak melihatnya, jika ia mungkin sakit kepala hebat itu akan terjadi lagi.

“Bisakah aku kerja dengan tenang? Jika kamu tidak nyaman denganku, kenapa tidak pergi saja, Angelina! Lama-lama aku muak denganmu.”

Angelina tak dapat berkata-kata, karena ucapan Dexter yang seperti biasa mengancamnya. Jika ia memiliki kekayaan yang sama dengan pria itu, dia akan meminta orang tuanya melamar Dexter sejak dulu kala.

“Aku hanya tidak suka kamu memilih rasa pada orang lain, Dexter.”

“Ini tubuhku, untuk apa kamu terus mengatur itu? Lebih baik fokus bekerja atau aku panggil satpam untuk mengusirmu.”

Saat tengah kesal, sebuah ketukan di pintu membuat keduanya menoleh, tak lama pintu terbuka memperlihatkan Safira yang membawa segelas kopi pait. “Maaf mas, kopinya.”

Angelina terkejut dengan Safira yang ada di sana, lalu ia menatap Dexter.

“Taro saja di sini!” ujar pria itu dengan santai, membuat Safira segera datang, lalu menunduk sebentar di depan Angelina sebagai tanda hormat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 32 : SENYUMAN HANGAT

    "Kamu sedang apa?" tanya Dexter heran, Safira yang tertangkap basah tersenyum lebar dengan mulut penuh dengan anggur. Saat ini pria itu berada di hadapan Safira, ia menggeleng heran karena tingkah tak jelas dari wanita itu yang memasukkan anggur ke mulutnya hingga penuh, hal itu mengingatkannya pada tupai. Tangannya melebar di depan mulutnya, yang membuat Safira mau tak mau mengeluarkan buah itu ke tangan Dexter. Alangkah terkejutnya pria itu mendapatkan banyak buah anggur di tangannya. "Kamu kayak gak pernah makan anggur aja." "Habis enak, kak." "Kalau enak kita beli anggur di kota ini, kamu kayak orang susah aja." "Lah emang kapan aku kayanya?" tanya Safira tanpa basa-basi, membuat Dexter menatapnya. Dimana gadis hilang ingatan yang lemah lembut padanya itu, wanita ini memang besar Safira yang dulu. "Aku yang akan beli apapun yang kamu mau," balas Dexter dengan percaya diri. "Tapikan itu duit kakak, bukan duit aku." "Kamu kok ngeselin sih sekarang?" tanya Dexter, pa

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 33 : ORANG-ORANG SAWAH

    Saat ini keduanya berada di apartemen Safira, suara televisi yang menyiarkan berita tak membuat mereka bosan, malah dua orang itu semakin serius melihatnya. Pizza, burger, popcorn, serta makanan dan minuman lainnya turut melengkapi tontonan mereka. "Gila, pembunuhan semakin meraja rela aja, serem gak sih kak Deket orang-orang kayak gitu," ucap Safira yang membuat Dexter terdiam, ia tak menyangka wanita itu akan bicara demikian. Jika wanita itu tau kalau dia juga seorang pembunuh yang bahkan pernah masuk rumah sakit jiwa, apa wanita itu akan meninggalkannya. "Safira." "Hhhmmm?" tanya Safira sambil menoleh kearah pria itu. "Kalau aku salah satu pembunuh itu, apa kamu akan takut dan meninggalkanku?" Safira terdiam sebentar, lalu tak lama suara gelak tawa terdengar dari bibirnya. Hal itu yang membuat Dexter serius menjadi heran. "Kenapa kamu tertawa?" "Hahaha, kakak pembunuh? Muka lawak kayak kakak. Denger ya kak Dexter kakak itu cocoknya jadi badut bukan psikopat, hahaha,

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 31 : MEMAKAN ANGGUR

    Hampir 1 bulan berlalu sejak kejadian itu, Dexter benar-benar memilih menjaga jarak dari Safira walau ia masih memantaunya dari kejauhan. Walau berusaha sebisanya untuk tidak mengingat tentang wanita itu, ia tak bisa. Wajahnya selalu terbayang walau ia sesibuk apapun dalam pekerjaannya.Dikabarkan Safira sudah pulih dari sakitnya, tapi untuk masalah ingatan ia tak menanyakan hal itu. Ia tak cukup kuat hati untuk mendengar diagnosa dokter yang akan mengatakan hal buruk tentang ingatan Safira. Baginya asal wanita itu sehat, maka itu juga bisa tenang dalam segala hal. Saat sedang mengecek data penjualan, sebuah suara ketukan pintu membuyar konsentrasinya. Saat ini ia sedang berada di kantor, karena masalah kesehatan, ayah dan ibunya terpaksa harus mengurus pekerjaannya juga sampai ia sehat seperti sekarang. Walau ibunya sudah banyak membantu dan memberikan semua yang dia inginkan, namun itu semua tak bisa menggoyahkan hati Dexter untuk mencintai ibunya. Hatinya sudah beku untuk wani

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 30 : JANGAN AMBIL HIDUP SAFIRA

    Saat ini Safira menatap ke jendela mobil dengan pipi yang masih memerah dan tak berani melihat sang majikan, apa yang baru saja Dexter lakukan itu benar-benar membuat dia terkejut juga perasaan menjadi tak karuan. Dexter yang saat ini menyetir menatap kearah Safira, lalu kembali memperhatikan jalan, sejak tadi dia hanya melakukan itu tanpa berniat bicara. Intinya setelah adegan ciuman tanpa sadar itu, Safira berlari ke mobil, dan diam dengan keadaan seperti sekarang. Ia yang bodoh karena terlalu tergoda dengan senyuman yang dulu sering di perlihatkan wanita itu padanya, Safira terlihat amat cantik dengan sinar yang tidak dia tolak. “Safira!” panggil Dexter namun Safira terlihat tak merespon. “Aku benar-benar minta maaf, aku tidak sengaja melakukan itu, ayolah jangan diam seperti ini? Katakan jika aku salah!” Wanita berumur 24 tahun itu masih terdiam, Safira ingat dimana saat Dexter mencium pipinya dan melupakan kejadian itu keesokan harinya, ia merasa senang seperti sekaran

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 29 : TAK PERCAYA

    Kembali ke masa sekarang…!!!Sinar matahari menyinari tangan Dexter, terlihat di sana ada sebuah cincin emas yang terukir pemilik di balik cincin itu, namun tak ada orang yang tau tentang itu. Yang mereka tau bahwa Dexter memakai benda tersebut karena iseng, padahal cincin itu memiliki arti yang dalam yang tak pernah mereka bayangkan. Saat ini Dexter berjalan menuju ruangan dokter yang akan memeriksa Safira, dengan wanita itu di belakangnya, lelaki itu tampak gugup karena berharap hasilnya sesuai yang dia inginkan. Sedangkan Safira melihat cincin yang tadi sempat mencuri perhatiannya, ia tak tau kalau pria itu memakai cincin? Sejak kapan?“Mas!” “Hhhmm?” tanya Dexter yang menoleh, lalu kembali berjalan. “Kapan mas pakai cincin?” Dexter mengambil lengannya yang memakai benda polos itu, lalu memasukkan tangannya ke dalam kantung celana. “Sejak lama?” “Apa itu tanda kepemilikan ya mas?” tanya Safira, dia penasaran, tapi di sisi lain hatinya sakit. Walau kadang pria ini memperlihat

  • GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS    PART 28 : RUMAH SAKIT JIWA

    "Saya ibu Dexter, dan saya ingin membicarakan kesepakatan di sini." "Kesepakatan?" Dengan wajah angkuhnya dia mengambil sesuatu dari tas hitam mewah itu, lalu meletakan amplop coklat besar yang entah apa isinya ke meja di depan wanita itu. "Ini berisi 200 juta, dan saya minta kamu jauhi anak saya!" "Maaf, saya gak bisa," balas Safira secara spontan, membuat wanita itu tersenyum remeh. "Saya tau, kamu mendekati anak saya karena dia tampan juga kaya, tapi uang ini sudah cukup untuk kamu yang seorang gadis kampung." Tangan Safira mengepal, sejak dulu orang miskin apalagi yang dari kampung selalu mendapatkan hinaan, semenjijikan itukah mereka hingga diperlukan seperti ini. "Maaf Tante, saya memang gadis desa tapi rasa suka saya tulus pada kak Dexter, saya gak mungkin meninggalkannya hanya karena uang." "Ya itu karena kamu mendapatkan anak saya, maka kamu akan mendapatkan semua harta kami, iyakan?" tanyanya dengan wajah marah, membuat beberapa penumpang di sana menatap kearah mer

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status