Share

BAB 4

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2025-01-04 15:17:25

“Suara itu? Kenapa mirip sekali dengan suara Mas Jordhy suamiku? Namanya juga sama. Lalu, apa itu tadi? Desain gaun pengantin? Untuk siapa? Bukankah kami baru saja menikah?” batin Arumi sambil menahan napas karena rasa terkejutnya.

Arumi membuang napas kasar sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan lelaki yang namanya sama dengan sang suami.

“Saya sedang cuti, Pak Jordhy! Anda bisa jelaskan saja pada assisten saya dan biarkan dia merekamkan untuk saya! Asissten saya sudah menghandel jutaan klien, tolong jangan ragukan dia!”

Lelaki dari seberang sana, beberapa detik tak mengeluarkan suara. Hingga akhirnya Arumi memutuskan sendiri panggilan teleponnya.

“Semoga Anda mengerti! Selamat siang!” ujar Arumi sebelum panggilan berakhir. Ditatapnya ponsel yang ada di tangannya dengan kepala diisi beragam pertanyaan.

“Apakah dia Mas Jordhy suamiku atau bukan? Ck, sayangnya ponsel lamaku ditinggal di rumah, jadi aku gak bisa check CCTV dari sini.”

Arumi menyimpan ponsel dan mengambil laptop miliknya yang tak pernah dia tinggalkan dan lekas membukanya. Dia pun mulai duduk tepekur di depan laptop menatap deretan desain pakaian yang belum dia rampungkan. Lumayan, dari pada duduk bengong sendirian. Arumi menghabiskan sisa waktu hari itu untuk menyelesaikan pekerjaan.

Sore menjelang, Arumi pun lekas menunaikan shalat ashar. Diambilnya gamis baru dengan set cadarnya. Arumi mematut diri di depan cermin.

“Kamu terlihat elegan sekali dan terlihat penuh misteri, Arumi … semoga bisa belajar istiqomah, ya!" lirihnya sambil menatap pantulan diri di depan cermin.

Merasa bosan, Arumi lekas keluar kamar dan berjalan menuju ke arah dapur. Mungkin, sekarang sudah saatnya menyiapkan makan sore.

Di luar, suasana sepi. Arumi menuruni tangga dan langsung menuju dapur. Di dapur tampak dua orang perempuan paruh baya tengah sibuk meracik menu.

“Lagi nyiapin makan malam, ya, Bi?”

Kedua perempuan berdaster dengan celemek dan penutup kepala itu menoleh lalu mengangguk.

“Non Rumi mau dimasakin apa?” tanyanya.

“Oh, boleh request?” terka Arumi sambil mendekat.

“Sebetulnya sudah ada varian menu, tetapi … kalau mau request juga boleh.” Salah satu yang bertubuh lebih tinggi bicara.

“Ahm … kalau gitu, saya ikut saja menu yang ada.”

“MasyaAllah, Non Rumi ini gak rewel, ya!”

Arumi lalu duduk dan membantu menyiangi sayuran yang sudah disiapkan untuk dieksekusi oleh mereka.

“Sepi ya, rumah jam segini?”

“Oh, iya, Non. Tadi Tuan Atmaja sama Nyonya lagi keluar, mau kontrol ke dokter kalau gak salah. Kalau Non Shelma kayaknya masih berenang di belakang itu, tadi ada teman-temannya. Kalau Mas Kevan, mungkin lagi di teras depan atau balkon, biasanya lagi latihan vokal.”

“Oh begitu? Emangnya Kevan itu musisi?” Tanya Arumi heran mendengar kata latihan vokal.

“Bukan sih, Non. Cuma sepertinya dia memang menyukai musik.”

Arumi mengangguk dan lekas fokus saja pada bahan-bahan yang akan dua orang itu olah. Sesekali dia melirik ponsel, tetapi tak ada kabar juga dari Jordhy. Entah ke mana sang suami. Mau bertanya, tetapi Arumi ingat, ada permintaan Jordhy untuk tak saling ikut campur urusan masing-masing selama masa penjajakkan.

Usai memasak, maghrib menjelang. Jordhy masih belum pulang. Shelma dan teman-temannya yang baru pada selesai berenang, menggeruduk dapur.

“Bibi, untuk kami sudah dipisahin?” tanya Selma.

Hanya saja, yang sedang ada di dapur bukannya dua ART-nya, tetapi tampak ada perempuan bercadar tengah sibuk membuat buah potong.

“Eh, Mbak! Boleh bantuin siapin makan malam, gak? Kami mau barbeque di belakang!” Suara Shelma membuat Arumi menoleh.

“Bukannya Bibi sudah siapin di meja makan?” Arumi melirik sekilas ke arah Shelma.

“Ck, bisa diamuk papa kalau ajak temen-temen makan duluan di sana!” rengek Shelma.

“Ya sudah, ayo Mbak bantuin!” ujar Arumi santai.

“Mbak saja, sih! Aku gak biasa.” Shelma mengelak.

“Mbak gak tahu kesukaan teman kamu apa. Jadi kalau kamu gak mau bantu juga, ya sudah.” Arumi menjawab lagi tanpa menoleh ke arah adik iparnya.

“Ck! Bi! Bibi! Bi Anih! Bi Armah!” Shelma tak menjawab lagi. Dia lekas memanggil nama kedua ART sambil menghentak-hentakkan kaki ke lantai.

Tak berapa lama, keduanya muncul dan lekas menyiapkan apa yang diminta oleh Shelma. Mereka rupanya mau makan-makan di taman belakang dan rupanya Shelma mengadakan acara barbeque.

Usai kedua ART itu menyiapkan semuanya di gazebo taman belakang, tak berapa lama lima orang gadis sebaya Shelma berjalan sambil cekikikkan dari arah depan. Arumi melirik sekilas, rata-rata dari mereka mengenakan pakaian yang cukup berani. Hanya saja Arumi pun tak banyak berkomentar, karena dia pun dulu pernah berada di fase yang sama.

“Andai tak ada kejadian itu, mungkin hingga saat ini, aku masih seperti mereka.” Arumi menatap punggung para gadis itu yang menuju ke arah gazebo.

“Eh, Mbak! Buatin kami jus, ya!” seru salah satu dari mereka sebelum menutup pintu. Arumi tak menggubris dan masih sibuk memotong buah.

“Eh, Mbak! Tuli, ya!” pekik gadis yang tadi dengan nada agak keras.

Arumi yang merasa terganggu mendongak dan menatap ke arah gadis itu.

“Kamu bicara sama siapa? Bukannya Bi Armah dan Bi Inah sedang ada di belakang seperti yang kalian minta?”

“Sama situlah! Jangan mentang-mentang sudah jadi istrinya Mas Jordhy, ya! Shelma bilang, Mas Jordhy juga nikahin kamu sementara doang! Jadi, gak usah besar kepala!” ocehnya sambil mendekat seolah hendak mencari gara-gara.

Arumi menautkan alis. Bagaimana bisa, gadis itu bisa tahu? Hanya saja belum Arumi menjawab terdengar pekikkan Shelma.

“Amita! Jan bikin gue susah, woyyy!” Shelma tergopoh, lalu menyeret lengan temannya itu menuju ke taman belakang.

Arumi menatap punggung kedua gadis itu.

“Sepertinya Shelma banyak tahu hal terkait Mas Jordhy dan tabir pernikahan ini, mungkin aku bisa memperalatnya, dia sepertinya masih labil,” batin Arumi sambil merapikan potongan buah dalam kotak makan yang sudah disiapkannya. Lalu dia berjalan menuju ke kamar. Hanya saja, sayup terdengar petikan gitar yang indah. Alunan nada itu membuat kedua alis Arumi saling bertaut.

“Lagu ini sepertinya aku cukup familiar! Cuma dengar di mana, ya?”

Arumi berjalan mendekat menyusuri asal suara. Lalu, tampak punggung lelaki berambut sebahu tengah duduk memetik gitar membelakanginya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 63C - END

    “Ya Allah, Mas! Kenapa jadi kamu yang ribet kayak gini, sih? Lahirannya juga masih lama!” kekeh Arumi.Jordhy menoleh dan mendekat ke arah sang istri. Sebelum berbicara, satu kecupan dia daratkan pada kening Arumi. Tak peduli Bi Muti memalingkan muka karena malu.“Apapun akan kulakukan demi kebaikan anak kita. Anggap saja ini adalah penebusan kesalahan!” kekehnya sambil membelai rambut Arumi. Jika di dalam rumah, Arumi kerap mengenakan pakaian santai. Toh, Pak Kamin memang di larang berkeliaran di dalam.“Baiklah, terserah kamu, Mas! Ini buat kamu!” tutur Arumi sambil menyerahkan segelas cappuccino hangat untuk sang suami. “Ayo! Temani Mas minum!” bisik Jordhy sambil menarik lengan Arumi dan mengajaknya meninggalkan kamar bayi mereka.Sebelum menginjak bulan ke Sembilan, mereka berdua melaksanakan agenda baby moon yang sudah dirancang. Puncak Bogor yang Jordhy pilih dari sekian banyak destinasi wisata yang Rasya sodorkan. Udara sejuk dan pemandangan pegunungan yang indah menjadi daya

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 62B

    “Lisa,” jawab Jordhy singkat.Wajah Arumi menunjukkan sedikit keterkejutan, tetapi ia segera tersenyum tenang. “Bagaimana keadaannya sekarang?”Jordhy menceritakan secara singkat keadaan Lisa yang kini telah jatuh dalam keterpurukan. Arumi mendengarkan dengan seksama, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa cemburu atau marah. Sebaliknya, ia justru menepuk bahu suaminya dengan lembut.“Mas, kalau kamu merasa perlu membantunya, lakukan saja. Kadang, Tuhan memberi kita kesempatan untuk membantu orang lain agar kita bisa belajar dari masa lalu,” kata Arumi bijaksana.Jordhy menoleh dan menatap tak percaya pada apa yang Arumi katakana padanya, “Kamu serius berpikiran demikian, Dek?” Arumi tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahu Jordhy. “Semua orang pernah berbuat kesalahan, jika kesempatan kedua itu tak pernah ada, maka hari ini kita pun tak akan pernah bersama, Mas.”Jordhy termenung. Benar yang dikatakan Arumi. Namun, sisi logikanya masih bertahan. Tak semudah itu juga memberikan penga

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 62A

    Beberapa menit kemudian, ia tiba di sebuah pasar kecil. Di sana, matanya langsung tertuju pada gerobak kecil dengan tulisan “Rujak Serut Spesial” yang ditempatkan di samping sebuah pohon besar. Tanpa ragu, Jordhy berjalan cepat menuju gerobak tersebut dan menanyakan pesanan rujak serutnya. Saat menunggu penjual menyelesaikan pesanan, pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada sosok perempuan yang berdiri tak jauh darinya. Perempuan itu pun tampak memandangi Jordhy dengan mata yang tampak kosong dan lelah, namun di balik itu, ada sorot yang berkaca-kaca, seolah menyimpan begitu banyak perasaan yang tak terucapkan.Jordhy memandang perempuan itu dengan kening berkerut. Butuh beberapa detik untuk mengenali siapa sosok tersebut. Wajah yang dulu selalu ia lihat dalam kesibukan kantor dan momen-momen pribadi mereka kini tampak berbeda—lelah, penuh bekas luka kehidupan. Lisa, mantan sekretaris sekaligus mantan kekasihnya, berdiri di sana dengan tubuh yang tampak kurus dan kusut dan perut yang te

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 61B

    Arumi tersipu, tapi dengan lembut ia menerima uluran tangan suaminya. “Baiklah karena dipaksa.”Mereka berdansa pelan diiringi musik lembut yang mengalun dari speaker di sudut ruangan. Jordhy memeluk Arumi dengan lembut, mendekapnya penuh cinta sambil berbisik, “Terima kasih sudah ada di hidupku. Kamu tahu, aku mungkin bukan suami yang sempurna, tapi aku berjanji akan selalu berusaha menjadi yang terbaik buat kamu dan anak kita nanti.”Arumi menyandarkan kepalanya di bahu Jordhy, merasakan kedamaian dan cinta yang tak terbendung. “Aku nggak butuh yang sempurna, Mas. Kamu, dengan segala kekurangan dan kelebihan, sudah lebih dari cukup.”Mereka terus berdansa dalam keheningan penuh makna, saling menguatkan tanpa banyak kata.Setelah makan malam, mereka memutuskan mampir ke sebuah mal yang masih buka untuk membeli beberapa keperluan bayi. Meski sudah larut, Jordhy masih tampak bersemangat memeriksa satu per satu barang yang ada di toko bayi. Arumi, yang sesekali duduk di kursi yang terse

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 61A

    “Malam ini bersiap, ya! Mas mau ajak kamu pergi! Cuma siang ini, Mas harus udah kerja, Rasya takut keburu botak kepalanya!” tutur Jordhy sambil meneguk susu hangat miliknya. Tentunya bukan susu untuk ibu hamil seperti yang Arumi sangka. “Mau ajak ke mana? Aku masih capek, tau!” keluh Arumi. “Ada, deh … rahasia!” balas Jordhy sambil mengambil potongan roti bakar miliknya lalu disuap dengan lahap. Pagi itu mereka berpisah dengan senyum yang tersemat pada bibir masing-masing. Ada rasa hangat yang menjalar dari dekapan singkat dan kecupan Jordhy pada kening Arumi sebelum pergi ke kantor. “Jangan lupa, malam nanti dandan yang cantik!” bisik Jordhy sambil melepaskan rangkulan dari pinggang Arumi. “Kan aku pake cadar, cantik juga gak kelihatan!” elak Arumi.Jordhy terkekeh sambil menggaruk tengkuk, “Hmmm … kalau mau dibuka, boleh, sih!” “Dih, enggak, ah! Dulu ‘kan kamu yang minta,” tutur Arumi menyangkal. “Iya deh, iya, Nyonya! Pamit, ya!” Jordhy mengecup sekali lagi kening Arumi, lal

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 60B

    Sepasang netra Arumi membeliak ketika melihat hiasan kamar bak kamar pengantin baru. Semerbak dengan taburan mawar dan ronce melati segar.“Mas?” Arumi menoleh ke arah Jordhy dan menatapnya. Namun bukan jawaban, melainkan tiba-tiba saja Jordhy membopong tubuhnya dan membaringkannya di atas king size bed bertabur mawar.“Malam ini, milik kita,” bisiknya sekali lagi. Lalu pinti dikuncinya dan lampu yang terang berubah temaram. Arumi hanya bisa pasrah ketika Jordhy mengajaknya berpetualang. ***Pagi menyambut dengan sapuan sinar surya yang lembut. Arumi baru saja bangun dan mengerjap ketika sinar matahari pagi menyelinap lewat tirai. Setelah shalat shubuh tadi, Arumi merasakan lelah yang luar biasa dan memilih untuk tidur lagi. Ditatapnya tempat tidur yang kosong di sampingnya, Jordhy sudah tak ada di tempat.Arumi mengerjap, mencoba mengingat-ingat. Baru saja kemarin dia landing di bandara dan menginjakkan kembali kakinya di Indonesia. Lalu bayangan manis malam tadi dan kalimat cinta y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status