“Ayo kita menikah!” “Jika bukan denganmu, aku tidak akan menikah. Aku akan melajang selamanya!” Mendapatkan pengkhianatan dari sang kekasih yang tega berselingkuh dengan adik tirinya sendiri, hanya karena prinsip hidup Clay yang tak ingin melakukan hubungan badan sebelum adanya ikatan pernikahan. Elodie Clay Margaux terpaksa menerima ajakan menikah dari Kazuya, pemuda yang sudah berulang kali menyatakan perasaan cinta padanya. Hanya agar bisa membalas pengkhianatan sang mantan kekasih. Perbedaan usia tak menjadi masalah. Bagi Kazuya, mendapatkan cinta sang Asisten Dosen adalah impian dan tujuan hidupnya. Terjebak oleh sandiwara yang Clay buat, membuatnya harus berurusan dengan Kazuya Ivander Martin seumur hidup. "Mengapa kita tidak melakukannya sekarang? Bukankah kita sudah resmi menjadi pasangan suami istri?" Akankah Clay menuruti permintaan Kazuya? Bisakah Clay membalas cinta lelaki yang usianya lima tahun lebih muda darinya?
View More“Jika bukan denganmu, aku tidak akan menikah! Aku akan melajang selamanya!” tegas Kazuya dengan raut wajah serius.
Sorot matanya memancarkan ketulusan cinta yang mendalam, pada wanita berusia dua puluh empat tahun yang menjadi asisten dosen di perguruan tinggi tempat Kazuya mengenyam pendidikan. “Tidak! Apakah kau tak pernah diajarkan sopan santun?” Clay menatap tajam penuh peringatan pada pemuda berwajah oriental itu. Tak hanya sekali Clay menolak pernyataan cinta dari mahasiswa semester satu itu. Bahkan kali ini pemuda berusia sembilan belas tahun itu, berani melamarnya. Bukan hanya karena Clay sudah memiliki kekasih, namun perbedaan usia menjadi salah satu alasan wanita itu menolak. Mendengar penolakan tak membuat semangat Kazuya patah, justru dia semakin tertantang untuk bisa menaklukan hati sang pujaan hati. Rasa kagumnya justru bertambah, melihat raut wajah Clay yang tampak semakin cantik meski sedang dalam keadaan marah. “Kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Apa ada yang lucu?” tanya Clay masih dengan nada ketus. “Memangnya ada ya, peraturan yang melarang mahasiswa untuk tersenyum pada Asdos? Lagian kita kan lagi di rumahku. Jadi aku bisa bebas melakukan apapun,” balas Kazuya sembari melangkah semakin dekat ke arah wanita yang ditugaskan untuk membimbing Kazuya belajar. “Hei, mau ngapain kamu? Aku bisa teriak sekarang kalau kamu ngelakuin yang aneh-aneh!” Raut panik terlihat jelas di wajah Clay. Segera dia menggeser tas pundaknya hingga di depan dada, seraya melangkah mundur. Pemuda itu bukannya menurut, justru semakin melangkah maju dengan senyum yang terlihat aneh di pandangan Clay. Langkah Clay berhenti, kala punggungnya sudah membentur tembok. “A-aku bilang berhenti Kazuya! Aku akan teriak sekarang!” ancam Clay ketika Kazuya semakin memupus jarak. Tangan wanita itu terulur ke depan, menahan dada Kazuya agar tetap di posisinya. “Ngapain kita gak pacaran aja sih? Kamu single, aku juga gak punya pacar,” ucap Kazuya sembari mengungkung tubuh kecil Clay dengan meletakkan kedua tangannya di sisi wanita itu. Pandangannya menelusuri kecantikan Clay yang sudah beberapa bulan ini mengisi pikirannya. Wajah Clay mendongak, membalas tatapan lembut pemuda kurang ajar itu dengan tatapan tajam penuh peringatan. “Enak saja kamu ngomong! Aku sudah punya calon suami! Dan sebentar lagi kami akan menikah! Jadi aku mohon mulai sekarang berhentilah melakukan hal yang sia-sia, karena aku tidak akan pernah menerimanya!” tegas Clay berusaha mendorong tubuh jangkung itu menjauh, namun usahanya sia-sia. Kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan pemuda berbadan atletis itu. “Oh, really? Serius? Kamu sudah punya pacar?” Kazuya merendahkan wajahnya hingga sejajar dengan wajah sang wanita. Sorot mata tajam menelisik, namun menyimpan rasa tak percaya akan perkataan wanita itu. Justru dia mengira jika Clay sengaja membuat alasan yang mengada-ada, hanya untuk menolak cintanya. “Aku serius, Kazuya! Calon suamiku akan marah jika melihat kamu memperlakukan calon istrinya seperti ini!” “Lalu, dimana dia? Jika benar apa yang kamu katakan, kenapa aku gak pernah melihat pria yang kau bilang calon suami itu?” ucap Kazuya terdengar meremehkan. Smirk tipis tersungging di bibirnya. Clay membuang pandangannya ke samping. Tak kuat lama-lama bertatapan dengan pemuda yang memiliki ketampanan menonjol ini. Ada sedikit getaran aneh di dadanya, setiap kali berdekatan dengan Kazuya. Wangi maskulin bercampur dengan aroma tembakau, yang begitu menunjukkan sifat kelelakian Kazuya. “Calon suamiku sedang sibuk bekerja. Untuk itu, jarang sekali kami terlihat bersama,” jelas Clay tanpa berani menatap balik lawan bicaranya. “Tapi bukan berarti dia tak perhatian. Kami saling mencintai dan tak lama lagi kami akan menikah.” Clay menghela nafas panjang. Apa yang dia katakan, bukanlah seratus persen kebohongan. Meski ada hal yang dia ungkap secara berlebihan. Namun inilah satu-satunya cara yang mungkin saja bisa membuat pemuda itu berhenti mengejarnya. “Aku gak akan berhenti mengejarmu sampai..” Kazuya menghentikan ucapannya, meraih salah satu tangan Clay yang masih berada di dadanya. Membuat wanita itu terkesiap, hingga menegakkan pandangan. “Sampai aku sendiri tahu, jika calon suamimu itu benar-benar ada!” Deg! Wajah Clay tampak pias. Pipinya pun memerah. Clay tahu, Rafael memang belum pernah melamarnya. Bahkan sudah beberapa bulan terakhir ini, hubungan Clay dengan sang kekasih terasa sangat hambar. Ada sesuatu hal yang membuat hubungan mereka renggang. Entah apa itu, Clay pun tak tahu. Clay memejamkan mata sejenak seraya menghirup nafas dalam-dalam. Menghadapi pemuda seperti Kazuya memerlukan kesabaran ekstra. Padahal sudah berbagai cara dilakukan untuk menyadarkan pemuda itu, namun sepertinya Kazuya memiliki pendirian yang teguh. “Kalau kamu gak percaya, kamu boleh melihatnya sendiri. Aku akan kenalkan kamu dengan calon suamiku!” Dengan sekuat tenaga, Clay mendorong tubuh jangkung itu menjauh. Secepatnya dia mencari celah untuk bisa terbebas dari Kazuya. Melangkah terburu-buru menuju gerbang rumah keluarga Martin. Namun langkahnya terhenti kala melihat Mercedes Maybach hitam, memasuki pelataran rumah. Clay menunduk hormat ketika pria bergaya parlente itu keluar dari mobil mewahnya. Martin Gerald menatap datar pada wanita muda dari balik kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. “Selamat sore tuan Martin,” sapa Clay seraya memaksakan senyumnya yang terlihat kaku, pada pria yang tak lain adalah papa Kazuya. “Bagaimana perkembangan putraku?” tanya pria pemilik rahang tegas itu dengan raut wajah datarnya. “Kazuya bisa mengikuti pelajaran yang saya ajarkan, tuan Martin. Anda tak perlu cemas, saya akan membantunya menyelesaikan pendidikan hingga putra anda meraih gelar dan memperoleh indeks prestasi seperti yang anda inginkan,” jelas Clay dengan pandangan menunduk. Berhadapan dengan pria yang memiliki pengaruh besar di universitas tempat Clay menimba ilmu, tak ayal membuatnya canggung. Andai saja bukan karena perintah dari Martin sendiri, mungkin saja dia sudah menolak menjadi pembimbing mahasiswa kurang ajar seperti Kazuya. Martin mengangguk, tanpa menjawab penjelasan dari wanita itu. “Saya pamit pulang, tuan. Tugas saya hari ini sudah selesai,” ucap Clay yang ingin segera meninggalkan rumah itu. “Pulanglah! Untuk gajimu, biar nanti asistenku yang mengurus.” Martin berjalan mendahului, hendak memasuki rumah. Namun mendadak raut wajahnya mengerut, tatkala berpapasan dengan putranya yang sudah bersiap dengan jaket kulit hitam dan helm arai menutup kepalanya. Kazuya tak berniat menyapa papanya, justru melangkah melewatinya. “Mau kemana, Kaz?” tanya Martin seraya melepas kacamata hitamnya. Kazuya menghentikan langkah. Sejenak terdiam, sebelum akhirnya menjawab, “mau anterin calon istriku pulang!” Mendengar jawaban singkat dari putra tunggalnya, sontak memancing reaksi Martin. Segera dia memutar tubuhnya untuk melihat langsung ke arah putranya. Namun belum sempat dia bertanya, Kazuya sudah berjalan menjauh. “Calon istri? Apa yang dimaksud adalah wanita yang tadi?” gumam Martin yang segera mencari keberadaan Clay. Namun sayangnya, wanita itu sudah tak terlihat. ***‘Plaaakkk!!’ Tangan kanan Clay mendarat di pipi Kazuya. Membuat pipi kiri pemuda itu memerah. Rasa perih akibat tamparan yang cukup keras, tak membuat Kazuya terpancing amarah. Justru mengulas senyum tipis dan mengabaikan rasa sakit itu. “Kita memang sudah menikah. Tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya melakukan hal di luar dari keinginanku!” elak Clay seraya mengusap permukaan bibir dengan punggung tangannya lalu membuang pandangannya ke samping. Suasana mendadak hening. Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Kazuya. Bahkan pemuda itu tak juga berpindah posisi. Mengungkung sang istri dengan meletakkan kedua tangan di sisi tubuh Clay. Dalam posisi sedekat ini, Clay bisa merasakan hembusan nafas Kazuya dengan aroma alkohol yang begitu kental. Sontak kembali mengalihkan tatapannya ke arah pemuda itu. “Apa kau minum alkohol?” Pertanyaan yang tak memerlukan jawaban, namun Clay hanya ingin memastikan. Kazuya tak menjawab, justru semakin intens memandang wajah cantik sang istri denga
Didesak oleh pertanyaan-pertanyaan dari Meghan juga Rafael, pada akhirnya Clay memilih menikahi Kazuya. Pemuda yang sudah membantunya terlepas dari keluarga toxic. Pernikahan dilangsungkan di catatan sipil setelah melangsungkan pemberkatan nikah di sebuah gereja kecil. Itu semua sesuai dengan permintaan Clay yang tak menginginkan resepsi besar-besaran. Pernikahan rahasia yang harus dilakukan serapat mungkin, agar pihak kampus maupun rekannya yang lain tidak mengetahui jika dirinya telah menikah dengan berondong. Awalnya Martin bersikeras menolak keinginan putranya, namun terpaksa dia menyetujuinya hanya agar Kazuya bisa lebih bersemangat dalam belajar. Karena nantinya Kazuya yang akan menggantikan posisi Martin sekarang. Putranya itu harus dididik secara intensif, sebelum nantinya menjadi pemimpin Mrtz Corporation yang kompeten. Dan Martin yakin jika Clay adalah orang yang tepat untuk dimanfaatkan. Meskipun awalnya ragu karena melihat perbedaan usia yang dimiliki putra dan me
Belum sempat hilang rasa terkejutnya setelah mendengar permintaan tulus dari pemuda yang sudah berulang kali mengungkapkan perasaannya itu, terdengar bunyi pintu terbuka. Dua wanita berbeda usia, berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang tak kalah terkejutnya. “Ternyata benar yang Pevi bilang, apa kalian akan menikah?” ucap Meghan dengan raut penasaran. Bahkan baru kali ini dia melihat seorang laki-laki berada di kamar anak tirinya. “Apa anda mamanya Clay?” Kazuya yang pertama kali menyahut ucapan Meghan. Hanya sekali melihat pun dia paham akan sosok wanita paruh baya di hadapannya. Apalagi wanita muda tak tahu malu yang Kazuya ingat tak lain adalah adik dari Clay. Kedua wanita itu memiliki wajah yang hampir sama, hanya berbeda usia saja. Bisa dipastikan jika watak mereka pun sama. “Apa kamu lelaki yang akan menikahi, Clay? Siapa kamu? Dari mana asalmu?” ucap Meghan dengan tatapan menelisik. Wajah tampan dengan kulit putih bersih, namun penampilan Kazuya terlihat sedikit
“Aku mau kita akhiri hubungan ini!” tegas Clay yang berusaha menahan diri agar tidak menangis. Menghadapi kenyataan pahit jika kekasihnya justru menjalin hubungan gelap dengan wanita lain, membuat hatinya hancur. Sangat hancur! “Ok, gak masalah! Sebenarnya sudah lama juga aku ingin putus!” jawab Rafael tanpa rasa bersalah sedikitpun. Matanya menatap pada wanita yang sudah dua tahun ini menjadi kekasihnya, lalu beralih pada pemuda jangkung yang berdiri di belakang Clay. Mendengar jawaban Rafael, semakin membuat jantung Clay terkoyak, dadanya terasa sesak. Bahkan pria itu tak merasa bersalah sedikitpun telah menjalin hubungan dengan adik tirinya sendiri. Tatapan Clay beralih pada wanita berusia dua puluh tahun yang duduk di depannya. “Pevi, apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu? Apa salahku sama kamu, hingga kamu tega mengambil pacar kakakmu ini, hah?!” Amarah Clay semakin memuncak ketika melihat adiknya itu justru bersikap santai. Bahkan sengaja menggulung rambut panjangnya
“Ayo naik!” perintah Kazuya setelah menepikan motor sportnya di sisi jalan, tak jauh dari keberadaan Clay yang terlihat berjalan tergesa-gesa. “Tidak perlu! Aku bisa naik ojek. Kamu pulang saja!” pinta Clay kembali memacu langkah melewati Kazuya dan motornya. Namun lagi-lagi pemuda itu menahan langkahnya dengan cara mencekal pergelangan tangan Clay. “Lepaskan tanganku, Kaz!” tegas Clay dengan sorot mata tajam, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kazuya. “Seingat aku, tadi kamu bilang mau kenalin aku ke calon suamimu. Dan aku mau dikenalin nya sekarang!” “Ta-tapi..” “Sudahlah Clay, ayo naik! Keburu malam nanti!” perintah Kazuya kembali. Dia seakan lupa dengan status Clay sebagai pembimbing belajar yang harus disegani. Clay melihat pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir jam enam sore. Dia pun belum sempat memesan ojek online. Jika harus mencari taksi, maka membutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai jalan raya utama. Pandangan Clay berali
“Jika bukan denganmu, aku tidak akan menikah! Aku akan melajang selamanya!” tegas Kazuya dengan raut wajah serius. Sorot matanya memancarkan ketulusan cinta yang mendalam, pada wanita berusia dua puluh empat tahun yang menjadi asisten dosen di perguruan tinggi tempat Kazuya mengenyam pendidikan. “Tidak! Apakah kau tak pernah diajarkan sopan santun?” Clay menatap tajam penuh peringatan pada pemuda berwajah oriental itu. Tak hanya sekali Clay menolak pernyataan cinta dari mahasiswa semester satu itu. Bahkan kali ini pemuda berusia sembilan belas tahun itu, berani melamarnya. Bukan hanya karena Clay sudah memiliki kekasih, namun perbedaan usia menjadi salah satu alasan wanita itu menolak. Mendengar penolakan tak membuat semangat Kazuya patah, justru dia semakin tertantang untuk bisa menaklukan hati sang pujaan hati. Rasa kagumnya justru bertambah, melihat raut wajah Clay yang tampak semakin cantik meski sedang dalam keadaan marah. “Kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Apa ad
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments