Home / Romansa / Istri Kedua Sang Presdir / Bab 41. Mencari Jalan Keluar

Share

Bab 41. Mencari Jalan Keluar

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-06-17 20:55:27

Ia mencoba lagi, memasukkan kombinasi kata sandi lama yang ia ingat. Tetap gagal. Frustrasi memuncak.

Ia mengambil napas dalam-dalam. Hanya ada satu cara untuk mendapatkan akses itu: menghubungi Bapak Ridwan, Kepala Divisi Teknologi.

Ridwan adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh sistem IT perusahaan. Namun, Ridwan dikenal sangat disiplin dan tidak akan memberikan akses tanpa alasan yang sangat kuat, apalagi di luar jam kerja.

Neina menatap layar ponselnya, ragu-ragu. Menghubungi Ridwan berarti mengakui ia butuh bantuan, yang bisa saja dianggap sebagai excuse oleh Keandra. Tapi, jika ia tidak mencoba, proposal ini pasti gagal. Akhirnya, dengan tangan gemetar, ia menekan nomor Ridwan.

Telepon berdering lama. Neina merasa jantungnya berpacu kencang.

Apakah Ridwan sudah tidur? Apakah ia akan marah karena diganggu? Pada dering kelima, suara serak Ridwan akhirnya menjawab.

“Halo, Neina? Ada apa? Ini sudah larut.” Nada suaranya terdengar lelah, namun tidak marah.

“Maaf mengganggu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 77. Tamu Tak Terduga

    Di ujung lorong, sosok yang familiar dan penuh wibawa sudah menunggu. Daniswara—lelaki tua dengan rambut putih bersih yang tersisir rapi, sorot matanya tajam namun senyumnya hangat, terpancar aura kebaikan. Di sisinya, Pak Aji, asisten pribadi Daniswara, berjalan mengiring langkah Pak Daniswara yang baru tiba. Menatap ke sekeliling, merespon segala kesigapan yang akan ia lakukan untuk sang atasan.“Pak Daniswara,” sapa Felix, ia mengangguk sopan sebagai penghormatan yang ia berikan untuk petinggi perusahaan. “Pak Daniswara.” Neina pun melakukan hal yang sama dengan Felix tentunya. “Felix, Neina,” sapa Daniswara, suaranya berat namun penuh wibawa, mengisi keheningan koridor.Felix segera membungkuk hormat, menyalami tangan keriput lelaki sepuh itu. “Selamat pagi, Pak Daniswara. Selamat datang di kantor.”Neina, yang berdiri sedikit di belakang Felix, ikut membungkuk sopan. “Selamat pagi, Pak.”“Pagi, Nak.” Suara Daniswara mengalun lembut, menatap hangat pada Neina yang tentu sudah

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 76. Permintaan Maaf Neina

    Felix mengangkat sebelah alisnya, “jadi kamu sudah putus dengan kekasihmu?” tanyanya menegaskan ulang kalimat yang dengan jelas Neina ucapkan. Neina menatap datar ke arah Felix, “Ya, itu benar.” Neina membuang nafas kasarnya. “Tidak mungkin juga saya harus berlama membuat keputusan kan? Saya sudah berkhianat, dan saya tak pantas untuk terus membohongi pria sebaik Mas Raka. Saya sangat jahat padanya.”Neina mengungkapkan alasan yang membuat dirinya mengambil keputusan berta dalam hidupnya. Felix mengangguk mengerti, ia pun merasa kasihan melihat nasib percintaan yang terjadi dalam diri wanita di depan meja kerjanya ini. “Saya paham. Kamu memang berada di situasi yang sulit, Neina.” Felix menanggapi perihal nasib yang dialami oleh Neina. “Saya tahu, kamu juga tidak ingin berada dalam masalah seperti ini. Bahkan, saya paham jika kamu sudah kehilangan masa depan yang mungkin telah kamu rajut bersama kekasihmu.”“Ya, Bapak benar.”“Saya yakin. Kamu akan mendapatkan kebahagiaan atas ja

  • Istri Kedua Sang Presdir   75. Kedatangan Orang Tak Terduga

    "Ada apa ini?"Suara berat dan tegas seorang pria berhasil mengalihkan keributan yang terjadi .Felix tiba-tiba datang memecah suasana tegang yang mencekam lobi itu, bagaikan hembusan angin segar yang berhasil mengusir awan mendung. Seketika, semua karyawan yang menyaksikan pertunjukan Neina dan perselisihannya dengan Ibu Raka mulai bertolak meninggalkan lokasi. Mereka berpura-pura kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Mereka tak mau menjadi korban pemecatan selanjutnya jika sampai sesuatu terjadi, takut terseret dalam badai yang tengah mengamuk.Tak ingin menjadi korban seperti karyawan yang tiba-tiba dipecat, saat pernah mencoba untuk mengganggu Neina kala itu. Bu Diana beralih pada Felix yang menatap datar ke arahnya dan Neina. Melihat penampilan dan pakaian yang Felix kenakan. Ia yakin, jika Felix adalah orang penting di perusahaan ini. "Apa Anda masih mau memiliki karyawan yang menjadi simpanan pria kaya?" lantang suara Bu Diana saat Felix mendekati ke arahnya, nada suar

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 74. Fakta Menyakitkan

    Beberapa pegawai mulai merekam diam-diam dengan ponsel mereka. Suara gumaman dan bisik-bisik membelah koridor kantor, seperti serangga yang mengerubungi gula.Neina meraih lengan Bu Diana, suaranya parau. "Ibu… saya mohon… saya mohon dengan sangat… saya masih hormat sama Ibu… sama Mas Raka… saya mohon kita bicara di ruangan saya. Tolong jangan seperti ini…"Bu Diana menepis tangan Neina yang memohon kepadanya. Suaranya bergetar, tapi ledakannya masih menggelegar. "Kamu pikir kamu siapa, hah? Kamu kira saya takut bikin malu di sini? Justru saya mau semua orang tahu, siapa kamu sebenarnya! Kamu tega ninggalin anak saya yang sedang berjuang selesaikan profesinya, masih susah-susahnya, demi orang kaya yang bisa beliin kamu kemewahan?! Dasar perempuan murahan!"Tamparan kata-kata itu lebih sakit daripada tamparan fisik. Tak menembus gendang telinganya lagi, melainkan tepat menancap ke ulu hati. Neina memejamkan mata. Pipi kirinya yang ditampar Bu Diana di lobi beberapa waktu lalu masih

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 73. Kegaduhan Di Lobby Kantor

    Para pegawai yang baru saja keluar dari lift saling lempar pandang, bisik-bisik mereka menyemut di antara deru pendingin ruangan. Suasana kantor yang biasanya diselimuti keheningan, dan rutinitas yang sibuk kini berubah bak panggung sandiwara yang siap dipertontonkan.Seolah sedang menunggu kabar atas kejadian pagi yang seru bagi mereka. Ia siap menonton dan ada yang memvideo adegan menegangkan pagi yang bisa menjadi bahan gorengan untuk bergosip di kantor nanti. Neina buru-buru menunduk setengah membungkuk, gestur hormat yang nyaris tak terlihat. "Ibu… Ibu Diana. Mari ke ruangan saya. Kita bicara di dalam, Bu. Neina mohon—"Belum sempat Neina menyelesaikan kalimatnya, tangan Bu Diana terangkat. Satu jari telunjuknya menempel di hidung Neina, seolah menuduhnya seorang pesakitan. "Kamu pikir kamu siapa bisa seenaknya nyuruh saya. Kamu pikir kamu siapa? Hah! Setelah apa yang kamu buat sama anak saya? Dan sekarang kamu ingin bicara baik-baik dengan saya? HAH?!"Suara Bu Diana melengk

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 72. Tamparan Tak Terduga

    Neina menunduk hormat. Ia pun berusaha tersenyum ramah pada Olivia. “Saya permisi, Bu Olivia.”Ia segera masuk ke mobil yang sudah menunggu sejak tadi. Ia segera masuk, dan pintu ditutup perlahan, seolah takut menimbulkan bunyi keras yang memecah pagi. Supir langsung yang mengantarkannya langsung memutar ke bangku kemudi, tentu setelah memberi hormat pada Olivia yang menatap tak suka ke arahnya Ia langsung menyalakan mesin. Dari balik jendela gelap, Neina melihat Olivia masih berdiri di tempat, menatapnya bagai duri yang menusuk mata.Begitu mobil bergerak meninggalkan halaman rumah, Neina merosot di jok, meletakkan map di pangkuannya. Telapak tangannya dingin meski AC mobil baru saja dinyalakan.Debaran jantungnya berpacu dengan begitu kuat. Seolah baru saja menghadapi dosen bimbingan killer yang tak boleh salah sedikitpun. Ponselnya bergetar di tas. Satu pesan baru masuk. Ia langsung membuka dan melihat, khawatir pesan penting yang dikirim. Felix, “Neina. Apa kamu pagi ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status