“Mama… takut!” Albern bersembunyi di belakang tubuh Livy yang juga sedang keram kesakitan akibat panik.
“Sayang… kamu tenang, ya? Bi, tolong ambilkan minum untuk Livy.”
Kay langsung menenangkan istrinya juga anaknya. “Tidak apa-apa, Al. Semua akan baik-baik saja. Papa di sini, bersama kalian.”
Ia menatap ke luar kamar. Seolah sedang ragu. Setelah Bibi Edeng datang membawa air minum, dia pun meminumkan istrinya sambil memeluk anaknya.
“Sebentar ya? Papa keluar dulu,” ucap Kay kemudian.
Livy menangkap lengan Kay. Dia menggeleng. “Jangan keluar kalau kamu belum mau menunjukkan semua bukti itu… Dan kalau kamu mau klarifikasi aku ikut…” lirih Livy.
“Tidak Sayang… belum saatnya. Jerry harus tahu siapa yang dia lawan. Aku juga harus tahu siapa saja yang memanfaatkan momen ini untuk menjatuhkanku. Sekarang, aku keluar hanya untuk meredam mereka. Setidaknya mereka tidak seperti ini,” jelas Kay. Dia langsung beranjak.
Bibi Eden masih menemani Livy dan Albern di sana. Ia pun terlihat resah dan g