Search
Library
Home / Romansa / Simpanan CEO Beristri / Bab 2

Bab 2

Author: Miss Nonce
2024-12-23 16:11:36

Pagi ini mereka kembali ke negaranya, setelah tadi malam Naka tidak melihatnya, kini ia melihat wajah Lika yang nampak pucat. Semalam Lika tidak keluar kamar untuk makan malam, Naka membiarkan saja.

Keduanya memilih untuk mempertahankan sikap diam. Mereka meninggalkan hotel menuju bandara untuk pulang ke Indonesia. Meskipun berada dalam satu pesawat, namun suasana di antara mereka begitu dingin, dan Naka memutuskan untuk merenung dalam diam.

Lika, yang berada di sampingnya di kursi pesawat, mencoba memejamkan matanya karena kepanya sakit sejak semalam. Sejak diusir Naka dengan kasar, ia memilih untuk merenung hingga akhirnya menangis semalam, seperti lagu saja ia. Duduk di dekat jendela menatap keindahan malam di negeri Kangguru itu, baru pertama keluar negeri malah pengalaman tidak enak menimpanya. Ah sial sekali dirinya ini.

Sedangkan Naka tampak fokus pada majalah di tangannya, sementara pikirannya sepertinya melayang jauh. Rasa bersalah menimbun dalam hati, bersalah pada istrinya, Ivanka istrinya, juga gadis yang ia tiduri kemarin malam. Naka bukan pria bajingan, ia bahkan pria yang mudah tersentuh hatinya. Tapi memang tidak terlihat karena itu terlalu berisiko sebagai pengusaha.

Mengarungi awan-awan di langit, pesawat semakin mendekat ke Indonesia. Tiba-tiba, pesawat mengalami goncangan kecil. Naka menoleh ke arah Lika, matanya mencari-cari kepastian di mana asistennya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya singkat. Lika merespon dengan anggukan ringan, tetapi keheningan tetap terjaga di antara mereka. Badannya sakit ia malas berdebat saja dengan bosnya. Naka memilih untuk menghormati anggukan Lika, dan tidak memaksakan pembicaraan lebih lanjut.

Setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Naka dan Lika meninggalkan pesawat dengan diam. Mereka berjalan bersama-sama mengambil koper mereka tanpa satu kata pun yang terucap. Taksi telah menunggu di luar bandara, dan mereka berdua duduk di kursi belakang dengan jarak yang terasa semakin besar.

Di luar bandara, taksi telah menunggu untuk membawa mereka pulang. Naka dan Lika duduk di kursi belakang dengan jarak yang terasa semakin jauh. Jalanan Jakarta yang ramai dan pemandangan malam yang indah tidak bisa meredakan keheningan di dalam taksi. Naka akan mengantar Lika pulang dulu, baru kemudian ia pulang.

Seharusnya Naka kembali dengan semangat baru dan tekad untuk menghadapi tantangan di masa depan. Cerita sukses ini bukan hanya tentang kesepakatan bisnis, tetapi juga tentang kolaborasi yang kuat antara seorang pemimpin dan tim yang penuh dedikasi.

Sayangnya Naka mencorengnya dengan insiden buruk yang menyebabkan asistennya, harus menanggung aib seumur hidupnya nanti.

*

*

Tiba dimansionnya, ia bertanya pada pelayan apa istrinya sudah minum obat. Itu terus yang Naka tanyakan jika pulang bekerja, mau bertanya apa karena istrinya hanya bisa berbaring di ranjang. Mansion ini tidak pernah dipenuhi suara gelak tawa dan kebahagiaan pernikahan mereka.

Dua tahun mereka menikah karena perjodohan, tidak ada cinta dihati Naka, namun ada cinta yang mendalam di hati Ivanka, istrinya.

Pernikahan mereka terguncang ketika istrinya didiagnosis menderita penyakit kanker darah, tahun lalu. Kabar ini menghantam pernikahan mereka seperti badai tak terduga yang merusak ketenangan hidup keluarga besar.

Mansion yang hampa semakin terasa hampa.

Naka, seorang pria yang biasanya tegar, terguncang oleh kabar tersebut. Meskipun mencoba menyembunyikan kecemasannya, kehidupan sehari-hari keluarga Naka berubah drastis.

Ivanka memulai perjalanan panjangnya melawan penyakit ini dengan keberanian dan tekad, sementara Naka terlihat kehilangan arah.

Ada satu sisi dirinya yang masih ia sembunyikan, tentang ia yang ingin menggugat cerai di tahun kedua pernikahan. Namun kabar penyakit Ivanka tentu menjadi momok besar baginya, jika berbuat hal itu. Ia akan dicap sebagai suami tidak tahu diri yang meninggalkan istrinya ketika dalam keadaan yang terpuruk.

Naka tidak mau itu, nama besar perusahaan dan keluarganya tidak akan ia gadaikan. Begitu pun dengan keluarga Ivanka yang merupakan teman baik keluarganya.

Bukankah beban Naka sekarang jadi bertambah besar, istri yang sakit, dan gadis tidak berdosa ia renggut kesuciannya. Entah apa yang harus ia lakukan besok.

Pertama-tama, Naka mencoba untuk menjadi pendukung yang kuat bagi Ivanka. Namun, seiring berjalannya waktu, beban emosional yang dialami Naka membuatnya mencari pelarian dari kenyataan yang sulit itu.

Alih-alih menanggapi dengan bijak, Naka menyalahgunakan pekerjaannya sebagai pelarian. Ia mulai terlalu fokus pada pekerjaan, mengabaikan kebutuhan dan perasaan Ivanka yang seharusnya menjadi prioritas utamanya.

“Hai, sudah pulang?” sapa Ivanka duduk diatas ranjangnya. Naka yang baru masuk kamar, langsung menghampiri istrinya, tersenyum dan mengusap lembut wajah itu.

“Hmmm, sudah makan, minum obat?” tanya Naka beruntuk. Ivanka berdecak, selalu saja itu yang ditanyakan suaminya setahun belakangan ini.

"Babe, bosan ah pertanyaannya" ucapnya dengan suara yang rapuh. Naka tertawa pelan, “Karena obat itu harus kamu minum. Ayo cepat jawab, atau aku berikan hukuman.” candanya.

“Apa hukumannya?”

“Hmmm, memijat punggungku mungkin.”

“Ck, hukumannya ringan sekali.” balas Ivanka.

Naka tertawa, ia menunjukkan sisi lainnya didepan Ivanka, dan itu baru terjadi satu tahun belakangan ini.

Naka memberikan tatapan tajam, “Sudah bos, sudah makan, minum obat. Done!”

“Good.” seru Naka, mengusak rambut Ivanka.

“Istirahatlah, aku mandi dulu.” ujarnya, bangkit berdiri dari duduknya. Ivanka menahannya, “Tidur disini, aku merindukanmu.” lirihnya.

Naka melihat tatapan penuh permohonan dari mata indah yang kini sudah tidak bercahaya lagi itu. Naka tahu, Ivanka membutuhkan dukungan dan cinta dari suaminya, bukan penolakan.

“Oke, tapi aku mandi dulu. Hmmm, bisa teleponkan pelayan aku mau makan, lapar.” sahutnya berjalan menuju kamar mandi. Mau menolak rasanya, tapi dia juga tidak sanggup. Dokter pernah mengatakan padanya untuk membahagiakan Ivanka, namun dia harus bagaimana ketika semakin dijalani rasa cinta itu tidak juga kunjung datang. Malah kini dia melakukan kesalahan bodoh, ah bodoh.. Rasanya tidak, karena jujur Bayanaka Rasyid Gasendra selalu memikirkan gadis itu, bayangan malam panas mereka terlalu terekam di otaknya. Membuat Naka ingin mengulangnya lagi.. Ah, berpikir apa dia ini.

“Oke.” jawab sang istri riang.

Mereka tidur terpisah semenjak menikah, perjodohan membuat mereka berdua canggung. Keadaan sudah membaik Ketika mereka bercinta untuk pertama kalinya, beberapa malam Naka memutuskan tidur dikamarnya.

Namun keadaan kembali seperti semula, Ketika ia divonis penyakit mematikan itu. Sering Naka menemani Ivanka dikamarnya, membaringkan tubuhnya dan pindah ketika Ivanka terlelap. Ivanka tahu itu, dia mendiamkan, selama Naka bersikap baik padanya.

*

*

Sementara itu Anulika Chandara, gadis yang belum genap berusia 2 tahun itu duduk di sudut kamar apartemen kecilnya, pandangan mata kosong menatap langit-langit putih. Di luar jendela, lampu-lampu gemerlapan di ibu kota seolah menyanyikan lagu kehidupan yang penuh dengan dinamika.

Namun, hati Lika terasa semakin gelap, terikat oleh penyesalan yang memenuhi setiap sudut pikirannya.

Tepat dua bulan lalu, Lika dengan penuh semangat menerima tawaran pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Ia yang mnerupakan fresh gradute langsung diterima bekerja di Gasendra Corp, sebuah perusahaan mentereng di negaranya. Mimpi untuk meraih kesuksesan dan kehidupan yang lebih baik menghantarkannya untuk mengambil pengalaman itu.

Namun, di dalam kamar kecil itu, keputusasaan mulai merayap saat Lika menyadari bahwa pekerjaannya telah merenggut kepolosan dan kejujuran yang pernah dimilikinya.

‘Duh bego banget sih. Kenapa mau-mauan gue dikasih minuman sialan itu,’ batin Lika.

Matanya terus menatap pada pemandangan malam di apartemennya, “Gimana kalau istrinya pak Naka tahu, atau gue dipecat. Nggak nggak jangan, jangan dipecat. Masa nganggur sih, apa kata teman-teman gue kalau baru dua bulan kerja udah dipecat.” gumam Lika gusar.

Seperti mengingat sesuatu, Lika tersentak. ‘Hamil’, ya bagaimana kalau dia hamil dan tidak memiliki suami. Apa kata keluarganya di Bandung, niat merantau untuk kaya malah bunting.

Anulika Chandrana bukan gadis kemarin sore, dia tahu konsekuensi jika berhubungan intim. Wajar kini pikirannya dipenuhi oleh ketakutan-ketakuan. Ditambah lagi dia masih punya keluarga yang harus dijaga nama baiknya. Menyesal, pasti. Berkali-kali Lika merutuki kebodohannya itu.

“Ngak bisa, gue cuma bikin malu saja kalau sampai hamil. Pak Naka harus tanggung jawab, dia harus nikahin gue!” jerit Lika menutup wajahnya dengan kedua tangan.

“Enak saja cuma ngambil madu gue, tapi nggak mau tanggung jawab!” tegasnya berbicara sendiri. **

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP