Share

Bab 3

Author: Miss Nonce
last update Last Updated: 2024-12-23 17:03:04

Naka duduk di ruang kerjanya, tatapan matanya menatap layar komputer tanpa fokus. Rasa bersalah melingkupi hatinya seperti kabut tebal yang sulit dihindari. Ia merenung pada tindakan-tindakan yang telah dilakukannya, khususnya terhadap asistennya, Lika.

Ia sudah menyiapkan solusi, namun sayangnya gadis itu sudah dua hari tidak masuk kerja, dengan alasan sakit. Hal itu membuat Naka harus sabar menunggu, padahal ia sudah tidak tahan untuk menyelesaikannya dengan cepat.

Keputusan sudah diambilnya, ia menyadari bahwa tindakannya tidak hanya merugikan hubungan profesional mereka, tetapi juga menciptakan suasana kerja yang tidak nyaman.

Meski sedikit khawatir dengan kondisi Lika, namun Naka mencoba mengabaikannya. Lika gadis sehat dan kuat berbeda dengan Indira yang sangat membutuhkannya.

Hingga hari ini, asistennya masuk kerja kembali. Posisi Lika kini kembali menjadi sekretaris Naka, baru masa percobaan. Tugasnya mudah hanya membantu Bara saja mengurus administrasi yang dibutuhkan Naka.

"Masuk." kata Naka dengan suara berat. Ia memang menyuruh Lika untuk menemuinya, dua hari tidak bertemu wajah Lika memang nampak pucat, ia menutupinya dengan make up yang sedikit tebal.

‘Apa-apaan gadis ini, kenapa jadi seperti ondel-ondel dengan make up tebal itu,’ batin Naka.

“Ada yang bisa dibantu pak Naka?” tanya Lika professional.

Naka mengambil nafas dalam-dalam sebelum berbicara. "Duduk! saya ingin bicara denganmu." ucap Naka dengan suara rendah.

Lika menatap Naka dengan sedikit kecurigaan namun mengangguk. Ia duduk dengan tenang di kursi seberang Naka, matanya berani menatap bosnya itu, berbeda dengan yang lain, hanya Lika yang berani menatapnya Ketika sedang berbicara.

"Saya menyadari bahwa saya telah berperilaku tidak baik kepadamu dalam beberapa waktu terakhir. Saya minta maaf." kata Naka dengan tulus.

Lika menatap Naka dengan tatapan yang campur aduk antara kejutan dan keraguan. Namun, ia memilih untuk memberi kesempatan pada Naka untuk menjelaskan diri.

"Saya benar-benar menyesal atas tindakan saya. Saya sadar bahwa itu tidak hanya merugikan hubungan kita di tempat kerja, tetapi juga merusak semangat kerja kita. Saya ingin memperbaiki kesalahan itu dan menghilangkannya agar tidak ada perasaan tidak nyaman." jelas Naka.

Lika merenung sejenak, lalu tersenyum tipis. "Saya menghargai kejujuran pak Naka. Mari kita mulai lagi dari awal. Seperti yang bapak bilang, ini kesalahan kita berdua jadi kita yang tanggung berdua.” tutur Lika.

Naka mengangguk, dan menyodorkan secarik kertas. Lika meragu, kemudian Naka mengangguk, “Ambilah.” ucap Naka.

Lika mengambil dan membacanya, ia tidak bodoh itu cek dengan nominal besar sekali ditulisnya. “Itu untuk kamu Lika. Saya harap kamu menerimanya, dan melupakan kejadian malam itu.” tegas Naka.

Lika mendongak, masih belum mengerti maksud Naka. “Maksudnya?.”

“Itu cek senilai 10 miliar, bisa kamu gunakan untuk kehidupan kamu ke depannya. Dengan syarat, lupakan malam itu jangan beritahu siapa-siapa soal itu. Dan,” Naka menjeda pernyataannya.

“Saya minta kamu meninggalkan kantor saya hari ini juga, kamu diberhentikan Lika Chandara!” ucap Naka dalam dengan sorotan mata menatap Lika dingin. Ia harus mengambil Keputusan ini, sepihak memang. Tapi apa lagi yang bisa ia lakukan, selain melakukan ini. Ya sama saja, dia membayar tubuh Lika semalam dengan harga fantastis.

“Apa!” pekik Lika, dia paham maksudnya. Tapi kenapa tega sekali bos nya ini. “Maksud pak Naka apa? Memberikan saya cek, seolah saya adalah Wanita bayaran yang menghangatkan ranjang Pak Naka semalam, begitu!” serunya, Naka mulai memijat keningnya, sakit kepala mendengarnya.

Lika mengamuk, dia kembali melanjutkan umpatannya. “Terus bapak mecat saya gitu! Enak saja, sudah mengambil keperawanan saya, bapak seenaknya membuang saya. Saya nggak mau!” jerit Lika berdiri dengan lantangnya.

“Tenang Lika.” Bentak Naka. Meski ruangan ini kedap suara, tetap saja dia khawatir ada yang mendengarnya.

“Pak Naka bikin saya emosi.”

“Kita bicarakan baik-baik.” Kata Naka.

“Baik-baik bagaimana? Ini Keputusan sepihak pak, bapak untung saya rugi. Sama saja Pak Naka membayar keperawanan saya.” Ujarnya dan bersuara lirih di kalimat terakhirnya.

Hal itu membuat Naka berdesir mendengar, dia memang bos dingin, ketus dan galak. Tapi Naka masih punya hati Nurani, tidak tega juga mendengar Lika dengan nada lirih seolah gadis itu sangat kecewa dan sakit hati.

“Hanya ini yang bisa saya lakukan.” Terang Naka, berharap Lika akan mengerti maksud dan tujuannya. “Bukan saya merendakan kamu. Tapi kamu paham status saya. Saya tidak bisa lebih dengan kamu.” Tutur Naka.

“Saya terima cek-nya. Tapi nggak mau berhenti, masa sudah tidak perawan, nganggur lagi pak! Tega banget, pak.” Polosnya berteriak lagi, padahal baru saja ditenangkan Naka.

Spontan Naka ikut berdiri dan menenangkan gadis itu, “Lika jangan berteriak, nanti ada yang mendengar.” ketusnya.

“Biarin, biar semua tahu Tindakan bapak, yang melecehkan saya,” ancamnya.

“Kamu ngancam saya Lika?” desis Naka.

“Tidak, tapi bapak yang maksa saya.” desahnya, ia luruh dikursi duduk kembali. Namun cek senilai 10 miliar itu masih ia pegang dengan erat. Jangan sampai lecek nanti tidak laku di bank.

“Ini yang terbaik Lika.” geram Naka.

“Terbaik untuk bapak, bukan untuk Lika. Bapak nggak mikir mana ada yang mau sama Lika yang udah nggak gadis lagi.” Lirihnya. Kata mamanya, anak gadis dijaga baik-baik, lalu serahkan ke suami. Ini malah ke bos, mau dibilang anak apa Lika ini.

“Bapak mau Lika jomblo seumur hidup, nggak punya suami karena sudah tidak suci lagi. Lika nggak suci gara-gara siapa, gara-gara bapak tahu nggak.. Hiks hiks huaaaaaa.” jerit Lika.

Naka memijit pelipisnya yang terasa sakit kembali, usai mendengar gadis itu menangis.

“Lika hentikan, saya pusing dengar tangisan kamu!” bentaknya.

“Bapak pikir saya nggak pusing, tiap hari dengar bentakan bapak.” balasnya polos.

“Lika!” desis Naka.

“Pak saya serius, gimana dengan nasib saya. Belum menikah tapi sudah tidak virgin!”

Naka tersentak dengan ucapan Lika. Terasa jika gadis itu tengah menyindirnya sebagai seorang pria. Hei dia mungkin pria yang tidak mempermasalahkan soal virginitas seorang gadis. Bahkan Ivanka, istrinya sudah tidak suci lagi ketika ia menidurinya, bagi Naka itu bukan hal utama dalam hal mencintai. Cinta akan mengalahkan logika soal suci atau tidak.

“Saya doain kamu dapat pria yang bisa menerima kamu Lika.” hanya itu saja yang Naka ucapkan. Pasti ada, buktinya Naka bisa menerima Ivanka istrinya dalam keadaan tidak suci lagi. Naka tidak munafik, dulu ia pernah melakukan itu dengan beberapa wanita sebelum menikah.

“Hah, masa itu saja. Pak, bagaimana kalau saya hamil, apa bapak nggak mikir kesana?” pekik Lika, seketika membuat Naka berdetak jantungnya dengan kencang. 

Dia melupakan hal itu, kemarin karena pusing dengan tangisan Lika juga meeting yang harus ia hadiri, Naka lupa memberikan gadis itu pil darurat pencegah kehamilan.

Jika dengan Ivanka, dia sadar melakukannya. Karena itu dia selalu mengeluarkannya di luar. Naka tidak mau istrinya hamil, di saat belum ada cinta dihatinya. Tidak mau anak itu menjadi dilemma baginya, jika dia tidak cocok dengan Ivanka. Kini setelah Ivanka sakit, dokter juga memvonisnya akan sulit punya momongan.

“Double shit!” umpat Naka.

“Double shit kan.. Sama!” balas Lika, “Pokoknya pak Naka harus nikahin saya. Atau saya hmmm, apa ya?” Lika berpikir kalau dia akan mengadukan Naka ke siapa, masa ke istrinya nanti malah ia yang dikira pelakor.

“Saya aduin ke polisi.” akhirnya dia bersuara lagi.

Naka berdecak, polisi. Tentunya dengan cepat dia akan membereskan masalah itu jika berhubungan dengan hukum.

“Kamu tahu siapa saya tidak sih Lika. Kamu berani melawan saya?” Naka sengaja mengintimidasi Lika.

“Saya nggak takut sama pak Naka. Kalau bapak nggak mau tanggung jawa, saya.. Ah saya viralkan di toktok.” serunya merasa menang.

“Kamu yang malu Lika.” balas Naka, kini sudah duduk kembali dikursinya.

“Tidak apa, kan wajah saya bisa disamarkan. Kalau sebut nama bapak kan mudah, gugel saja kenal bapak.” serunya kembali.

Naka menatap tajam gadis itu, apa jawaban ini sudah disiapkan Lika sebelumnya.

“Lika, saya jadi curiga sama kamu. Apa jangan-jangan kamu sengaja merayu saya malam itu, agar mau meniduri kamu dan kamu akan memanfaatkan saya?” tudingnya dengan tenang.

Lika terperanjat dengan ucapan Naka, “Enak saja. Pak, saya memang pengen punya pacar kaya raya. tapi tidak dengan menggadaikan harga diri seperti ini. Saya hanya menegakkan norma untuk harga diri saya. Mana ada pria yang mau jika gadis yang dinikahkan sudah tidak suci.” seru Lika tidak mau kalah.

“Kalau saya mengaku saya janda, mungkin akan jauh lebih terhormat. Artinya saya gadis baik-baik, bukan murahan.” ketusnya. Kesal Lika sama Naka masa dia mengatakan Lika sengaja menjebaknya.

“Ah dan satu lagi pak. Saya kalau mau jebak juga mikir-mikir, masa sama tua bangka yang bedanya sama saya belasan tahun sih!”

“Kamu menghina saya Lika!” desis Naka.

“Siapa yang menghina, yang saya katakan kenyataan kok. Justru pak Naka yang menghina saya.” serunya galak, dan memilih keluar dari ruangan mewah bosnya.

“Sialan Pak Naka!” gumamnya.

“Sialan Pak Naka..” beo Bara, asisten Naka yang asli baru tiba dari meeting diluar.

“Eh hmmm nggak pak Bara. Bukan Naka yang didalam, Naka yang lagi viral di toktok.” elaknya, langsung kabur. Bara menggeleng, usia Lika ia rasa sudah cukup, tapi Bara melihatnya seperti anak kecil saja.**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 154 Berdama Dengan Masa Lalu (END)

    Belinda berdiri di depan pintu kamar rumah sakit dengan tangan gemetar, napasnya terengah saat menekan bel. Matanya sembab, menahan air mata yang ingin tumpah. Begitu pintu terbuka, dia melihat sosok Iren yang duduk lemah di kursi roda, wajahnya pucat dan matanya memancarkan amarah sekaligus duka.Iren sudah dibawa pulang Galen ke apartemen. Meski tidak suka, tapi Galen memaksa. Iren sedang hamil anaknya, akan sangat tidak bertanggung jawab Galen jika membiarkan Iren di kota lain.Belinda mengumpulkan keberanian, suaranya bergetar, “Kak Iren,” Panggil Belinda.Galen menghela napasnya, dia sudah melarang Belinda datang. Namun adiknya ini memaksa, kini Belinda berdiri di ambang pintu ditemani Gala, kembarannya."Maafin aku, Kak. Sungguh aku nggak sengaja... karena ulah aku, Kakak kehilangan ayah Kakak."Iren menatap tajam, dadanya naik turun seiring napas beratnya. "Nggak sengaja? Kamu yang nyetir, Bel. Bukan Galen. Kenapa dia harus ngaku segala hal yang kamu lakukan? Aku merasa dikhiana

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 153 Bertemu Istri Kembali

    Galen berdiri terpaku di depan ranjang rumah sakit, matanya membelalak melihat Iren yang terbaring lemah dengan wajah pucat dan mata sembab. Istrinya sudah dapat ia temukan, betapa senang hati Galen melihat Iren.Dengan jantung berdetak kencang Galen masuk semakin dalam, Iren sedang memejamkan matanya. Vera yang melihat pria asing yang ia Yakini itu suami Iren lalu mempersilakan masuk.“Aku tunggu diluar,” kata Vera pelan. Galen mengangguk, seraya mengucapkan terima kasihnya.Diluar sendiri Vera bertemu dengan Naka dan Lika, orang tua Galen.Di dalam, Galen mendekat ke ranjang sang istri. "Sayang," suaranya bergetar, penuh campur aduk antara cemas dan penyesalan.Iren yang sudah bangun merasa mendengar suara suaminya. Dia pun menoleh, matanya yang basah menatap tajam, terkejut sekaligus bingung saat melihat suaminya di sana."Ngapain kamu kesini?" suara Iren lirih, namun penuh penolakan yang keras. Tubuhnya mencoba menarik diri, tapi Galen melangkah lebih dekat, menundukkan kepala seo

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 152 Akhirnya Ada Kabar Darimu..

    Iren duduk di sudut kamar yang remang, tubuhnya menggigil meski udara tak terlalu dingin. Perutnya mulai terasa bergejolak, namun wajahnya pucat pasi, dahi berkerut karena mual yang tak kunjung reda.Setiap kali berdiri, kepala berputar begitu hebat hingga ia harus cepat-cepat duduk lagi. Nafasnya tersengal-sengal, dan tangan yang gemetar tak mampu meraih segelas air di meja. Vera menatapnya dengan penuh kekhawatiran.“Ke dokter ya, Iren. Jangan dibiarkan terus-terusan seperti ini,” ucap Vera lembut, namun tegas.Iren menggeleng pelan, mata berkaca-kaca. “Nggak usah, Ver.”“Kamu kan lagi hamil,” ujar Vera khawatir.“Iya katanya orang hamil memang begini. Mual dan pusing.”“Tapi mereka konsul ke dokter kandungan. Kamu kan nggak Ren.” Vera makin khawatir karena wajah Iren yang pucat.“Ren, aku khawatir banget nih,” kata Vera yang tidak bisa menutupi kekhawatirannya. “Kita telepon suami kamu ya, Ren-““Ver, please,” desis Iren memohon untuk jangan membahasnya lagi.Vera berdecak, dia jug

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 151 Masih Berusaha Mencari

    Iren mengusap pelipisnya yang mulai berdenyut, perutnya mulai terasa tidak enak. Belum lagi mual dan ia coba tahan karena sedang bekerja. Sumpah demi apapun yang Iren ingin lakukan adalah merebahkan diri, bersantai saja dirumah.Kehamilannya membuat langkah Iren semakin berat di antara meja-meja yang penuh pelanggan. Aroma bumbu dan asap gorengan menusuk hidungnya, membuat rasa mual semakin menghantui. Vera yang melihat wajah Iren yang pucat langsung merangkul bahunya, "Istirahat sana, aku yang gantikan kamu dulu." Suara Vera penuh perhatian, tapi Iren hanya bisa mengangguk lemah sambil melangkah ke sudut restoran. Karena tidak tahan ia menurut saja, lagipula Iren takut mengacaukan pekerjaan yang lain.Namun, di sana Iren tak menemukan ketenangan. Ayu, rekan kerja yang lebih senior berdiri tak jauh, melontarkan suara pedas tanpa ampun, "Enak banget, anak baru kerja kok istirahat terus! Makan gaji buta, ya?" Tatapannya tajam, seolah ingin menekan Iren lebih dalam.Iren menunduk, mencob

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 150 Kamu Di mana Sayang?

    Galen berjalan gontai menuju apartemennya, dia membawa banyak cemilan, termasuk cokelat, es krim, bahkan sampai bunga. Galen berharap Iren bisa memaafkannya. Mungkin tak akan mudah, tetapi setidaknya ini bisa mengurangi kemarahan Iren padanya.Saat pintu apartemen dibuka, semua tampak normal saja. Apartemennya memang selalu rapi, walaupun sibuk dengan urusan kampus, tetapi Iren cukup pandai membersihkan rumah. "Baby!" panggil Galen."Iren Sayang!" panggil Galen lagi saat tak mendapatkan jawaban dari istrinya.Perasaan Galen mulai merasa aneh, saat apartemennya ternyata hening tanpa aktivitas Iren seperti biasanya. Setidaknya selalu terdengar musik atau suara film yang diputar Iren, tetapi kali ini apartemen itu benar-benar sepi.Galen langsung berlari ke kamar dan benar saja Iren tidak ada di sana. Galen mencari Iren ke balkon, ke taman belakang, dan ke semua penjuru apartemen, tetapi sialnya dia tak menemukan istrinya di sana."Astaga, Iren kamu di mana?" tanya Galen dengan panik.Ga

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 149 Mengakui Semuanya

    Rasanya begitu sesak saat mengetahui kebenaran yang selama ini disembunyikan rapat, Lika melirik Naka, menunjukkan bagaimana kekecewaannya pada kedua anak mereka yang ternyata selama ini membohonginya.Lika mengusap wajahnya, dia berjalan mondar-mandir dengan pikiran yang kacau. "Maksud kamu apa Galen, Belinda, kalian sengaja membohongi Mami sama Papi?" ujar Lika."Bukan gitu Mami, a-aku hanya ingin melindungi Belinda. Aku tahu dia salah, tapi—""Tapi apa? Kamu pikir dengan menjadikan kamu sebagai pelaku semua masalah menjadi selesai? Kamu bahkan harus menikahi Iren yang bahkan seharusnya bukan tanggungjawab kamu!" tegas Lika yang mulai marah dengan kenyataan ini.Galen tengah bicara dengan Belinda dan tidak sengaja Lika mendengar itu. Naka juga kebetulan berjalan di belakang istrinya, membuatnya juga tahu kebenaran yang sebenarnya.Mau tak mau Galen pun membuka semuanya, bukan untuk meminta pembelaan tapi dukungan dari keluarganya.Naka hanya menutup mata saat Lika marah besar pada a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status