Share

Simpanan CEO Beristri
Simpanan CEO Beristri
Author: Miss Nonce

Bab 1

Author: Miss Nonce
last update Last Updated: 2024-12-23 16:02:47

Anulika Chandara tidak bisa menghentikan tangisnya kala ia terbangun dan melihat bosnya terbaring tepat di sampingnya. Dia baru sadar, jika dia ada di kamar hotel sang bos, membuat dirinya bertanya-tanya, kesalahan apa yang dia lakukan tadi malam? Sampai -sampai mereka harus tidur seranjang dan... tanpa busana.

Hiks.. Hiks.. Hikss..

Suara tangis yang awalnya pelan kini meraung mewarnai kamar hotel Australia yang megah dan mahal itu. 

“Diam dulu, Lika.” sentak Bayanaka Rasyid Gasendra, yang biasa dipanggil Naka. Pria itu mulai merasa terganggu karena gadis itu terus menangis, sementara ia pusing berusaha memutar otak.

“Hiks, gimana saya mau diam pak. Saya habis kehilangan keperawanan saya, huaaaa!” Suara tangis itu makin menjadi.

Pria berperawakan tinggi besar itu mengusap wajahnya frustasi, menyesali kelakuan dirinya sendiri yang di luar nalar. Tidak mendapat kehangatan selama hampir dua tahun dari istrinya, membuatnya khilaf menyentuh seorang gadis perawan yang sialnya adalah asistennya sendiri di perusahaan.

“Sial,” umpatnya begitu ingat kejadian semalam.

Ia berada di Australia bersama asisten barunya. Selama itu, mereka bersikap biasa saja, layaknya atasan dan bawahan, hingga tadi malam saat klien mengajaknya merayakan kerjasama bisnis, Naka hilang kendali dan minum banyak.

Permasalahan dalam hidupnya membuat ia melepas penat dengan alkohol.

Naka tidak waspada pada dirinya sendiri, dan ternyata asisten bodohnya malah ikut minum, bersama para asisten klien-nya. Entah permainan siapa, minuman Lika dibumbui obat perangsang, yang malah membuat Naka kerepotan. Membantu asistennya melepas dahaga, juga dahaganya yang sudah tidak bersentuhan dengan sang istri.

Sibuk memaki, Naka mulai memikirkan solusi. Tapi tetap saja nihil karena otak cerdasnya tidak biasa berpikir sesuatu yang licik. Ia membalik tubuhnya, gadis itu masih menutupi tubuhnya dengan selimut dan menangis.

Naka melirik seprei putih yang kini sudah ada noda merah, membuatnya kembali membenci diri sendiri karena Naka dengan buas melahapnya dan mengambil keperawanannya semalam.

Berusaha tenang, Naka berjalan mendekati asistennya. “Lika, saya tahu saya salah. Tapi, ini juga karena kebodohan kamu yang ikut-ikutan minum. Jadi, ini salah kita berdua, paham?”

“Kan Lika ditawari pak. Kalau nolak nanti dikira sombong.” ucap Lika pelan, mengusap pipi yang dibanjiri air mata itu.

Jawaban gadis polos itu membuat Naka mendengus. Siapa yang menerima gadis ini bekerja di perusahaan besarnya, rasa-rasanya Naka ingin memecat orang itu. Gadis ini terlalu polos untuk bekerja dengannya yang selalu dikelilingi orang-orang licik.

“Sudahlah. Sekarang mandi, setelah itu kita makan. Saya akan memikirkan solusinya,”

“Solusi apa pak? Mengembalikan kesucian saya?”

Naka terbelalak, gadis itu bertanya dengan wajah serius. Mana bisa itu dikembalikan, bahkan dokter hebat pun tak mampu melakukannya.

“Likaaaaaaa…” geram Naka.

“Mandi dulu,” ujarnya setelah merasa sedikit tenang.

“Nggak bisa, sakit.” ringis Lika saat ingin berdiri. Naka yang sadar gadis itu masih perawan, akhirnya mengalah. Ia mengisi bathtub agar gadis itu berendam merilekskan tubuhnya, kemudian ia membantu memapah. Karena lama, Naka menggendongnya.

“Arkh, pak saya mau diapain. Masih sakit pak,” teriak Lika.

“Saya mau gendong kamu kekamar mandi, kamu lama!” ketus Naka, Lika mengerti lalu mengangguk. Turun di bathtube besar yang tidak ada dikamarnya, Lika mulai berendam.

Entah aromaterapi apa yang bosnya gunakan, namun sangat menenangkan sekali. Bangun tadi tubuhnya hampir copot rasanya, seperti habis ditimpa tronton, berat sekali. Apalagi inti tubuhnya, rasanya luar biasa. Nyeri, pegal, sakit, stress semua jadi satu yang kini gadis itu rasakan.

“Gue masa udah nggak perawan sih. Mana sama bos galak lagi. Cakep sih, tapi percuma kalau udah punya istri, sial banget sih.” Batin Lika menyesali nasib.

Meski baru bekerja kurang dari dua bulan, ia tahu kabar kalau bos Naka sudah memiliki istri, karena bosnya itu selalu menjadi perbincangan hangat teman sesama karyawan.

Mulai dari gaya berpakaian Naka hari itu, hingga galaknya yang terkenal disatu kantor. Sombongnya Naka semua sudah paham, tidak akan menegur karyawannya. Entah mengapa dengan Naka itu, padahal itu Perusahaan keluarga yang turun menurun diwariskan.

Diluar sana, Naka menerima panggilan telepon dari istrinya. Ia harus pulang besok, karena masih ada satu kerjasama besar lagi yang harus ia gol-kan. Terkait masalah Lika, ia kesampingkan dulu. Bermaksud untuk menyelesaikan masalah satu persatu.

*

*

Gasendra Corp yang bergerak dibidang kontruksi terbesar di negaranya itu kini duduk di ruang rapat di Australia, hatinya berdebar-debar. Di depannya terdapat berkas kerjasama yang dapat mengubah arah bisnis perusahaannya. Kesepakatan ini bukan hanya tentang keuntungan finansial, tetapi juga tentang memperluas jangkauan perusahaan ke pasar internasional.

Naka dan timnya sudah bekerja dengan keras untuk hal ini, mulai dari merancang proposal, melakukan presentasi, dan akhirnya, menegosiasikan perjanjian ini.

Seketika, pintu ruang rapat terbuka, dan pihak mitra bisnis dari Australia memasuki ruangan. Kepala delegasi mengulurkan tangan dengan senyuman, "Selamat atas kesepakatan ini, Mr. Gasendra. Kami yakin kerjasama ini akan memberikan manfaat besar bagi kedua belah pihak." Ucapan yang sangat ingin Naka dengar kini ia dapatkan, senyum mengembang di bibir tipisnya.

Naka tersenyum dan berjabat tangan dengan penuh kepuasan karena berhasil mencapai tujuan besar ini.

Setelah menandatangani berkas kerjasama, Naka ruangan rapat. Ia berjalan di koridor hotel yang mewah itu dengan perasaan lega. Ini bukan hanya sukses bagi perusahaan, tetapi juga karir pribadi Naka yang seolah lepas dari nama besar keluarga.

Meski menjalani rapat sendirian, ia tidak canggung. Asisten kurang ajarnya itu merajuk tidak bisa ikut karena kesakitan. Naka mengerti hal itu, ia juga salah karena semalam Naka menggila.

Mendapatkan tubuh suci milik Lika membuatnya lupa diri, hingga jelang pagi ia baru selesai menghajarnya. Meski gadis itu terus meringis namun Naka tidak mau berhenti, tubuh Lika membuatnya candu semalam.

Body montok, kulit cokelat yang seksi, gunung kembar yang belum terjamah siapa-siapa, ah Naka masih mengingat bagaimana bentuknya, indah sekali. Bahkan gunung terindah yang pernah ia liat. Bulat berisi, bersih, lembut dan menyegarkan.

“Shit.” umpatnya, Ketika lagi-lagi teringat tubuh seksi asistennya itu. Hari ini Naka banyak mengeluarkan umpatan karena terdistraksi oleh wajah cantik Lika.

‘Pak Naka ... aku udah gak tahan ... Ah!'

‘Gak usah ditahan, keluarkan aja, sayang ...'

‘Ungh!'

‘Jangan biarkan yang lain menyentuhmu, karena kamu milikku, Lika ...’

Naka tidak sadar jika dia mencap Lika sebagai miliknya sejak malam itu.

Ting..

Pintu lift terbuka, mengakhiri kegilaan Naka yang mengingat kejadian semalam. Bahkan Ketika Lika memanggilnya Naka, tanpa embel-embel ‘Pak’, itu sangat seksi sekali. Rambut panjangnya tergerai indah, dan sebagaian menutupi wajahnya yang lembab karena keringat.

"Sial ... kenapa aku terus memikirkan adegan itu?" batin Naka.

Menarik napasnya panjang, Naka memasuki kamarnya, gelap karena lampu dimatikan. Naka melangkah mendekati ranjang, ia melihat gadis itu tidur nyenyak dengan memakai kemejanya, mungkin ia ambil sendiri di lemari.

Naka menggeram, karena Lika tidak pindah kekamarnya.

“Lika! Kamu benar-benar ya!” teriak Naka kencang yang langsung membangunkan gadis itu.

“Aduh pak Naka ada apa sih. Kok teriak-teriak.” ringis Lika beranjak duduk, Naka menyalakan semua lampu kamarnya.

“Apa yang kamu lakukan? Kamu seharusnya pindah ke kamarmu dsndiri! Dan apa ini? Lancang sekali kamu mengenakan kemeja saya!” bentak Naka. Dia memang terkenal galak pada karyawannya, namun Lika sudah terbiasa dengan hal itu.

Lika menunduk ketakutan, ia memang salah. Tapi rasa kantuk dan lelah ditambah tubuhnya yang seperti habis ditiban truk gandeng, membuatnya malas pindah kamar.

“Lika numpang sebentar pak, badan Lika sakit semua. Maaf pak.” lirihnya. Kemudian turun dengan pelan dari ranjang.

Begitu kakinya menyentuh lantai, ia memungut pakaiannya dan segera ke pintu keluar.

Naka melihat gadis itu mengenakan kemejanya, dan malah tambak seksi. Oh sial, kenapa gadis itu keluar dengan kemeja Naka, bagaimana kalau ada yang melihat. Apalagi kamar Lika ada di satu lantai dibawah kamarnya, otomatis gadis itu harus naik lift.

Tergesa Naka mengejarnya, “Lika.” teriaknya, dan segera menarik tangan gadis itu.

Grep..

Tubuh jatuh tepat didada Naka, “Ganti dulu pakaianmu.” bisiknya.

“Oh pak Naka takut kemejanya saya bawa ambil yah? Nih pak saya kembalikan.” Dengan bodohnya Lika membuka kancing itu diluar, Naka seperti mau menghardiknya habis-habisan.

“Jangan gila Lika, apa yang kamu lakukan.” Naka langsung menyambar tubuh gadis itu, menggendongnya masuk kamar. Bahaya jika ada yang melihat mereka, akan jadi gossip panas yang mendebarkan.

“Ih pak Naka senang banget sih gendong-gendong Lika.” jeritnya, karena Naka memikulnya dibahu serasa membawa karung beras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Seru sepertinya
goodnovel comment avatar
Strawberry
Nemu Miss Nonce di sini, kemarin bolak balik di FZ kangen Novel Miss Nonce
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 153 Bertemu Istri Kembali

    Galen berdiri terpaku di depan ranjang rumah sakit, matanya membelalak melihat Iren yang terbaring lemah dengan wajah pucat dan mata sembab. Istrinya sudah dapat ia temukan, betapa senang hati Galen melihat Iren.Dengan jantung berdetak kencang Galen masuk semakin dalam, Iren sedang memejamkan matanya. Vera yang melihat pria asing yang ia Yakini itu suami Iren lalu mempersilakan masuk.“Aku tunggu diluar,” kata Vera pelan. Galen mengangguk, seraya mengucapkan terima kasihnya.Diluar sendiri Vera bertemu dengan Naka dan Lika, orang tua Galen.Di dalam, Galen mendekat ke ranjang sang istri. "Sayang," suaranya bergetar, penuh campur aduk antara cemas dan penyesalan.Iren yang sudah bangun merasa mendengar suara suaminya. Dia pun menoleh, matanya yang basah menatap tajam, terkejut sekaligus bingung saat melihat suaminya di sana."Ngapain kamu kesini?" suara Iren lirih, namun penuh penolakan yang keras. Tubuhnya mencoba menarik diri, tapi Galen melangkah lebih dekat, menundukkan kepala seo

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 152 Akhirnya Ada Kabar Darimu..

    Iren duduk di sudut kamar yang remang, tubuhnya menggigil meski udara tak terlalu dingin. Perutnya mulai terasa bergejolak, namun wajahnya pucat pasi, dahi berkerut karena mual yang tak kunjung reda.Setiap kali berdiri, kepala berputar begitu hebat hingga ia harus cepat-cepat duduk lagi. Nafasnya tersengal-sengal, dan tangan yang gemetar tak mampu meraih segelas air di meja. Vera menatapnya dengan penuh kekhawatiran.“Ke dokter ya, Iren. Jangan dibiarkan terus-terusan seperti ini,” ucap Vera lembut, namun tegas.Iren menggeleng pelan, mata berkaca-kaca. “Nggak usah, Ver.”“Kamu kan lagi hamil,” ujar Vera khawatir.“Iya katanya orang hamil memang begini. Mual dan pusing.”“Tapi mereka konsul ke dokter kandungan. Kamu kan nggak Ren.” Vera makin khawatir karena wajah Iren yang pucat.“Ren, aku khawatir banget nih,” kata Vera yang tidak bisa menutupi kekhawatirannya. “Kita telepon suami kamu ya, Ren-““Ver, please,” desis Iren memohon untuk jangan membahasnya lagi.Vera berdecak, dia jug

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 151 Masih Berusaha Mencari

    Iren mengusap pelipisnya yang mulai berdenyut, perutnya mulai terasa tidak enak. Belum lagi mual dan ia coba tahan karena sedang bekerja. Sumpah demi apapun yang Iren ingin lakukan adalah merebahkan diri, bersantai saja dirumah.Kehamilannya membuat langkah Iren semakin berat di antara meja-meja yang penuh pelanggan. Aroma bumbu dan asap gorengan menusuk hidungnya, membuat rasa mual semakin menghantui. Vera yang melihat wajah Iren yang pucat langsung merangkul bahunya, "Istirahat sana, aku yang gantikan kamu dulu." Suara Vera penuh perhatian, tapi Iren hanya bisa mengangguk lemah sambil melangkah ke sudut restoran. Karena tidak tahan ia menurut saja, lagipula Iren takut mengacaukan pekerjaan yang lain.Namun, di sana Iren tak menemukan ketenangan. Ayu, rekan kerja yang lebih senior berdiri tak jauh, melontarkan suara pedas tanpa ampun, "Enak banget, anak baru kerja kok istirahat terus! Makan gaji buta, ya?" Tatapannya tajam, seolah ingin menekan Iren lebih dalam.Iren menunduk, mencob

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 150 Kamu Di mana Sayang?

    Galen berjalan gontai menuju apartemennya, dia membawa banyak cemilan, termasuk cokelat, es krim, bahkan sampai bunga. Galen berharap Iren bisa memaafkannya. Mungkin tak akan mudah, tetapi setidaknya ini bisa mengurangi kemarahan Iren padanya.Saat pintu apartemen dibuka, semua tampak normal saja. Apartemennya memang selalu rapi, walaupun sibuk dengan urusan kampus, tetapi Iren cukup pandai membersihkan rumah. "Baby!" panggil Galen."Iren Sayang!" panggil Galen lagi saat tak mendapatkan jawaban dari istrinya.Perasaan Galen mulai merasa aneh, saat apartemennya ternyata hening tanpa aktivitas Iren seperti biasanya. Setidaknya selalu terdengar musik atau suara film yang diputar Iren, tetapi kali ini apartemen itu benar-benar sepi.Galen langsung berlari ke kamar dan benar saja Iren tidak ada di sana. Galen mencari Iren ke balkon, ke taman belakang, dan ke semua penjuru apartemen, tetapi sialnya dia tak menemukan istrinya di sana."Astaga, Iren kamu di mana?" tanya Galen dengan panik.Ga

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 149 Mengakui Semuanya

    Rasanya begitu sesak saat mengetahui kebenaran yang selama ini disembunyikan rapat, Lika melirik Naka, menunjukkan bagaimana kekecewaannya pada kedua anak mereka yang ternyata selama ini membohonginya.Lika mengusap wajahnya, dia berjalan mondar-mandir dengan pikiran yang kacau. "Maksud kamu apa Galen, Belinda, kalian sengaja membohongi Mami sama Papi?" ujar Lika."Bukan gitu Mami, a-aku hanya ingin melindungi Belinda. Aku tahu dia salah, tapi—""Tapi apa? Kamu pikir dengan menjadikan kamu sebagai pelaku semua masalah menjadi selesai? Kamu bahkan harus menikahi Iren yang bahkan seharusnya bukan tanggungjawab kamu!" tegas Lika yang mulai marah dengan kenyataan ini.Galen tengah bicara dengan Belinda dan tidak sengaja Lika mendengar itu. Naka juga kebetulan berjalan di belakang istrinya, membuatnya juga tahu kebenaran yang sebenarnya.Mau tak mau Galen pun membuka semuanya, bukan untuk meminta pembelaan tapi dukungan dari keluarganya.Naka hanya menutup mata saat Lika marah besar pada a

  • Simpanan CEO Beristri   Bab 148 Istri Rahasia Galen

    Lika semakin tidak habis pikir dengan jalan pikiran Galen. Bisa-bisanya Galen menikah tanpa izin dan restu tarinya. Galen seperti tidak menganggap keberadaan Lika dan Naka sebagai orangtuanya."Kamu bukan anak yang kayak gini, Galen. Kenapa kamu menikah tanpa bilang sama Mami sama Papi? Dia siapa? Mami harus tahu dong dia dari mana, gimana keluarganya dan ...." Lika tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, dia hanya melirik Iren, kemudian menangis karena merasa kecewa.“Mami tolong maafkan aku. Aku bisa menjelaskan semuanya,” ucap Galen, Mami Lika menggeleng sudah terlalu sakit hatinya.“Jelaskan pada papi sekarang juga, Galen!” bentak Naka marah. Namun tetap saja, Lika mengelus tangan suaminya. Untuk tidak emosi dulu, bagaimana pun ada orang baru bersama mereka saat ini.Galen mendekati Lika, dia bertekuk lutut di hadapan Lika. "Mami, Galen tahu ini salah tapi keadaannya memang rumit pada saat itu. Aku menabrak ayahnya Iren, aku bertanggungjawab dan membawanya ke rumah sakit, tapi ternya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status