Home / Horor / Tersesat / Menebar Racun Menuai Karma

Share

Menebar Racun Menuai Karma

Author: Nasura2101
last update Last Updated: 2021-09-17 23:39:33

Pagi itu Nay kembali sibuk merawat bapak bersama Kasumi. Sementara Najwa sudah menghilang sejak selesai shalat subuh. Najwa pergi ke Besuki untuk menemui Bambang.

Najwa sudah di Besuki saat tengah hari. Dia tahu sedang diikuti oleh sebab itu Najwa tidak memakai kemampuan supranatural. Najwa memilih naik bis dari pada mempergunakan ilmu Kidang Kencono, kemudian naik ojek. Tukang ojek mengantarnya sesuai dengan alamat yang dikasih bapak. Sebelum Najwa naik ojek, dia harus mengecoh orang-orang yang mengikuti karena dia diikuti oleh banyak orang. Dugaanya benar bahwa orang-orang yang berbuat jahat kepada keluarganya tidak main-main.

Tukang ojek mengantar Najwa ke tempat tujuan.Ternyata Bambang memiliki sebuah pesantren yang besar. Lagi-lagi Najwa memgumpat dalam hati.

"Dunia ini memang sudah dikuasai Dajjal, orang yang memilki pesantren sebesar ini bisa mengorbankan bapak?!" ucap Najwa lirih, seolah sedang berbicara pada diri sendiri. "Hanya demi tipu daya dan kemegahan dunia tega mengorbankan persahabatan? Betapa naifnya bapak atas nama persahabatan dan hutang budi mau hancur untuk orang seperti Bambang?!"

Najwa lagi-lagi ngedumel menanyakan pertanyaan yang ia sudah tahu jawabannya. Sungguh nalarnya tidak mampu memahami, ia bingung dengan jalan pikiran Zimat.

Di depan pintu Najwa dihalangi oleh santri penjaga gerbang. Kalau mau masuk harus ada ijin dari kiyai dulu. Najwa tersenyum sinis, dia mengibaskan tangan. Waktu seolah tiba-tiba terhenti. Penjaga gerbang tiba-tiba mematung begitu juga orang-orang yangsedang melintas di depan gerbang. Tergesa Najwa memasuki gerbang. Dibiarkannya santri yang terlihat linglung sedetik setelah Najwa memasuki gerbang. Bambang sangat terkejut ketika Najwa tiba-tiba sudah di hadapan. "Anda pasti tahu aku siapa? aku tidak punya waktu berbasa-basi. Serahkan uang itu! uang yang menyebabkan bapak dipukuli hampir mati!" perintah Najwa lirih, mengintimidasi.

Dengan wajah ketakutan, Bambang menjawab, "uang sudah saya pakai untuk membangun rumah."

Najwa memperhatikan seluruh ruangan, rumah bertingkat yang cukup megah. Najwa tersenyum sinis, kemudian dia berkata penuh penekanan, "ingat! karma akan melakukan tugasnya dengan baik dan benar mulai hari ini, jadi bersiaplah!"

Bambang tidak menjawab, tubuhnya gemetaran. Najwa mengucapkan setiap kata dengan begitu tenang tapi entah mengapa, seperti ada kegelapan yang tiba-tiba menyelimuti hati Bambang. Menjadi racun yang mulai menggerogoti pikiran. Najwa tersenyum sinis, menyeriangai. Seringainya membuat Bambang semakin menggigil. Saat Najwa melangkah pergi Bambang jatuh terduduk. Ia menatap langkah Najwa meninggalkan rumah dengan tatapan linglung.

"Sudah kukatakan aku akan menjadi iblis yang menebar racun ke dalam hati dan jiwa kalian. Kalian orang-orang serakah pantas mendapatkannya," ucap Najwa sinis.

Kakinya keluar dari rumah Bambang dengan langkah gontai. Sisi hitam dari dirinya memang mampu berdiri tegak karena telah puas dengan apa yang dia lakukan terhadap Bambang. Namun sisi yang lain dari dirinya tetap remuk redam.

Ketika Najwa keluar dari gerbang dia kembali mengibaskan tangan, suasana kembali seperti semula. Orang-orang yang berada di sekitar gerbang bingung berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi.

_____________

Najwa kembali mencari tukang ojek untuk mengantarkan ke tempat pemberhentian bis, Ia akan kembali ke Lembah Biru. Hatinya risau, firasatnya mengatakan bahwa akan hal yang lebih berat dari yang sudah dilalui hari ini. Ia punya tugas berat untuk mempertahankan rumah dan tanah yang dimiliki keluarga. Tanah pilihan yang diwarisan keluarga yang sudah diturunkan turun-temurun oleh leluhurnya. Sedetik Najwa menyesali kenapa Nay menandatangani surat hutang itu.

"Ackh ...! Jika Nay tidak memiliki keberanian untuk tanda tangan orang-orang tidak akan melepas bapak," frustasi Najwa berucap kepada diri sendiri.

Sungguh kekalahan telak buat mereka, karena mereka terlalu yakin bahwa tidak akan ada satu pun dari keluarga Zimat yang berani tanda tangan.

"Nay benar-benar memberika kejutan yang memporak-porakdakan rencana busuk mereka."

Pikiran Najwa terus berkelana, ada senyum kemenangan melintas sepintas di bibirnya.

"Sungguh mereka begitu yakin akan bisa memenjarakan bapak dalam keadaan terluka, mereka pikir bisa dengan mudah membunuh bapak atau paling tidak bisa membuat beliau cedera seumur hidup."

Lagi-lagi otak Najwa masih terus menelusuri apa yang sebenarnya orang-orang itu rencanakan.

"Manusia berhati iblis!" ucap Najwa geram. "Aku harus bisa lebih kejam dari mereka atau kami semua akan mati!" geram Najwa berucap pada diri sendiri.

Sisi hitam dari dirinya kembali muncul.

"Mereka tidak pernah menghitung karena mereka pikir Nay hanya guru bahasa inggris yang cuma bisa ha-ha hi-he bersama anak didik, bocah kecil-kecil yang selalu membuat senyum Nay terus mengembang. Mereka tidak pernah tau bahwa Nay adalah perempuan tangguh yang pernah di taruh di dalam neraka yang diciptakan oleh Sofia dan antek-ateknya selama dua tahun di Singapura. Itu pun belum cukup saat dia baru keluar dari sana, dia harus berhadapan dengan orang yang paling disayanginya. Bapak meranjamnya dengan cemeti Naga Bumi karena terpaksa memeprgunakan kekutan cenayang saat menghadapy vincent-suami Sofia- hingga semua keluatan yang dimilikinya lenyap tak berbekas."

Otak Najwa terus memikirkan apa yang sudah dilakukan Nay. Lagi-lagi senyumnya sekilas melintas. Ada raut bangga sekaligus duka di sorot mata. Satu hal yang mereka tidak pernah tau bahwa Naya Maharani terlahir dengan garis tangan bertuliskan angka arab delapan puluh satu dan delapan belas yang jika disatukan membentuk bulan sabit.Dia bisa mengambil  keputusan yang kadang dianggab gila dan di luar nalar, tapi di kemudian hari terbukti menjadi penyelamat dari segala kekacauan dan berkah bagi orang-orang sekitar.

Najwa terjaga dari lamunannya ketika tiba-tiba seseorang telah duduk di sampingnya. Laki-laki muda berambut gondrong, wajahnya tertutupi oleh caping Pak Tani. Pakaiannya serba putih, kemeja sederhana dengan bawahan sarung yang dilinting pendek hingga celana cingkrang yang berada di atas betis kelihatan. Sambil menggenggam tangan Najwa, ia berkata, "kau harus membawa Gusti Pangeran Zimat malam ini juga ke Blitar, jika tidak kalian akan kehilangan belaiu."

Setelah menyelesaikan kalimatnya dia langsung berdiri dan berteriak,

"KIRIII!"

Bis berhenti mendadak. Ia meloncat ringan kemudian bis melaju dengan kecepatan tinggi. Najwa berdiri, mengintip dari balik jendela menatap tubuh pemuda itu makin lama makin kecil akhirnya tidak terlihat, hanya tinggal aspal hitam. Najwa sangat terkejut saat ia kembali duduk, ia mendapati amplop berwarna coklat tergolek di sampingnya. Diperhatikan amplop dengan seksama, mantanya membulat sempurna saat membaca tulisan sangat kecil di sudut kanan atas. "Gusti Pangeran Zimat / sangat rahasia."

*****

Nasura2101.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tersesat   Dipulangkan

    Sementara mishal dan asistennya---gadis cantik yang memapah Nay setelah interview--- hanya mampu terpaku menatapnya dari depan pintu kamar yang terbuka. Keduanya menatap dengan tatapan aneh sekaligus bingung. "Cari tau, apa yang sudah dilaluinya, aku merasa dia telah melewati hal yang sangat berat sebelum dia sampai ke sini!" perintah Mishal. "Baik, Tuan," jawab asistennya. Asistennya langsung berlalu. Karena tidak tahan, akhirnya Mishal mendekat, dia berjongkok dan menggenggam tangan Nay. Lalu berbisik di telinganya, "be cool sweet heart, you are save now, nobody will hurt you. Just take a deep breathe slowly."

  • Tersesat   Tertawan

    Nay mengerutkan kening, dia tidak percaya dengan apa yang didengar, "terdengar seperti lelucon bagiku," ucapnya datar, lirih. Namun cukup jelas di telinga Mishal, "ha ha ha..., I didn't blame you if yu think that is just a joke." Tawa Mishal melebar, sementara Nay, semakin terkejut menyadari Mishal memahami apa yang diucapkannya. Tersipu, ia menyembunyikan senyumnya dengan menunduk dalam. Suasana yang tadinya cannggung, sedikit mencair. Lalu tanpa mereka sadari, keduanya terlibat dalam perbincangan hangat. "Mishal, why me?" tanya Nay datar, ada kesedihan dan duka di nada suaranya. Mendung menggelayut di bola mata indahnya.

  • Tersesat   Bertemu Abu Ahmad

    Pertama saat masuk akomodasi milik Abu Ahmad, Nay bertemu dengan seorang perempuan bernama Basagita. Dia cantik dan menawan, apalagi bajunya yang sexi mebuatnya terlihat panas. Namun Nay mencium hawa pelacur. Selain itu, nada bicaranya arogan dan mengintimidasi. Setelah Bagasita memperkenalkan dirinya dan apa posisinya, Nay paham bahwa, Basagita adalah in charge nya akomodasi milik Abu Ahmad. Bagasita mengelandang Nay, masuk salah ke sebuah kamar, "Buka tasmu!'' perintahnya kemudian. Nay m

  • Tersesat   Malapetaka

    Banuwati datang menemui Nay, keesokan harinya, "aku berjanji akan mencarikan pekerjaan di luar dengan visa nomer delapan belas." ucap Banuwati lembut. Nay hanya membeku mendengar ucapan Banuwati, dia menatap datar perempuan cantik di hadapannya. "Visa delapan belas itu artinya kau akan punya hak terhadap dirimu sendiri?" ucap Banuwati selanjutnya. "Really? So, I have to trust someone the one already sole me?" Nay memberondong Banuwati dengan pertanyaan dengan nada sinis. Banuwati masih menatap lembut wajah Nay, tatapannya berusaha meyakinkan. Nay justru menyeringai sinis. "Nay, kau sudah pindah lima belas majikan dalam jangka dua bulan? Menurutmu apa yang bisa kulakukan lebih dari ini?"

  • Tersesat   Dijual

    Banuwati sudah berada di kantor polisi, dia mendapati Nay tepekur duduk di kursi tunggu dengan wajah ketakutan. Ia tidak pernah melihat Nay setakut ini, meski pernah bermasalah dengan majikan yang pertamanya, bahkan dipukuli hingga babak belur dan hampir mengakhiri hidupnya. Namun Banuwati tidak melihat ketakutan di bola maat Nay seperti saat ini. Banuwati mendekat, "apa kau baik-baik saja?" tanya Banuwati lembut. Alih-alih menjawab pertanyaan Banuwati, Nay malah menatap Banuwati dengan tatapan yang susah diartikan. Bola matanya mulai berair. Tidak sepatah kata pun keluar suara dari bibirnya. Banuwati meraih bahu Nay, bermaksud memeluknya, tapi di tepis leh Nay. Kini, Nay menatap Banuwati dengan tatapan takut bercampur benci dan amarah. Banuwati mengerutkan kening tanda tidak mengerti. Setelah menandatangi beberapa berkas, akhirnya Banuwati membawa Nay pulang. Rupanya Nay lari dari rumah majikan dan langsung ke kantor polisi. Ada yang baru dipahami oleh Banuw

  • Tersesat   Healling

    Nay menolak untuk dipulangkan, meski dia telah menghadapi situasi yang hampir merenggut nyawanya. Banuwati dan Najwa tertegun, tidak habis pikir dengan keputusannya. Keduanya bersitatap tanpa kata. Bisu dan membeku, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari bibir Nay. Nay tib-tiba berdiri lalu menggenggam tangan Najwa. Ia memejamkan mata sambil merapal mantra. Mantra yang dirapalkan terdengar menggema di telinga Banuwati tapi Banuwati tidak tau bahasa apa yang digunakan Nay. Ada dua garis lurus muncul yang tiba-tiba muncul di kedua lengan Nay dan Najwa, tepat di sebelah urat nadi. Garis itu berwarna kuning keemasan, mirip seperti teriris beati tajam. Darah tiba-tiba mengucur dari kedua garis itu. "Mbak, sedang kembali menyambung kabel getih?! akhir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status