"Mbak, aku sudah mendapatkan semua jawaban dari apa yang terjadi dengan bapak." ucap Najwa lemah.
Ada nada sedih dan putus asa dalam suara Najwa. Nay menatap Najwa tajam, matanya membulat sempurna. Ia menunggu penjelassan lebih lanjut.
"Bapak ditipu oleh Pak Bambang, Pak Bambang mengumpulkan senjumlah uang dengan angka yang fantastis melalui tangan bapak. Lalu dia menghilang." lanjut Najwa.
"Maksudmu, Pak Bambang sahabatnya bapak yang orang Besuki itu?" tanya Nay tidak percaya.
"Iya Mb, yang dulu sering ke sini," jawab Najwa putus asa. Hening. Terpaku dengan pikiran masing-masing entah berapa lama.
"Apa rencanamu selanjutnya Nduk?" tanya Nay.
Alih-alih menjawab pertanyaan Nay, Najwa hanya menatap kakaknya tajam sambil mengangkat bahu.
"Apa lagi yang kau dapat dari penyelidikanmu?"
Karena Najwa tidak menjawab Nay mengajukan pertanyaan yang lain. Hanya ingin mengalihkan fokus adiknya. Karena dia melihat duka dan amarah membuncah jadi satu di bola mata Najwa.
Siapa pun akan berduka sekaligus marah jika melihat ayahnya babak belur hampir mati karena dipukuli masa untuk kesalahan yang tidak dilakukan. Najwa hanya diam, menatap kakaknya dengan tatapan ragu. Kemudian menunduk dalam.
"Nduk?!" ucap Nay tidak sabar karena adiknya tidak menjawab.
Najwa mendongak menatap kakaknya. Bibir tersenyum kecut, bola mata menyimpan kekhawatiran yang dalam. Lalu dia beringsut mendekati kakaknya dan berbisik, "ada yang menggerakkan masa Mbak."
Najwa mengucapkan kalimatnya sambil celingukan takut ada yang mendengar.
"Maksudmu ada yang menunggangi kejadian ini?" tanya Nay kaget.
Sauaranya setengah berteriak.
"Ssssttt...! pelan-pelan Mbak, nanti ada yang mendengar," ucap Najwa semakin khawatir.
Nay yang mendapat peringatan dari adiknya, reflek menutup mulut.
"Maaf, enggak sengaja, aku enggak percaya dengan apa yang kudengar, Nduk."
"Ya, begitulah, kenyataannya, Mbk." Ucap Najwa menegaskan.
Suaranya masih berbisik, nyaris tidak terdengar. Jelas Najwa tidak ingin pembicaraan mereka di dengar siapa pun.
"Jadi semua ini sudah direncanakan dengan matang jauh-jauh hari."
Najwa berbisik kepada kakaknya namun fokusnya ke tempat lain. Ah sudah kayak detective saja mereka ini. Nay sudah dapat semua jawaban dari penyelidikan Najwa tentang apa yang menimpa Zimat kecuali tentang Bambang. Najwa belum nyampai ke sana. Karena Bambang berada di suatu daerah bernama Besuki dan itu sangat jauh. Jika Najwa melacak memepergunakan Aji Kidang Kencono, Lembah Biru-Besuki bukan jarak yang jauh tapi Najwa mengkhawatirkan keadaan keluarga, terutama Zimat. Kasumi dan Nay juga harus istirahat supaya besok bisa kembali merawat Zimat.
Hasil penyelidikan yang dilakukan Najwa, Zimat dipukuli masa karena melindungi Bambang. Zimat sedikit pun tidak mempergunakan kelebihannya sebagai cenayang karena yang di hadapi adalah orang-orang yang tidak bersalah. Bukan hanya itu, masa ada yang menggerakkan dan menunggangi, ada pihak-pihak yang berkepentingan. Sayangnya, bukan hanya satu orang tapi beberapa orang termasuk pak RW dan takmir masjid. Motifnya beda-beda, takmir masjid merasa bahwa Zimat lebih berwibawa.
"Bah....!"
Najwa benar-benar geram akan hal ini.
"Takmir masjid saja iri sama Bapak?!" geram Najwa berguman.
“Gila ya mereka? Bingung juga jadinya, Bapak disuruh ngimami saja nggak pernah mau, selalu berdiri paling belakang saat berjama’ah. Disuruh khutbah juga selalu menolak karena merasa diri tidak pernah layak menasehati orang banyak. Dalam hal apa pun Bapak tidak pernah berusaha tampil di depan. Bapak selalu berusaha tak terlihat oleh siapa pun. Menyembunyikan diri sebaik mungkin.
Selain itu, ada yang menghendaki tanah pilihan, makanya pakai tipu daya seperti ini. Berusaha menyingkirkan Bapak dari peredaran. Kertas yang ditanda tangani Nay adalah surat penekanan supaya keluarga Bapak bisa meninggalkan tanah pilihan. Disitu tertulis bahwa Bapak memiliki hutang yang harus dibayar. Angkanya tidak main-main-58K US$. Jika dalam jangka tiga bulan tidak dapat mengembalikan uang tersebut maka bangunan dan tanah yang ditempati bangunan akan disita.
Yang ketiga adalah Aswa, orang yang menganggab Kasumi musuh bebuyutan. Sedangkan Pak RW adalah orang yang memberi izin. Tanpa izin Pak Rw orang-orang ini tidak akan berani bergerak. Pak RW melakukannya untuk Aswa. Karena Aswa adalah kekasih gelapnya. Yang paling kurang ajar sesungguhnya adalah Bambang. Dia kunci dari semua ini. Dia mempergunakan kebaikan dan reputasi Bapak untuk menipu orang-orang. Sedang Bapak yang merasa pernah punya hutang budi tidak berdaya dan ikut arus permainannya.”
Di sinilah Zimat sekarang, terbaring lemah tak berdaya. Bukan hanya raga yang terluka parah tapi juga hati dan pikiran. Harga diri juga telah dihancurkan.
"Ah bodo amat harga diri!" ucap Najwa tiba-tiba dan langsung berdiri.
Najwa tidak ingin memikirkan hal itu sekarang, yang harus dia pikirkan adalah bagaimana supaya Zimat sembuh secepatnya. Segera bisa mengasingkan Zimat di tempat yang sangat rahasia karena Najwa yakin orang-orang ini tidak akan tinggal diam. Apa yang mereka lakukan untuk Zimat baru permulaan. Pasti ada banyak rencana-rencana besar lain yang sedang mereka susun. Yang mengerikan mereka melibatkan orang-orang yang tidak bersalah. Rupanya mereka telah pun menghitung dengan sangat baik bahwa keluarga Zimat tidak akan mempergunakan kekuatan untuk orang yang tidak bersalah apalagi untuk yang bukan tandingan. Mereka bisa mumukul telak karena mereka bisa dengan leluasa berbuat semaunya.
"Bah...!"
Lagi-lagi Najwa cuma bisa menyimpan emosi dan mengumpat dalam hati. Seluruh isi kebun binatang keluar.
"Asu tenan, wong-wong iki. Raine podo koyo pandito ning utek tur atine koyo iblis." (Anj*ng, orang-orang ini. Mukanya seperti pendeta tapi berotak dan berhati iblis.red-). Jangan kalian pikir aku akan tinggal diam, kalau kalian semua bertingkah seperti iblis, aku bisa jadi iblis yang sesungguhnya."
Amarah Najwa telah benar-benar memuncak saat mengetahui semuanya. Sisi hitam dari dalam dirinya muncul kepermukaan siap menghancurkan musuh-musuhnya.
*****
Nasura2101.
Pagi itu Nay kembali sibuk merawat bapak bersama Kasumi. Sementara Najwa sudah menghilang sejak selesai shalat subuh. Najwa pergi ke Besuki untuk menemui Bambang. Najwa sudah di Besuki saat tengah hari. Dia tahu sedang diikuti oleh sebab itu Najwa tidak memakai kemampuan supranatural. Najwa memilih naik bis dari pada mempergunakan ilmu Kidang Kencono, kemudian naik ojek. Tukang ojek mengantarnya sesuai dengan alamat yang dikasih bapak. Sebelum Najwa naik ojek, dia harus mengecoh orang-orang yang mengikuti karena dia diikuti oleh banyak orang. Dugaanya benar bahwa orang-orang yang berbuat jahat kepada keluarganya tidak main-main. Tukang ojek mengantar Najwa ke tempat tujuan.Ternyata Bambang memiliki sebuah pesantren yang besar. Lagi-lagi Najwa memgumpat dalam hati. "Dunia ini memang sudah dikuasai Dajjal, orang yang memilki pesantren sebesar ini bisa mengorbankan bapak?!" ucap Najwa lirih, seolah sedang berbicara pada diri sendiri. "Hanya demi tipu daya dan ke
Panik Najwa melinting amplop tersebut, memasukkan ke balik baju dengan wajah khawatir. Bis yang tadi dirasa melaju begitu cepat menjadi terasa lamban. Sekuat apa pun Najwa berusaha tenang tapi tidak bisa. Ia berfikir untuk memepergunakan ilmu Kidang Kencono supaya secepatnya sampai rumah tapi takut mengundang perhatian. Entah mengapa ia menyakini bahwa di dalam bis banyak mata yang mengawasi. Jika ia salah bertindak sesuatu yang fatal akan terjadi. Hampir malam ketika Najwa memasuki halaman rumah. Tergesa masuk rumah dan mencari Nay, membawa Nay masuk kamar tengah-setiap rumah orang jawa kuno pasti ada kamar tengah- lalu mengambil amplop coklat dari balik baju, menyerahkan pada Nay. Nay memperhatikan amplop dengan seksama lalu menatap adiknya tajam. Najwa mengangguk pasti. Najwa tergesa menyobek amplop, melihat isinya. Nay kembali menatapap Najwa, tajam. Lagi-lagi Najwa mengangguk pasti. Nay kembali memasukkan isi amplop ke tempatnya, melipat acak. Tergesa I
Ketika terpal sudah terpasang, Safawi naik ke atas truk. Dia naik ke bak belakang bersama kuda dan kereta. Sopir truck memeriksa semua bagian truk kemudian naik ke belakang kemudi. Truck melaju perlalan meninggalkan pasar Wadung menuju jalan utama-jalan protokol Bali - Surabaya- munuju Gunung Kumitir. Begitu masuk jalan protokol sopir melajukan truck dengan kecepatant inggi.Di bak belakang, Safawi membuka karung yang tadi dipangggul dan mengeluarkan isinya. Dia memapah isi karung, dibaringkan diatas tikar yang sudah dia siapkan lalu dia melepas kemeja untuk menyangga kepala Zimat. Kemudian tangannya bergerak cepat di beberapa titik dari tubuh Zimat-membuka totokan- yang dibuatnya sebelum pergi. Ia melakukannya untuk mengecoh musuh-musuh Zimat, dengan cara menotok Zimat agar kehilangan kesadaran. Dengan demikian Safawi dengan leluasa membungkus tubuh Zimat dengan karung lalu dipanggulnya. Sedetik kemudian Zimat terbatuk. Cepat-cepat Ketek Putih menggenggam tangan Zim
Lembah Biru, waktu yang sama di mana Safawi meningalkan halaman kediaman Zimat Nay menghentak kuda yang menarik kereta meninggalkan halaman rumah.Kereta yang mereka tumpangi meninggalkan lembah Biru ke arah timur. Ke arah desa penari. Dia duduk di kursi kusir, sedang Najwa dan Kasumi berada di dalam kereta. Nay terus menghentak kudanya, kereta terus melaju cepat menembus gelepan. Di pertigaan desa Karangsari, jika ke arah kiri arah Desa Penari, jika arah kanan arah Sasak Mayit. Mereka mengambil arah lurus dan melesat bagai anak panah. Akhirnya mereka meningglkan Desa Karangsari ke arah desa Parijatah. Diantara Desa Karangsari dan desa Parijatah ada mbulak sawah sejauh kurang-lebih lima kilo yang terkenal angker. Orang jarang sekali melintas di malam hari, karena kebanyakan yang melintas di sini dijahili. Kalau bawa sepeda motor atau mobil biasanya bannya tiba tiba kempes hingga harus ndorong. Banyak cerita mengerikan laiinnya. Ada yang bilang ada yang mb
"Tidak ditolong tidak mengapa, tapi aku mengharap do'a yang baik atau se-enggaknya kata-kata yang baik. Kenapa harus makian yang kuterima?" Nay masih terisak memikirkan apa yang baru saja terjadi. "Seandainya bapak masih bersamaku, tentu aku tidak akan mengalami ini," keluhnya di antara isakan.Entah berapa lama Nay larut dalam isakan. Saat ia lelah menangis, dia bersumpah akan bekerja keras dan menjadi kaya, yang kekayaannya akan melebihi bibinya. "Aku bersumpah, aku akan menjadi kaya hingga para tetangga akan berfikir bahwa aku memiliki pesugihan!"Sekarang Nay mengerti kenapa Kasumi tidak setuju dengan plan A dan plan B. Sesunguhnya Kasumi sudah menyampaikan keberatannya saat Nay dan Najwa menunjukkan planing mereka. Tapi saat kedua putrinya menyampaikan alasannya
Lembah Biru, tepat tiga bulan setelah Zimat diasingkan ke Blitar.Deadline yang tertulis di surat hutang yang Nay tanda tangani hari ini tepat tiga bulan. Nay dipanggil untuk datang ke rumah Pak RW. Dia datang bersama Najwa, tanpa Kasumi. Di rumah Pak RW sudah penuh orang, orang-orang yang sama yang dulu melukai Zimat. Wajah dan senyum mereka penuh kemenangan. Nay dan Najwa memasuki ruangan disambut dengan senyum sinis. Perih yang mereka rasa selama ini ternyata tidaklah cukup, masih harus berhadapan dengan wajah-waj
Apood bertugas meletakkan media di kediaman Zimat, di rumah pengasingan. Mereka juga telah menyiapkan pasukan bayangan yang akan mengepung rumah pengasingan. Pasukan bayangan disiapkan untuk jaga-jaga jika Zimat tidak terkapar oleh tujuh pencabut nyawa, sekaligus untuk memastikan agar Zimat tidak melarikan diri. Pada saat Zimat lemah karena serangan tujuh pencabut nyawa, maka pasukan bayangan akan menyerang dan menghabisinya. Selain itu, untuk mengimbangi pasukan bayangan milik Mbah Jamiah, mereka khawatir Mbah Jamiah akan ikut campur . Apood dan Aswa tidak ingin Zimat lolos lagi. Apa pun caranya, Zimat harus mati. Seperti yang direncanakan, Apood meletakkan media yang diperlukan di rumah pengasingan. Tugasnya berjalan mulus, tapi dia berpapasan dengan Kamituwo. Kamituwo merasa ada yang tidak beres. Dia memang tidak mengenal Apood tapi me
Di tengah perdebatan antara Kamituwo dan Zimat, mereka dikejutkan oleh kenyataan di depan mata. Safawi sudah ambruk, tubuhnya menabrak Kamituwo. Sebelum dia pingsan bibirnya sempat berucap, "rajah sewu," lalu tubuhnya terkulai. Panik keduanya memeriksa pergelangan tangan Safawi. Zimat dan kamituwo saling menatap, tajam. "Masih hidup, hanya saja detak jantungnya sangat lemah. Racun sudah menyebar," ucap Kamituwo. "Jaga dia, biar aku yang menghadapi ular-ular ini," ucap Zimat gusar. Ia tidak ada pilihan lain, Zimat harus menggunakan rajah sewu. Jika tidak maka mereka semua akan mati konyol di tempat itu. Zimat memejamkan mata dan mulai membaca mantra, lalu melakukan beberapa gerakan khas. Seperti gerakan pencak silat namun lebih lembut han halus. Gerakannya sedikit aneh, tapi sebentar kemudian dari punggungnya keluar banyak sekali bayangan yang bersinar kuning keemasan. Makin lama makin banyak, tak terhitung. Setiap bayangan yang keluar dari tubuhnya menyapu ular-ular yang men